[1]
You are Me
⋆.˚🦋༘⋆ENTAH bagaimana, aku merasa tegang hingga tenggorokanku terasa kering. Dengan gugup melirik sekeliling, lalu akhirnya meminum seteguk teh yang ada di atas meja. Teh itu sudah cukup dingin untuk diminum.
Pemilik ruangan ini telah memanggilku sampai ke sini, tapi setelah sekian lama, dia tak kunjung muncul. Aku meletakkan cangkir kembali dan menatap pintu yang masih tertutup. Apakah Jang Yoonsung tahu bahwa aku dipanggil ke sini?
Hari ini, aku sempat makan siang bersama Jang Yoonsung. Sesuatu yang jarang terjadi. Ada sebuah toko buku besar di dekat sini, jadi ketika aku ingin keluar sebentar, aku sering makan siang bersamanya dan kemudian berjalan-jalan di toko buku sendirian sebelum pulang. Hari ini pun aku berencana melakukan hal yang sama. Namun, saat aku berbalik setelah mengantar Jang Yoonsung kembali ke kantor, seorang pria menghalangi jalanku.
Meskipun kami belum saling memperkenalkan diri, aku bisa mengenalinya karena kami sudah bertemu beberapa kali. Dia adalah salah satu sekretaris Jang Hyunsung. Dengan sopan, dia menyapa dan berbicara padaku.
'Beliau meminta Anda untuk mampir sebentar.'
Itulah sebabnya sekarang aku duduk di sini sendirian, menunggu.
Semakin lama menunggu, semakin aku merasa gelisah. Aku benar-benar tidak bisa menebak alasan Jang Hyunsung memanggilku. Sejak Jang Myungsoo menyerah untuk memisahkanku dan Jang Yoonsung, Jang Hyunsung juga menjadi lebih tenang. Meskipun tatapannya yang dingin membuatnya sulit untuk didekati, aku belum pernah mendengar dia berkata sesuatu yang tidak menyenangkan.
Kenapa tiba-tiba dia memanggilku... Apakah karena aku bertemu dengan Jang Yoonsung di dekat kantor? Sementara berbagai pikiran melintas di kepala, terdengar keributan kecil di luar, dan pintu yang seakan takkan pernah terbuka itu akhirnya terbuka.
"Selamat siang."
Bagaimanapun, karena dia adalah satu-satunya kakak Jang Yoonsung, serta jarak usia kami cukup jauh, aku berdiri dan menyapa. Jang Hyunsung masuk dengan wajah datar, hanya menerima salamku dengan anggukan sebelum duduk. Aku mengikuti gerakannya lalu duduk dengan canggung, sementara dia menatapku dengan pandangan tidak senang. Aku menelan ludah dengan gugup. Setelah bersandar dalam-dalam di kursinya, dia tampak sengaja menunda-nunda sebelum akhirnya berbicara dengan setengah hati.
"Ayah ingin tahu."
Tanpa basa-basi, dia langsung menyampaikan maksudnya. Ayah? Jang Myungsoo? Sepertinya dia tidak memanggilku ke sini hanya untuk menegurku karena berada di dekat kantor. Dia melanjutkan, sambil menatap cangkir teh yang sudah hampir kosong.
"Apakah kau tertarik untuk belajar tentang bisnis?"
"Aku?"
Karena pertanyaan yang tiba-tiba, aku menjawab dengan bodoh. Jang Hyunsung mengerutkan kening, seolah bertanya siapa lagi yang dia ajak bicara.
"Dulu, sejak kau berada di vila, terkadang ayah berkata. Aku harus membawa dia dan mendidiknya."
Sekarang aku ingat, ketika aku dibawa ke hadapan Jang Myungsoo tahun lalu, dia pernah mengatakan sesuatu seperti itu. Namun, aku pikir itu hanya obrolan yang sudah lama kehilangan artinya, jadi aku tidak pernah memikirkannya lebih lanjut.
"Waktu itu, Ayah sempat mengurungkan niatnya karena ingin memisahkanmu dan Yoonsung, tapi sekarang, sepertinya dia mulai memikirkannya lagi."
Jang Hyunsung menghela napas saat berkata demikian. Tampaknya dia memiliki pandangan yang berbeda dari ayahnya. Ketika aku hanya mendengarkan tanpa menanggapi, dia menatapku dengan wajah ragu dan bertanya.