I.M.Y.B.I.H.Y

416 46 0
                                    

Rasanya tidak adil jika hanya Taehyung saja yang masih menyimpan perasaan itu. Seonggok perasaan cinta yang tak bisa hilang dan terus tertinggal di lubuk hatinya Taehyung yang paling dalam.

Berkali-kali Taehyung menindih kenangan yang bahkan Taehyung juga tidak tau kenangan mana dan apa yang sampai membuatnya tak bisa melupakan mantan kekasihnya sewaktu ia duduk di bangku sma. Taehyung menindih semua rasa yang mungkin tertinggal itu dengan sebuah rasa yang baru. Tapi tetap saja semuanya berlalu dengan rasa yang berada.

Nafasnya terdengar gusar dan kasar. Melewati satu hari saja tanpa memikirkannya ternyata bukanlah suatu hal yang mudah. Ini bukan tentang seberapa Taehyung mencintai orang yang sudah Taehyung anggap sebagai mantan. Tapi ini adalah tentang perpisahan yang terucap tanpa kata antara Taehyung dan juga mantan kekasihnya yang bernama Jungkook.

Sudah tiga tahun terlewat sejak malam di mana Jungkook yang seharusnya datang ke rumah Taehyung untuk merayakan malam natal terakhir bersamanya di rumahnya. Dan Jungkook tidak ada datang pada malam itu. Ketimbang sakit hati, rasa malu yang Taehyung rasakan lebih dominan menguasai emosinya saat itu. Taehyung tidak tau harus menjelaskan seperti apa pada ibunya tentang ketidakhadiran Jungkook.

Mengingat Jungkook yang tidak menepati janjinya di malam natal tiga tahun lalu, membuat Taehyung harus melewati mimpi buruknya di setiap malam. Taehyung begitu sangat membenci, setiap kali Jungkook datang ke dalam mimpinya. Mimpi itu hanya akan meninggalkan rasa rindu yang tak bertepi ketika Taehyung terbangun dari tidurnya nanti.

Harusnya Taehyung sudah siap dengan semua keadaan. Ia dan Jungkook sudah memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan lagi. Jungkook akan melanjutkan sekolahnya di Ausie, dan mereka berdua sudah sepakat. Jika mempertahankan hubungan dengan kondisi terbentang jarak bukanlah ide yang baik. Tapi entah kenapa? ketidakhadiran Jungkook di malam natal tiga tahun lalu, membawa rasa tak rela dan tak ikhlas dalam diri Taehyung. Meski sejatinya, Taehyung tak membenci Jungkook. Taehyung hanya membenci dirinya sendiri yang masih belum bisa melupakan Jungkook. Padahal sudah tiga tahun terlewat tanpa kabar.

"Aku sangat membencimu Jungkook!"

Plak

"Dan kau juga sangat mencintainya."

Taehyung meringis memengangi kepalanya yang terkena pukulan Jimin. Ini bukan untuk yang kali pertama Jimin memukul kepalanya, dan Taehyung, satu kalipun tak pernah marah. Taehyung berharap dengan kepalanya yang terus mendapatkan pukulan, ia bisa mengalami gagar otak. Setidaknya Taehyung berharap jika dirinya bisa lupa ingatan, sehingga Taehyung tak perlu lagi susah-susah untuk melupakan Jungkook, yang bahkan memikirkannya saja mungkin tidak. Jungkook pasti sekarang sedang sibuk dengan segudang materi kuliahnya. Anak orang kaya gaya belajarnya memang berbeda. Tidak seperti anak orang biasa-biasa seperti Taehyung.

"Mau sampai kapan bersembunyi di sini?" Jimin melemparkan tas Taehyung yang sengaja ia tinggalkan di dalam kelas. Taehyung harus berakting habis-habisan hari ini agar terhindar dari mata kuliah dosennya yang selalu memasang wajah genit padanya. Bahkan Taehyung sampai memohon pada petugas kesehatan yang berjaga di ruang kesehatan hari ini, Kim Seokjin, agar tak memperbolehkan siapapun untuk menjenguknya yang sedang berpura-pura sakit, kecuali Jimin.

Taehyung memandang ke luar jendela. Sudah malam ternyata. Dan Taehyung yakin jika dosen genitnya yang bernama Lady itu pasti sudah pulang. Mengingat jam mengajarnya hanya sampai pada jam 5 sore saja, dan sekarang sudah pukul 9 malam. Pun perut Taehyung juga sudah melilit, serasa ususnya tengah digerogoti oleh cacing-cacing yang bersemayam di dalam perutnya.

"Jim... aku lapar, dan juga rindu." Adu pilu Taehyung pada Jimin yang hanya dianggap angin lalu saja oleh Jimin. Bicara lapar, Jimin juga lapar. Bahkan Jimin sempat tertidur sekitar tiga puluh menitan ketika harus menunggui Taehyung yang sedang melamun sampai selesai. Dan bicara rindu. Jimin juga tengah meredam rindunya yang hampir meledak. Seharusnya Jimin sekarang sudah makan malam mewah bersama dengan tunangannya Yoongi yang baru datang dari perjalanan bisnisnya di China. Tiga bulan Jimin menahan rindu dan sekarang hancur sudah makan malam romantis, karena Jimin lebih mementingkan Taehyung.

Taehyung selalu mengatakan jika dirinya baik-baik saja. Dan Taehyung juga selalu memperlihatkan hubungan mesranya dengan para kekasih barunya, yang tak pernah bertahan sampai tiga bulan. Pada akhirnya pemenangnya tetaplah Jungkook. Jungkook betahan di hati Taehyung selama satu tahun pacaran, dan tiga tahun tanpa kabar.

Taehyung masih mencintai pemuda itu meski tiga tahun tak mendapatkan kabar darinya. Rasa rindu Taehyung semakin menumpuk setiap harinya. Terlebih lagi jika sudah mendekati hari natal seperti sekarang ini. Ingatan Taehyung tentang Jungkook yang mengingkari janjinya pada malam itu masih membekas dalam memory Taehyung. Taehyung sampai harus berbohong pada ibunya, Nyonya Kim Maria, perihal Jungkook yang tidak datang.

"Ibu... Keberangkatan Jungkook ke Ausie dipercepat, jadi Jungkook tidak bisa datang untuk merayakan malam natal bersama kita."

Itu adalah kebohongan Taehyung yang pertama tentang Jungkook pada ibunya. Dan sekarang sudah tak terhitung lagi berapa banyak kebohongan yang sudah Taehyung katakan pada ibunya, setiap kali ibunya menayakan tentang kabar Jungkook. Jungkook tak mengatakan apapun malam itu. Bahkan nomor ponsel Jungkook juga sudah tidak bisa dihubungi lagi.

Terkadang Taehyung heran dengan sikap ibunya yang memperlakukan Jungkook dengan begitu sangat berlebihan. Jungkook itu anak dari keluarga kaya raya. Hidup Jungkook jelas berkecukupan dengan harta yang berlimpah. Tapi setiap kali Taehyung membawa Jungkook pulang ke rumahnya. Ibu Taehyung selalu memperlakukan Jungkook seolah Jungkook adalah anak yang kekurangan segala-galanya.

Dan Taehyung tidak tau apa-apa tentang Jungkook lagi setelah malam itu. Taehyung juga tidak pernah mendapatkan kabar apapun tentang Jungkook, dari siapapun. Mungkin ini adalah cara Jungkook untuk mengajak Taehyung berpisah pada waktu itu. Tapi Taehyung masih berharap jika Jungkook bisa mengucapkannya melalui kata. Bukan menghilang dan meninggalkan rasa. Membuat Taehyung menjadi bimbang, antara harus membencinya atau tetap menyukainya.

Jimin menyeret Taehyung pulang. Sama-sama mempunyai perut yang lapar sekarang ini, cukup untuk membuat tenaga Jimin semakin terkuras dan lemas. Keadaan kampus sudah gelap. Hanya ada beberapa kelas yang masih menyala lampunya, dan itu adalah kelas ekstra. Taehyung dan Jimin tak pernah mengambil kelas ekstra sejak di sma. Mereka ber dua tak membutuhkan nilai tambahan apapun. Taehyung terlahir menjadi orang pintar, dan Jimin terlahir untuk menjadi orang pintar. Hanya belajar satu jam setelah bangun tidur, Taehyung dan Jimin sudah bisa menguasai materi yang akan di bawakan oleh guru atau dosen mereka.

"Malam ini kau tidur dimana Jim...?"

"Tidur di hatimu, agar tak kesepian."

Kali ini Jimin harus terima di hadiahi pukulan dari Taehyung sepanjang perjalanan menuju halte yang berjarak satu kilo meter dari kampusnya. Lumayan jauh, terlebih dengan kondisi perut lapar pada mereka. Namun jika sudah rejeki anak solehot, maka tidak akan pernah tertukar. Sebuah mobil berhenti di pinggir jalan, seolah sengaja menghadang langkah Taehyung dan Jimin. Dan tak perlu menebak mobil milik siapa itu, dalam hitungan detik setelah sang pemilik mobil ke luar, Taehyung langsung menyambarnya dengan pelukan dan teriakkan senang yang kelewat histeris. Seperti telah menenangkan lotre dengan nilai yang fantastis.

"Ka Yoongi."

.
.
.

To be continued

 I miss you but I hate youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang