Detektif Junichiro Tanizaki kebingungan.
Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
Saat ini, seorang pegawai baru sedang memandanginya dengan tajam. Sejak duduk di seberang Tanizaki, pegawai baru itu tidak mengatakan sepatah kata pun. Ia hanya memandangi Tanizaki dengan tatapan menusuk."Aku minta maaf!"
Beberapa saat yang lalu, Tanizaki sudah menundukkan kepalanya dan meminta maaf, tetapi tidak mendapat respon apa-apa. Sekarang pun, pegawai baru itu masih diam seribu bahasa.Mereka sedang duduk di kafe yang terang. Terdengar sayup-sayup alunan piano yang memainkan sebuah melodi sendu.
Empat orang duduk di meja kafe. Semuanya anggota detektif. Sepulang dari pusat kota setelah membeli mebel untuk sang pegawai baru, mereka mampir ke kafe sekaligus rehat sejenak.
Masih dengan kepala tertunduk, Tanizaki mengarahkan pandangannya ke atas untuk mengintip pegawai baru di hadapannya. Mata menusuk itu masih ditujukan kepadanya. Tidak berlebihan jika mata itu disebut mata yang bengis. Seolah-olah Kerberos, sang anjing raksasa berkepala tiga yang juga penjaga gerbang neraka, sedang melototi Tanizaki. Mata itu seperti menyatakan bahwa pemiliknya tidak akan pernah memaafkan Tanizaki.
Karena urusan pekerjaan di Biro Detektif Bersenjata, Tanizaki sudah pernah terlibat dengan berbagai macam penjahat maupun kriminal, tetapi ia tidak pernah melihat mata sebengis ini.
Nama pegawai itu adalah Akutagawa.
Seorang anak muda yang kemarin baru saja melewati ujian masuk Biro Detektif Bersenjata."Jadi...." Dengan suara lirih, Tanizaki berhati-hati melanjutkan kata-katanya. "Aku benar-benar minta maaf atas apa yang terjadi kemarin. walaupun itu semua untuk ujian, bagaimanapun juga, aku sudah berpura-pura menjadi pengebom dan mengancam nyawamu.... kau... pasti marah, kan?"
Akutagawa masih tidak menjawab.
Baru kemarin Akutagawa mengikuti ujian masuk Biro Detektif Bersenjata. Isi ujian itu adalah melindungi pegawai lainnya dari ancaman pengeboman yang dilakukan oleh Tanizaki. Tanizaki menahan seorang pegawai perempuan untuk dijadikan sandera, lalu ia membarikade dirinya bersama sang sandera di dalam gedung kantor, dan menuntut untuk bertemu dengan Presdir. dalam hitungan detik, Akutagawa berhasil melumpuhkan Tanizaki."Ka-kaak! Semangat! Naomi akan selalu menemanimu!" Naomi, yang kemarin berperan sebagai sandera, mencoba untuk menyemangati Tanizaki.
"Hei, jangan diam saja, Anak Baru." Kunikida yang duduk di antara mereka mencoba bersuara. Detektif tinggi berkacamata itu ialah senior Tanzaki dan Akutagawa. "Kau sudah melewati ujian. Dengan kata lain, Tanizaki yang duduk di depanmu ini mulai sekarang adalah seniormu. Kau tidak bisa cuma diam memelototinya seumur hidupmu seperti ini."
Akutagawa langsung melihat ke arah Kunikida di sebelahnya dengan mata mengilat.
"Uh...."
Bahkan detektif veteran seperti Kunikida pun tidak bisa menahan diri untuk tidak bersuara saat berhadapan dengan mata bengis Akutagawa.Anak kecil biasa pasti sudah menangis kalau melihat mata itu.
Tanizaki langsung memandang Kunikida, meminta bantuan tanpa bersuara.
---Bagaimana ini, Kunikida? Anak baru ini benar-benar marah. Bagaimanapun juga, aku kemarin sudah mengancamnya dengan bom dan sandera.... Apakah sebentar lagi kita akan dibunuh?
Kunikida membalas Tanizaki dengan tatapan matanya. Ekspresinya kaku seperti batu.
---Jangan mengada-ada. Baik sandera maupun bom, itu semua hanyalah akting yang dibutuhkan untuk ujian masuk. Selain itu, ia bisa melewati ujian kemarin dengan sukses. Lagi pula, kalau si anak baru memang berniat melawan, di sini sudah ada dua detektif veteran. ia tidak mungkin punya kesempatan. selain itu, yang menjadi objek kemarahannya, kan, kau, Tanizaki bukan aku.
---Ah! Kunikida! Wajahmu barusan seperti mengatakan bahwa ini bukan urusanmu.
"Tidak bisa dimaafkan."
Tiba-tiba, sang pegawai baru bersuara dan membuat kedua detektif itu melonjak kaget dari kursi masing-masing.Tanizaki tidak bisa merasakan wajahnya yang berubah dingin. Otaknya bertanya "Apakah ia benar-benar... akan membunuhku?"
"Perempuan yang berperan sebagai sandera, apakah ia adikmu?"
"Eh? Aah, iya.... Adikku Naomi."
Masih dengan wajah tanpa ekspresi,Akutagawa meminum seteguk air dari gelas, lalu kembali bersuara.
"Kau harus menjaga adikmu."
Tanizaki mengulang kata-kata itu tiga kali di dalam kepalanya.
Lalu, tiba-tiba ia tersadar.
"Tunggu... Jangan-jangan... Kau tidak suka karena aku bertindak kasar pada Naomi yang berperan sebagai sandera? Hanya karena itu?"
Dengan tatapannya yang masih tajam, Akutagawa menggerakkan dagunya kecil. Hampir tidak terlihat bahwa ia mengangguk.
"Wah, begitu rupanya? Kau tidak perlu khawatir Anak Baru. Kau lihat sendiri aku dan kakakku seakrab ini." Naomi bersandar ke kakaknya, dan menempelkan pipinya ke tulang selangka Tanizaki. "Aku bahkan mengajukan diri untuk menjadi sandera, karena aku ingin diancam oleh kakakku."
Akutagawa melihat ke arah kedua kakak beradik yang terlihat akrab itu, lalu dengan wajah tanpa ekspresi membuka mulutnya. "Begitu ya. Baguslah. Aku terlalu cepat mengambil kesimpulan."
Setelah mengatakan itu, ia memanggil pelayan perempuan yang kebetulan melewati tempat mereka.
"Boleh minta bubur kacang merah shiroko² dan teh houjicha?"
______________________________________² Dalam bahasa Jepang, Akutagawa memesan Shiruko. Semacam bubur kacang merah yang rasanya manis dengan mochi di dalamnya.
______________________________________"Baik!" jawab pelayan perempuan itu sambil tersenyum sebelum pergi untuk memproses pesanannya.
Akutagawa kemudian kembali menghadap ke depan dan meminum air di hadapannya. Matanya masih menunjukkan pandangan mirip anjing penjaga neraka seperti sebelumnya.
---Jangan-jangan anak baru ini....
Tanizaki melirik Kunikida. Kunikida pun balik melirik Tanizaki. sepertinya mereka memiliki pendapat yang sama.
---Jangan-jangan anak baru ini bukan bermaksud untuk menatap tajam.... Tapi, memang sejak awal ekspresi matanya sudah sebengis itu...?
KAMU SEDANG MEMBACA
LN Bungo Stray Dogs : Beast (Terjemahan Indonesia)
ActionAuthor/story: Kafka Asagiri illustration: Sango Harukawa Bagaimana jika anjing neraka Port Mafia bergabung dengan Biro Detektif Bersenjata? Bagaimana jika Atsushi Nakajima bertugas untuk Port Mafia? Akutagawa yang kehilangan sang adik, Gin, menyerah...