.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-
30 menit sudah terlewat, namun hanya ada hening di antara dua pemuda yang tengah menatap sedih pada tiap tetes air hujan yang jatuh ke tanah. Selain suara gemericik air hujan dan gemerisik angin yang sesekali datang berhembus, maka tidak ada suara lain lagi.
Jalanan cukup lenggang sore kali ini, mungkin karena hujan yang terus mengguyur pemukiman sejak semalam. Namun bukan berarti Jungkook dan Taehyung bisa bebas begitu saja menerobos rintik hujan yang mungkin akan membuat Jungkook sakit.
"Aku panggilkan taxi untukmu. Ini sudah terlalu terlambat untukkmu pulang." Pemuda Jeon menatap lembut pada pemuda Kim yang terlihat menatapnya garang.
Mulut Taehyung membuat pola O sebelum akhirnya kata, "Ohhh ... jadi kau mengusirku?" Taehyung kembali menatap ke depan. Mengikuti gerak jatuhnya air hujan ke bawah, seolah ia sedang menghitungnya.
"Bukan begitu Tae ..."
"Kalau bukan begitu maka diam saja! Kita akan pulang bersama setelah hujan reda."
Jungkook tersenyum sambil mengikuti arah gerak mata Taehyung yang kembali focus menatap setiap rintik hujan yang turun, sambil tangannya terjulur memainkan rambut belakang Taehyung.
"Dengan orang lain nanti, jangan suka membantah. Belum tentu akan sesabar aku."
Dengan membabi buta Taehyung memukuli Jungkook acak dan random dengan ke dua tangannya. Meski hanya pukulan main-main, Taehyung melakukan berulang hingga tanpa pelawanan yang berarti Jungkook pun hanya bisa mengaduh, sebelum akhirnya Taehyung diam tak bergerak di dalam pelukannya.
"Tidak denganmu, maka tidak dengan yang lain."
Mendengarnya Jungkook lantas tertawa remeh. "Lalu apa kau akan melajang seumur hidup?"
"Lalu apakah kira benar-benar tidak akan bertemu lagi?"
Jungkook membuat jarak dengan pelukan yang telah ia akhiri. Menangkup ke dua pipi Taehyung dan mengarahkan mata Taehyung tepat di depan matanya.
"Tae ... kita sudah berjanji untuk tidak saling menunggu. Menjalin hubungan tanpa kejelasan, aku tidak mau kita bertengkar hanya perkara komunkasi. Aku mohon ..."
Taehyung mengangguk meski tak rela. Mengakhiri hubungan memang terdengar lebih baik daripada melanjutkan hubungan tanpa kejelasan. Jungkook akan pergi sebentar lagi untuk melanjutkan sekolahnya ke Ausie. Dan kepergian Jungkook juga bukan hanya perkara tentang melanjutkan study saja. Hidup di lingkungan keluarga yang kompetitif, memberikan beban tersendiri buat Jungkook.
Hujan akhirnya reda setelah jam menujukkan pukul 11 malam. Sial! Taehyung terus mengumpat karena harus menahan lapar. Toko buku yang menjadi tersangka dirinya terjebak hujan bersama dengan Jungkook pun sudah tutup jam 10 tadi.
"Mau pergi makan dulu, atau langsung pulang." Jungkook hendak merapikan rambut Taehyung yang sedikit berantakan, namun langsung ditepis oleh Taehyung. Perut yang lapar adalah mood yang buruk untuk Taehyung.
Dengan gayanya yang mengabaikan Jungkook, Taehyung langsung berjalan menuju tempat di mana motor Jungkook terparkir. Wajahnya cemberut, dan Jungkook sangat gemas. Hingga satu cubitan pada pipi Taehyung sukses mendarat sebagai bentuk pelampiasan rasa gemas Jungkook.
"Sakit .... sakit ... sakit .... sialan!" Kembali Taehyung memukuli Jungkook. Namun apa Jungkook perduli. Tentu tidak!
Tujuan pertama Jungkook setelah cuaca kembali bersahabat lagi dengannya adalah mencari toserba terdekat. Membiarkan Taehyung melenyapkan rasa laparnya sebelum pulang.
Mata Taehyung seketika langsung berbinar, melihat deretan snack yang terpajang di rak dengan stock yang masih lengkap, seolah Taehyung akan membrongnya semua.
Tangan Taehyung terjulur meraih kimbab segitiga isi daging kepiting. Lalu berlanjut mengambil 2 bungkus sosis. Masih tak berhenti di sana, Taehyung mengambil 2 telur rebus, minuman yogurt, teh botol, soda, kue tart toping buah, lalu ramen cup, dan masih banyak snack yang lainnya hingga keranjang merahnya penuh dan pada akhirnya ia mengaduh karena keberatan.
"Apa ini untuk stock satu minggu?" Jungkook mengerutkan alisnya. Ia tak keberatan Taehyung mengambil apapun atau membeli apapun. Tapi jika ini tentang satu kali makan, maka Taehyung benar-benar gila.
"Apa kau keberatan membayarnya untukku?" Dan sekarang Taehyung berjalan menuju tempat di mana jejeran ice cream berada. Mengambil semau dia, bahkan tanpa memperdulikan variant apa itu. Beruntung Taehyung tak punya masalah dengan makanan, jadi Taehyung bisa memakan makanan jenis apapun selama itu tidak basi atau beracun.
Jungkook menyelesaikan pembayarannya dan mencari tempat duduk, lalu mulai menikmati sosis daging ayamnya sambil memandangi Taehyung yang tampak lahap menyantap makanannya satu persatu seperti orang kesurupan.
Terus menatap, lamat dan dalam hingga tanpa sadar Jungkook mulai tenggelam dalam perasaannya sendiri. "Aku tidak ingin pergi ..." Meski tatapannya tajam, tapi pandangan itu kosong.
Taehyung membuka satu bungkus ice cream rasa mangga. "Kalau begitu jangan pergi." Taehyung memakan ice cream itu tanpa memperdulikan raut wajah Jungkook yang sudah mulai melankolis.
"Apa Eomma Kim mau menampungku jika aku diusir dari rumah?" Jungkook meletakkan sosisnya yang masih tersisa separuh dan lalu membuka satu kaleng soda.
"Selama kau bisa bersih-bersih, ibuku pasti akan mau menerimamu." Sahut Taehyung santai sambil menatapi Jungkook yang sedang meneguk minumannya.
"Kalau begitu, maka itu pekerjaan yang mudah, aku sudah biasa. Jadi ... apakah mulai malam ini aku sudah boleh menginap di rumah Eomma Kim?"
Uhugk ...
Taehyung tersedak teh kotaknya. "Apa kau tidak akan pulang malam ini?"
"Kau ingin aku pulang?"
Pertanyaan-pertanyaan ambigu terus saling bersahut hingga tak terasa semua makanan yang dibeli Taehyung sudah habis tak bersisa. Pulang dengan perut kenyang dan tidur dalam pelukan orang terkasih.
Mimpi indah mana yang akan kau dustakan kawan?
"Ibu ... apa Jungkook sudah pulang?"
Maria menatap putranya dengan sendu. Suara hening seketika tercipta, padahal baru beberapa detik yang lalu sebelum Taehyung keluar dari dalam kamar dan menanyakan keberadaan Jungkook, Maria tengah sibuk bergulat dengan tepung-tepungnya yang akan ia buat mochi, dan diantarkan segera hari ini ke tempat pelanggannya yang sudah memesan.
"Sayang ...
Maria tak sampai melanjutkan ucapannya yang ingin menawari Taehyung sarapan. Taehyung sudah lebih dulu berlari masuk kembali ke dalam kamarnya. Ini bukan untuk yang pertama, kedua dan seterusnya Taehyung akan bangun dari tidur dan menanyakan keberadaan Jungkook. Karena malam di mana Jungkook menginap di rumah Taehyung, adalah malam terakhir Taehyung bersama dengan Jungkook.
.
.
.To be continued