I.M.B.I.H.Y

242 34 1
                                    

.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.

Taehyung tertidur pulas di dalam mobil setelah kenyang menghabiskan satu porsi besar ramen dan masih ditambah lagi dengan kimchi tiga varian sekaligus. Setelahnya Taehyung masih memesan cake dan juga mengambil dua kaleng minuman bersoda. Seolah tak merasakan kenyang, Taehyung nyaris memesan sup rumput laut tapi Jimin langsung menepis tangannya yang sudah terlihat hendak memanggil pelayan resto. Ini bukan tentang berapa banyak yang sudah Taehyung makan atau berapa harga yang harus Yoongi bayar. Tapi jika Taehyung dibiarkan merajalela di restoran, ia akan muntah ketika dalam perjalanan pulang nanti. Dan Jimin tidak mau mengambil resiko dengan membersihkan mobil Yoongi sebab ulah dari Taehyung.

"Apa Taehyung masih belum bisa melupakan Jungkook?" Tanya Yoongi pada Jimin yang hanya dijawabi dengan anggukan kepala.

"Lalu kenapa tak mengatakan langsung pada Taehyung yang sebenarnya. Biarkan Taehyung yang memutuskannya nanti. Masih mau berpisah dengan Jungkook atau melanjutkan hubungan dengan Jungkook?"

Jimin menatap penuh protes pada tunangannya. Masalahnya bukan Taehyung akan memutuskan untuk mau tetap berpisah atau melanjutkan hubungan. Tapi Jungkook melarang Jimin untuk mengatakan yang sebenarnya pada Taehyung tentang kecelakaan yang terjadi padanya di malam natal tiga tahun lalu. Lagipula pihak keluarga Jungkook termasuk Ayah Jimin yang adalah paman dekat Jungkook, masih terus menuntut Jungkook untuk melanjutkan kuliahnya di luar negeri. Bisa jadi tiba-tiba Jungkook akan memutuskan pergi lagi. Jadi Jimin pikir pilihan yang diambil Jungkook itu sudah tepat. Biarkan saja mereka ber dua saling menyakiti diri sendiri tanpa tahu apa sebabnya.

"Biarkan takdir yang menjawabnya Ka Yoongi. Kau tahu sendiri posisiku sudah sulit, dan aku tidak mau menjadi semakin sulit."

Yoongi hanya ber dehem. Tak seharusnya ia mencampuri urusan Taehyung dan Jungkook. Terlebih lagi malah memberikan tekanan pada Jimin agar mau mengatakan hal yang sebenarnya yang sedang menimpa Jungkook. Kehidupan keluarga Jungkook sangatlah rumit. Dan Jimin ada di tengah-tengah kerumitan itu. Jika dalam dua tahun Jungkook masih juga tak menyelesaikan studynya untuk mendapatkan gelar yang layak agar pantas untuk meneruskan memimpin perusahaan Ayahnya yang bergerak dalam industri tekstil. Maka Ayah Jimin yang akan mengambil alih dan sudah dipastikan juga siapa yang akan menjadi penerus selanjutnya.

"Lalu kapan Jungkook akan menyelesaikan gelar pertamanya yang katanya akan diselesaikan lebih awal?"

Jimin mendengus seraya menoleh ke arah kursi belakang. Melihat Taehyung yang sedang tidur dan mirip seperti orang mati. "Harusnya dalam waktu dekat ini Ka Yoongi. Karena itu sekarang Maesha Nunna sedang gencar mendatangkan guru tutor untuk membantu Jungkook belajar."

Jungkook sendiri tidak ber kuliah seperti mahasiswa pada kebanyakannya. Keterbatasannya dalam mendengar membuatnya memilih untuk menjalani home schooling saja. Tapi home schooling juga bukan hal yang gampang untuk Jungkook.

Taehyung merasakan tak nyaman dalam tidurnya, dan ternyata Jimin memang sedang mengguncang-guncang tubuhnya untuk membangunkannya. Taehyung sudah sampai dengan selamat sampai rumah dan juga dengan perut kenyang tentunya. Ia pun langsung masuk ke dalam rumah setelah sempat mengucapkan terimakasih pada Yoongi.

Saat menapakkan langkah kakinya di atas tanah yang sudah tetutup dengan salju. Taehyung seketika merenung sembari menatap ke bawah. Memandangi hamparan salju yang sudah menutupi jalan masuk menuju rumahnya. Kapan salju mulai turun, batin Taehyung. Seingatnya salju belum turun saat ia keluar dari kampus bersama dengan Jimin. Dan inilah yang membuat Taehyung tidak menyukai ketika salju turun. Taehyung tidak bisa menebaknya apakah ada hujan salju atau tidak jika tak melihatnya langsung. Hujan salju yang indah tertangkap seperti penjahat di mata Taehyung yang suka datang mengendap-endap.

"Kau sudah pulang?" Maria masih duduk di sofa dan menonton televisi, padahal malam sudah larut. Taehyung tak bisa dihubungi dan juga tak memberikan kabar jika akan pulang terlambat. Sehingga Maria harus menunggui puteranya itu sampai pulang ke rumah dan Maria pastikan sendiri jika puteranya pulang dalam keadaan baik-baik saja. Maria khawatir jika Taehyung pulang dengan keadaan baju yang kotor dan langsung berangkat tidur tanpa membersihkan tubuhnya ataupun mengganti bajunya.

Taehyung lekas menghampiri Ibunya begitu masuk ke dalam rumah.

"Maaf Ibu... Tae kehabisan batre hp." Sesal Taehyung seraya mengecup pipi kanan dan kiri Maria. Maria hanya tersenyum dan lalu memeluk tubuh puteranya yang terasa sedikit dingin itu. Taehyung tak memakai baju yang cukup hangat, dan itu adalah salah satu kebiasaan buruk Taehyung. Selalu mengabaikan perkiraan cuaca dan kemudian menyalahkan alam yang kata Taehyung suka labil dan berubah-ubah sesukanya.

Maria, wanita cantik itu hanya bisa menghela nafasnya sambil mengusap pipi puteranya yang dingin. Menyalurkan setitik rasa hangat.

"Apa putera ibu sudah makan dengan kenyang malam ini?" Taehyung mengangguk dengan senyumannya yang penuh binar.

"Tae makan malam bersama Jimin dan Ka Yoongi." Maria menepuk pantat Taehyung sesaat sebelum Taehyung melesat pergi menuju kamarnya. Lega rasanya melihat puteranya pulang dalam keadaan yang baik. Sebagai seorang ibu, konyol rasanya jika Maria sampai tak tau apa keresahan anaknya. Taehyung sering berbohong perihal Jungkook, dan Maria tau akan hal itu. Maria diam sampai saat ini tak lebih karena ia penasaran, kenapa puteranya itu harus berbohong padanya. Apa yang disembuyikan oleh Taehyung tentang Jungkook?

Dan berbicara tentang kebiasaan buruk Taehyung, pergi tidur tanpa mengganti bajunya terlebih dahulu adalah salah satu dari ratusan kebiasaan buruk yang Taehyung miliki. Dan sekarang pelakunya sudah tidur meringkuk sembari memeluk boneka beruang besar berwarna cokelat seukuran dirinya, hadiah yang diberikan Jungkook pada Taehyung saat perayaan hari jadi yang pertama mereka.

Taehyung tak pernah menyesali pertemuannya dengan Jungkook. Taehyung juga tak pernah merutuki jalinan kasihnya bersama dengan Jungkook. Bahkan ketika Jungkook dan dirinya memutuskan untuk mengambil jeda, Taehyung pun masih bisa membuka tangannya lebar-lebar menerima kesepakatan yang diambil bersama. Tapi tidak dengan Jungkook yang menghilang tanpa kabar. Sumpah Taehyung tidak ikhlas lahir dan batin.

Pun kini ia menangis lagi dalam tidurnya. Rasanya tidak adil sekali jika dirinya masih memikirkan Jungkook. Kenapa semesta begitu jahat pada dirinya. Harusnya jika Jungkook sudah tak memberikan kabar padanya dan juga sudah mengingkari janjinya, maka Taehyung bisa untuk membencinya. Tapi seakan semesta tengah tertawa di ujung garis takdir Taehyung. Seiring menumpuknya rasa rindu, semakin tinggi juga rasa sayang Taehyung pada Jungkook.

"Aku menyukaimu Jungkook, tapi aku juga membencimu"

Jika orang pada umumnya akan ber do'a sebelum tidur, maka Taehyung akan mengadukan dukanya yang sudah ia rasakan selama kurang lebih tiga tahun ini. Taehyung penasaran harus melewati berapa tahun lagi agar dirinya benar-benar bisa melupakan Jungkook.

Tidur dengan pikiran resah dan pipi yang basah. Jangan harap akan mendapatkan mimpi yang indah.

.
.
.

To be continued

 I miss you but I hate youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang