3 • Hari Tak Terduga

206 60 15
                                    

Tidak boleh plagiat😠❗️

Percy memandang denah club dihadapannya, mata yang disambut dengan ilitan lampu ungu serta biru menjalar serta nama club itu; Exagon, membuatnya tak sedikit pun kagum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Percy memandang denah club dihadapannya, mata yang disambut dengan ilitan lampu ungu serta biru menjalar serta nama club itu; Exagon, membuatnya tak sedikit pun kagum.

"Baiklah, aku suka depannya."

Kala ia tunjukan identitas dirinya pada pengawal yang menjaga pun akhirnya ia melngkah masuk. Hanya lorong flat yang menyambutnya, Percy tau ini, ayahnya itu punya kebiasaan menyembunyikan club sebenarnya dibalik lorong panjang dan bawah anak tangga.

Benar dugaannya, inilah tempat kesenangannya sebenarnya. Bartender yang tengah usap-usap gelas baru dengan remang cahaya yang dominan ungu-biru menyakitkan mata.

Masih sedikit orang disana sebab hanya orang terdekat Tuan Matheas lah yang diperbolehkan untuk menjadi pengunjung pertamanya.

Bunyi dentuman musik semakin keras masuk ke telingannya, Percy semakin menyusuri club itu dan ia lihat dua anak adam familiar yang sudah duduk di sofa sambil menghadap mini stage kosong di depannya.

"Kemarin kalian bertanya 'Dimana?' Tapi sekarang kalian duluan lah yang lebih dulu memijak club ini."

Kalimat Percy barusan tentu saja buat kedua temannya terkejut sampai hampir tumpahkan whiskey mereka sebab Percy yang tiba-tiba hadir dari belakang mereka.

"Percy! Kau ini!" Protes dia yang miliki mata bundar buk kucing garong, panggil dia Jriam atau Riam. Pemuda itu biasa bersikap klasik mengikuti situasi.

"Kau habis hisap p—nis siapa dulu? Jam berapa kita membuat janji semalam?" Dan satu lagi teman dekatnya bernama Orla. Lihat, dari kalimatnya sudah bisa ditebak ia yang punya lidah tajam suka meroasting orang, terlebih Percy yang berada dijalan yang salah dan rendah.

Sebut mereka sekumpulan pemuda manis, sebenarnya ada satu lagi, namun ambisi anak penerus CEO itu buat dia susah bergabung dengan kumpulan manis-manis ini.

Percy pun hanya tertawa kecil tanggapi kedua temannya yang mencercahnya barusan. "Kalian menikmati apa?" Tanyanya kemudian sambil perhatikan gelas yang isinya 1/4 dari muatan yang ditampung.

"Whiskey." Jawab Orla sembari kembali menegak whiskeynya hingga ludas total.

Benar juga, Percy belum memesan minumannya. Lantas setelah itu ia melangkah pada bartender berada.

"Ohh! Percy, anak manis ini mau minum apa?" Sambut riang bartender itu langsung yang tentu buat Percy bingung sebab ia tak kenal pria yang jadi bartender itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MascarillasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang