7 - Gue Kena Tuduh

28 7 2
                                    

"Raden," panggil gue pada anak bogel yang lagi gue gendong.

"Kamu kapan bisa buang air di tempat yang bener, nak?"

"Nyaw. Nyaw."

Yang ditanya cuman mengeong minta dilepas. Gue menghela nafas buat ke sekian kalinya gegara masalah yang sama. Raden masih suka buang air sembarangan, sekarang dia kencingin sofa gue. Gue turunin Raden ke atas meja. Tuh anak langsung lompat turun dan lari menuju Seiki yang lagi tidur di kasurnya, cari tempat buat ikut tidur juga.

Habis itu gue beralih liat bagian sofa yang basah. Hadeh, maunya gue duduk di situ biar nyaman berkutat sama laptop malah begini. Untungnya gak bau amat, sih, jadi gue pikir nanti aja gue bersihinnya.

Gue milih lesehan di lantai dan laptop gue taro di atas meja. Sejak kejadian tadi siang, gue jadi kepikiran terus perkara rumor ini. Tadinya pengen cari tau pas lagi buka pet care, eh malah kena kejadian gak terduga.

🐾

🐾

Jadi gini,

Belom lama, loh. Belom juga ada 10 menit gue istirahat duduk diem sambil makan di kursi kasir, tiba-tiba depan pet care gue rame orang. Gue kira kan tamu, ya, taunya pendemo. Padahal gue bukan pemerintah.

Mereka teriak-teriak minta gue keluar. Karena suara berisik itu juga, Seiki yang tadinya lagi tidur di rumah bareng Raden jadi nyamperin kemari.

"Mraw?" Seiki mengeong bingung ke gue.

Gue sendiri juga bingung. Gue takutnya mereka nyerang yang ada pecah kaca jendela sama pintu gue, mending gue turutin dengan keluar dari pet care.

"Ada apa ini?" tanya gue.

Itu gue udah nanya sesopan, selembut, dan sepelan mungkin, ya. Terus dijawab mereka apa coba?

"Halah, muka-muka sok gak tau apa-apa. Kita minta lu tutup usaha lu dan pergi dari sini!" seru salah satu dari mereka, yang kemudian disambut setuju sama yang lain.

Lah lah, apa ini? Tiba-tiba banget gue di usir.

"Mohon maaf nih, ya. Bapak-bapak, Ibu-ibu, Kakak-kakak dan temen-temen semua. Saya ini baru balik dari kampus toh. Saya gak paham kenapa kalian kesannya mengusir begini," jelas gue.

"Itu karena lu dan hewan-hewan lu biang onar dari masalah yang terjadi di sini!"

Gue noleh ke orang yang barusan teriakkin gue. Lah, dia kan orang yang tadi mau nonjok gue.

Oh sekarang gue paham. Orang itu udah menyebarkan kesalahpahaman ke warga sini. Sialan, pake ngusir lagi. Mana maulah kan gue kagak salah anying.

"Saya dan hewan-hewan di sini tidak bersalah. Pet care saya ini berjalan hanya untuk membantu perawatan hewan saja, bukan untuk melatih hewan melakukan tindakan kriminal," jelas gue, lagi.

"Tapi bisa saja itu hanya kedok, kan?"

"Benar. Tadi itu udah jelas lu memperlakukan hewan yang habis maling dengan baik. Itu pasti peliharaan lu."

Lama-lama gue gedeg dengernya.

"Bukannya gue udah balikin duit lu, ya? Perlu tadi gue tambahin uang jajan lu?" kata gue sambil ngejek dikit.

"Halah, kalau aja lu gak keciduk emang tetep bakal lu balikin?"

Oke gue makin gedeg. Tangan gue reflek mengepal. Pengen gue tonjok mereka satu-satu, tapi jangan deh, toh mereka cuma salah paham.

Justru kesalahpahaman ini harus segera diluruskan. Tapi bagaimana?

"Itu dia hewannya!"

Gue kaget ada yang tiba-tiba nyerocos gitu. Begitu gue noleh, ternyata Seiki sama Raden keluar dari pet care langsung ngumpet di belakang kaki gue.

"Mraw..."

"Nyaw..."

"Hajar aja mereka biar kapok!"

Karena seruan itu, yang lain terpancing buat ikut nyerang Seiki dan Raden. Saat satu orang dari mereka mau mengayunkan tongkat pada anak-anak, dengan sigap gue tahan tongkatnya itu. Kalau udah begini, gak guna lagi gue ngomong baik-baik. Gue liatin orang itu dan yang lain dengan tatapan marah.

"Dengan kalian melakukan ini sama aja tindak kejahatan, bukan? Kalian mau laporin saya, silakan, saya bisa laporin kalian balik atas penganiayaan terhadap hewan," ucap gue.

Dengan itu orang tadi langsung menjauhkan tongkatnya dari gue. Gue mendesah gusar, untungnya gue masih bisa nahan diri. Gue nunduk liat Seiki dan Raden yang masih ngumpet di balik kaki gue.

"Seiki, Raden, masuk ke dalem dulu, ya," ujar gue.

"Mraw."

Seiki lebih dulu nangkep maksud gue. Dia pun segera membawa Raden ikut masuk ke dalam pet care. Gue pula menghela nafas lega liatnya. Sekarang tinggal mikir gimana cara ngeyakinin orang-orang ini.

🐾

🐾

"Hoam..."

Sejenak gue liat jam dinding yang udah nunjukkin pukul duabelas kurang sepuluh, bentar lagi tengah malem. Gue pengen tidur banget anjir.

Gue rebahin kepala bentar di atas meja. Sumpil gue merutuki banget omongan gue tadi siang. Karena gue marah, spontan gue bilang bakal buktiin ke mereka kalau gue, anak-anak, bahkan pet care gue gak salah tanpa mikir gimana cara buktiinnya.

Gue udah cari-cari berita perihal masalah yang lagi booming di daerah sini, tapi gak ada satupun yang membicarakan tentang tempat atau orang yang dicurigai jadi dalang dari masalah ini.

Bego banget gue. Kudu piye toh iki?

"Nyaw..."

Gue mengerjap lalu noleh ke suara tadi. Ada Raden lagi duduk di samping laptop gue sembari liatin gue. Gue balik negakkin badan buat liat dimana Seiki berada, dan ternyata dia udah balik tidur di kasurnya.

Raden keliatannya juga udah ngantuk. Gak tau kenapa dia bisa duduk di sini seolah kayak lagi nungguin gue. Karenanya gue mengulas senyum, kemudian gue elus kepala Raden yang membuatnya kaget dikit, tapi lama-lama jadi nyaman sampai membuatnya ambil posisi loafing.

Aduh jadi mungil banget keliatannya.

Kayaknya gue mau ijin gak masuk kelas dulu besok.

🐾

🐾

Dia memanggil hewan-hewan yang tadi dia setrum untuk berkumpul di satu tempat. Dia memerhatikan satu persatu hewan-hewan nya sebelum dia mulai angkat suara.

"Lakukan tugas kalian," titahnya.

Hanya dengan begitu, para hewan mulai membubarkan diri melakukan tugas yang dimaksud.

Salah satu dari mereka adalah kucing kecil yang selalu bersama Irma. Dia belum pergi saat Irma tiba-tiba menghampirinya hanya untuk menjilati wajahnya, bahkan sempat bercanda sebentar sampai Irma dibentak untuk menghampiri orang itu. Karenanya kucing kecil itu pun pergi dan Irma cuma diam melihat kepergiannya sebelum dia mendekati orang itu.

Suara lolongan anjing memenuhi sunyinya malam hari. Kucing kecil itu terus berkeliling mencari benda yang diperintahkan, namun dia tak kunjung melihatnya.

Ketika dia melewati tong sampah yang ada di dalam sebuah gang, tiba-tiba dia merasakan lapar. Dia pun memilih untuk mencari makan dari sana lebih dulu.

"Grr..."

Begitu dia mendapatkan makanan yang cukup layak untuk dimakan, sekumpulan anjing liar mengepungnya. Kucing kecil itu sontak menatap mereka kaget dan waspada.

"Meow!"

Dengan cara paksa mereka merebut makanan tersebut dari si kucing kecil bahkan menyakitinya saat dia berusaha untuk mendapatkan makanannya kembali.

Pada akhirnya kucing kecil itu mengalah karena rasa sakit di sekujur tubuhnya akibat ulah para anjing liar tadi. Dia berjalan lemas dengan bulu kotor dan luka. Ketika sudah tak kuat berjalan, kucing kecil itu pun terbaring begitu saja di pinggir jalan.

Dia pun terlelap dan melupakan apa yang harus dia kerjakan di malam itu.

To be continued...

Stabile Paws!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang