Typo ✌️
Happy reading
*
*Sebelum matahari terbenam rupanya Leo telah tiba di daerah pegunungan yang dituju, tepatnya di pinggir sebuah hutan.
Namun ia tak bisa membawa mobilnya untuk masuk ke dalam hutan, dikarenakan ia harus melewati jalanan setapak untuk sampai ke tujuan.
Meski perjalanan menuju ke tempat yang ia tuju itu tidak mudah dan juga menyeramkan karena di sekitarnya di penuhi dengan pohon-pohon besar dan tinggi, dan semakin ia masuk ke dalam hutan suasana pun semakin terasa sunyi, sepi, dan gelap. Hanya suara-suara binatang hutan yang menemani perjalanannya. Bahkan berbagai macam suara-suara mistis yang mengganggunya pun tak ia hiraukan. Leo nampak tenang, seolah hal itu memang sudah biasa baginya.
Hari pun telah berganti malam, ketika Leo tiba di tempat yang ia tuju. Ia menurunkan semua barang bawaannya ke tanah, lalu memandang ke sekeliling.
"Ayah, Ibu, aku sudah datang!" serunya entah pada siapa, karena di sekitar sana tidak ada seorang pun, selain dirinya.
Ia lalu memandang ke atas langit. "Tepat jam dua belas malam nanti maka bulan purnama pun akan tepat berada di atasku dan menjadi bulat sempurna," ucapnya sambil menyeringai.
Kemudian ia pun mendirikan tenda di sana, beristirahat sejenak sambil menunggu datangnya bulan purnama.
***
Di kastil,
Setelah makan malam bersama dengan Hyunsik, kini Zayyan tampak gelisah di dalam kamarnya, karena ia terus memikirkan Sing yang berada di ruang bawah tanah sendirian.
"Hari sudah malam, suasana di ruang bawah tanah pasti semakin mencekam. Ditambah lagi Tuan Muda Sing juga belum makan malam ini. Dia pasti kelaparan dan kedinginan di dalam sana. Hh ... kasihan sekali Tuan Mudaku. Apa yang harus kulakukan sekarang ya, agar aku bisa bertemu dengannya lagi?" gumam Zayyan sambil memikirkan suatu cara.
"Hmm ... aku tahu! Cara ini pasti berhasil!" serunya. Setelah sekian menit, akhirnya dirinya pun berhasil menemukan ide.
Zayyan pun ke luar dari dalam kamar untuk menemui Hyunsik.
***
Zayyan pun tiba di depan kamar Hyunsik, dan ia pun bertemu dengan Wain yang saat ini tengah berdiri di depan pintu kamar Hyunsik.
"Wain-nim, aku ingin bertemu dengan Tuan Hyunsik. Apakah beliau ada di dalam?" tanya Zayyan sopan.
"Ya, beliau ada. Tapi ...."
"Tapi apa?"
"Beliau sedang bersama dengan chef Dohyun di dalam," terang Wain.
"Ha? Sama chef Dohyun? Ngapain? Apakah Tuan Hyunsik mau makan malam lagi, sampai menyuruh chef Dohyun untuk ke kamarnya segala?"
"Kalau untuk makan malam lagi, itu sepertinya tidak mungkin. Tapi aku pun tidak tahu mereka sedang apa. Yang kutahu hanyalah bahwa tadi Tuan Hyunsik berpesan padaku agar aku berjaga di depan sini dan tidak boleh mengijinkan siapa pun untuk mengganggu kepentingannya di dalam."
"Ng ... tapi aku sangat perlu untuk bicara dengannya sekarang."
"Besok saja bicaranya ya, saat ini Tuan Hyunsik sedang tidak ingin diganggu."
"Tapi ini sangat penting, Wain-nim. Aku harus bicara sekarang dengannya. Jadi kumohon tolong sampaikan pada beliau kalau aku ingin bicara dengannya sekarang."
"Penting apanya sih, Zayyan-ssi?"
"Penting, Wain-nim. Karena ini menyangkut Tuan Muda."
"Oh, benarkah? Baiklah, kalau begitu akan kucoba untuk mengetuk dulu ya." Karena mendengar bahwa itu ada hubungannya dengan Sing, maka Wain pun segera mengijinkan. Kemudian Wain pun mengetuk pintu kamar Hyunsik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kastil (SingZay) End√
FanfictionBerawal dari sebuah insiden kecelakaan yang akhirnya membawa Zayyan harus tinggal di sebuah kastil. Di tengah kenyamanannya tinggal di dalam kastil megah tersebut, ada hal yang tak ia ketahui yakni bahwa semua penghuni di dalam kastil tersebut terny...