Sal-Ron as LyricistAU
Note: this short story was inspired by IU's Peach.
***
Cafe itu terlihat sepi. Mungkin ada sekitar lima atau enam orang saja yang sedang menghabiskan waktu senja sambil menikmati berbagai jenis sajian kopi favorit mereka di sana.
Di antara pengunjung yang tak banyak itu, ada sepasang kekasih yang duduk berhadapan di sudut cafe. Terkadang mereka saling memandang satu sama lain, terkadang mereka sibuk menulis di atas kertas yang berserakkan di atas meja. Sesekali mereka menyesap minuman yang tersaji, si lelaki dengan ice americano-nya si gadis dengan coffee latte-nya.
Mereka berdua adalah penulis lirik yang sedang saling menantang untuk menulis lirik yang menggambarkan perasaan mereka terhadap satu sama lain.
"Sal, coba baca ini." Si lelaki menggeser selembar kertas yang penuh dengan tulisan kepada gadis di depannya.
Si gadis yang dipanggil Sal itu memiringkan kepalanya, "kamu udah selesai, Ron?"
Lelaki yang dipanggil Ron itu menggangguk penuh semangat.
"Buruan dibaca." Pintanya tak sabar.
"Oke, oke..." Sal mengambil kertas itu dan membacanya.
"My eyes keep going to that white face..
Why don't I even get sick of you?
When you slightly smile at me, I really go crazy..
How can you be so pretty, baby?
How can I explain this feeling?
When I see you, my heart becomes numb and sore..."Semburat merah muncul di kedua pipi Sal, semakin memerah seiring ia membaca kalimat demi kalimat di kertas itu. Sebuah senyum manis pun merekah di wajahnya.
"Ron, ini tuh indah banget." Ungkapnya sepenuh hati, matanya sedikit berkaca-kaca.
"Yakin?" Tanya Ron dengan nada menggoda.
"Iya, Ron! Kamu tulis ini dengan kata-kata yang indah." Sal memujinya lagi.
Ron tersenyum puas.
"Tapi... beneran nih.. hmm, yang kamu tulis ini.. tentang aku?" Sedikit terbata-bata Sal bertanya. Pipinya mendadak terasa hangat, wajahnya memerah. Bahkan lukisan buah peach yang tergantung di dinding tidak jauh dari meja mereka kalah merahnya.
"Iya, Sal, itu semua tentang kamu. Apa yang aku rasain setiap kali aku melihat kamu, ketika kamu tersenyum sama aku. Yang ada di kertas itu hanya sebagian kecil kebahagiaan yang bisa aku ungkap lewat sebuah tulisan. Karena aku percaya semua kata-kata indah yang ada di dunia ini nggak bakal cukup untuk menggambarkan semua tentang kamu, Sal."
"Halah.. dasar gombal!" Sal mencebik, ekspresinya meledek. Tapi tak bisa dipungkiri perkataan Ron menyentuh hatinya. Dasar lemah!
Ron hanya menatap Sal dengan tatapan teduhnya, membuat jantung Sal berdetak makin cepat. Sal pun salah tingkah.
"Sekarang giliran kamu!" Ron memutus kontak matanya dengan Sal, sebenarnya menggoda gadisnya adalah kegiatan paling ia sukai, membuatnya tersipu malu menjadi hal favoritnya. Tapi ia juga tidak sabar mau melihat isi lirik Sal untuknya.
"Mana?" Pintanya.
"Apa? Oh.. tulisanku? Hmm.. tulisan aku ya? Duh.. mana ya?" Sal tergagap. Gadis itu merasa kikuk karena Ron membuatnya salah tingkah. Tangannya sibuk mencari-cari kertas yang tadi sudah ia tulis, padahal kertas itu ada di depan matanya.
Ugh, bego! Kok jadi gugup gini sih! Sal mengumpati dirinya sendiri.
"INI!" Sal mengangkat kertas itu setelah menemukannya, raut wajahnya gemas membuat Ron tertawa. Gadisnya itu lucu sekali kalau sedang salah tingkah.
Ron menerima kertasnya dan mulai membaca,
"With those legs that are so pretty by just standing still,
You walk toward me and you hug me,
You know you're so beautiful,
Maybe you will never know,
I want to hide you in my embrace,
And I only want to look at you..."Selesai membaca, Ron pun memandangi gadis di hadapannya itu dengan senyuman yang penuh arti.
"Kenapa? Gimana lirikku?" Tanya Sal penasaran.
"Sal..." ada jeda sebentar sebelum Ron melanjutkan, "kamu tau kan Sal kalo hatiku cuman buat kamu, aku berani bersumpah. Aku tau.. mau berjuta-juta kali aku mengatakan I love you, itu nggak akan pernah cukup untuk nunjukin kalo aku bener-bener cinta sama kamu, Sal. Aku cuman mau buktiin, dan aku berkata begini bukan karena emosi sesaat... aku bener bener ingin buktiin ke kamu that you're the only one that successfully made me crazy in love!"
Ron berhenti ia butuh bernafas sejenak, mencoba menetralkan jantungnya yang semakin lama berdegup dengan kencang. Lalu ia mengambil kedua tangan Sal dan menggenggamnya erat. Hangat, kedua tangan gadisnya hangat sekali, mampu menenangkan hatinya. Kontra dengan kedua tangannya yang tiba-tiba menjadi dingin.
Buliran peluh pun menetes satu per satu di dahinya. Ah, dia jadi menyesal bagaimana tadi dia membuat gadisnya tersipu malu. Sekarang gilirannya yang gugup. Sial!
"Ron..." panggil Sal dengan lembut.
Ron mengambil nafas dalam-dalam dan,
"Sal... will you marry me?"
Fiuh.. finally!
Ron merasa lega. Sudah sejak lama dia ingin mengeluarkan kata-kata itu, melamar gadisnya, hanya saja dia belum menemukan momen yang tepat.
"Ron..." bisik Sal. Pupil matanya membesar, dia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
"Kamu... serius?"
"Demi Tuhan... aku serius, Sal." Jawabnya penuh keyakinan.
"Jadi... gimana? Jawaban kamu apa?"
Setetes air mata mengalir jatuh di pipi Sal. Dia tidak menyangka Ron baru saja melamarnya.
"Kamu.. beneran ngelamar aku, Ron?" Isaknya.
Ron tersenyum, mengeratkan genggaman tangannya ke Sal lalu menatap kedua mata gadisnya. Kata-kata tidak lah cukup, biarkan matanya saja yang berbicara. Karena dia percaya mata tidak pernah bohong.
Sal mencari jawaban melalui tatapan kekasihnya itu dan menemukannya di sana. Dia bisa melihat mata Ron meneriakkan Iya, aku beneran lamar kamu!
Kali ini tangisannya pecah. Bukan karena sedih namun karena dia sangat bahagia. Bahagia sekali. Wajahnya sekarang merah padam karena menangis dan tersipu. Dan Ron tidak berhenti menggodanya soal itu.
Malam itu sungguh indah. Walaupun cafe itu sepi pengunjung tetapi satu momen indah baru saja tercipta di sana. Momen ketika dua orang yang sedang jatuh cinta memutuskan untuk melangkah ke hubungan yang lebih serius.
***
Entah itu hanya ilusi semata tetapi lukisan buah peach yang tergantung di dinding terlihat semakin merah menyala, seakan-akan ikut merayakan kebahagiaan Sal dan Ron.
Pic source: google
_end_
.
.
.
.
.Sori kalo cringeworthy banget! 🙏🏼😅
Funfact: IU nulis lirik Peach dengan dua POV, di sebagian lirik sebagai laki-laki bagian lainnya sebagai perempuan.