#0 (part 3)

42 5 0
                                    

    Terdengar bunyi sayatan.
    Sesuatu membelah leher pria itu secara melintang sementara darah segar berhamburan.
Wajah pria itu penuh dengan pertanyaan. Namun, sebelum ia menyadari bahwa Akutagawa telah mengubah lengan bajunya menjadi pisau dan mengiris lehernya, ia sudah mati.

"Apa...?!"
Sebelum para perompak itu sempat memproses apa yang sedang terjadi, Akutagawa sudah membelokkan tubuhnya dan menancapkan pisau ke perut pria lain yang berdiri di dekatnya. Pisau tersebut masuk menembus celah rompi anti peluru pria itu. Dengan kemampuan supranatural, pisau membesar di dalam tubuh pria itu dan mencabik-cabik isi perutnya.

Begitu Akutagawa mencabut pisau itu, darah dan potongan isi perut berhamburan dari lubang luka. Si pria pun tersungkur.

"Kau!"
Pria pertama berhasil memahami situasi langsung mengarahkan senapannya ke Akutagawa.
Jarak pria itu sekitar dua langkah, ia berada di luar jangkauan kemampuan supranatural Akutagawa.

Akutagawa melemparkan tubuhnya maju dan jatuh ke tanah. Dengan cepat, ia menebas pergelangan kaki pria di hadapannya seperti menebas rumput. Pria itu berteriak ketika kedua kakinya terpotong, dan seketika itu juga ia terjatuh. Darah yang memancar dari potongan kaki itu menodai wajah Akutagawa.
---Tiga orang lagi.

"Bocah ini adalah pengguna kemampuan supranatural! Tembak! Tembak dia!"
Senapan ketiga orang itu meledak bersamaan. Akutagawa langsung berguling di atas tanah dan bersembunyi di balik punggung pria yang sudah tergeletak. Mayat pria itu berguncang menerima hujan tembakan peluru.

Tiga orang sudah mati. Masalahnya setelah ini bagaimana? Serangan kejutan sudah tidak mempan lagi, jadi Akutagawa tidak punya pilihan lain selain bertarung dalam jarak dekat. Menghadapi tiga moncong senapan dari jarak sedekat ini, ia tidak punya kesempatan menang.

Walau demikian, tidak ada keraguan maupun ketakutan di mata Akutagawa. Mata sang Anjing Tak Berhati selalu tenang. Kalaupun ada emosi di dalamnya, mungkin hanyalah segelintir rasa euforia. Tiga orang sudah mati. Berapa banyak jiwa perompak yang ia butuhkan untuk mengantarkan dirinya ke neraka? Tiga? Empat? Tentu saja lebih banyak lebih baik.

Akutagawa menatap pakaian di tubuh mayat tempat ia bersembunyi dan menemukan dua granat tersimpan di balik kantong pinggang nya.
Dengan memanipulasi pakaiannya sendiri, Akutagawa mengambil kedua granat dari mayat pria tersebut. Setelah melepas pin granat itu secara bersamaan.
Gabungan ledakan dua granat tersebut melontarkan tubuh salah satu perompak. Potongan daging berhamburan hingga ke atas pohon.
Terkejut dengan potongan daging yang berjatuhan, dua orang lainnya langsung bersembunyi di balik pohon dengan tergesa-gesa.

"Siapa bocah itu sebenarnya!" Satu pria berteriak dengan suara ketakutan. "Gila dia! Menyerang sendirian. Apa dia tidak sayang nyawanya sendiri¹!?"

_____________________________________
¹secara harfiah, perompak itu bertanya "Dia pikir nyawanya untuk apa?" Tapi, dalam bahasa Indonesia, penerjemah merasa klausa tersebut kurang berterima dengan situasi yang terjadi, sehingga penerjemah memutuskan untuk menggunakan klausa lain dengan nuansa yang serupa.
_____________________________________

"Nyawa sendiri." Akutagawa berdiri. "Kebetulan, sebentar lagi aku akan mengetahui jawabannya, berkat kalian."
Lantas, ia pun berlari.
Akutagawa berlari begitu cepat hingga ia tidak merasakan rasa sakit di tubuhnya. Kecepatan itu adalah jenis kecepatan yang hanya bisa dicapai oleh manusia yang tidak lagi menghiraukan rasa sakit karena otot yang sobek maupun tulang yang patah.

Salah satu dari perompak itu melepaskan tembakan untuk melindungi dirinya. Peluru berkecepatan suara itu menembus pundak kanan Akutagawa, membuat darah memancar di belakangnya. Namun, halo itu tidak mengubah kecepatan lari Akutagawa.

LN Bungo Stray Dogs : Beast (Terjemahan Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang