20.

493 78 16
                                    

~srek srek srek~ suara langkah kaki Salma mengisi ruangan yang sunyi. menelusuri segala sisi rumah untuk mencari ibu dan kaka nya.

sepulang dari mengantar Nabila le rumah nya tadi, Salma segera berlari menuju ke rumah nya untuk memberikan bunga matahari yang di dapatkan.

bunga itu terikat sempurna, berisi setangkai bunga yang berkelopak besar, dan empat bunga yang berkelopak kecil.

Salma mengikat bunga matahari itu menggunakan rumput liar yang ada di sana. lalu menyimpan nya ke dalam tas sekolah yang dia bawa.

"ibu" panggil Salma sembari menuju ke kamar ibu nya.

kosong, dia tak mendapati ibu nya berada di sana. mencari ke dapur, belakang rumah, bahkan kamar Bunga pun juga kosong.

"ibu sama kak Bunga kemana ya" gumam Salma.

"aku bersih bersih dulu aja deh"

setelah tiba di kamarnya, langkah Salma terhenti pada meja yang menyimpan rapi alat alat sekolah serta buku buku nya.

dia mendudukkan diri di kursi, lalu mengambil sebuah botol kaca bening yang berisi bunga matahari yang sudah kering.

Salma tersenyum, menatap bunga baru yang ada di genggaman sebelah kiri nya. itu adalah bunga kedua yang di beri oleh Rony.

Salma memasukkan bunga itu kedalam botol, menyatukan bunga itu dengan bunga yang lebih dulu menjadi penghuni nya.

pikiran nya tertuju pada Rony. laki laki baik yang selalu ada di samping nya satu tahun ini. Rony berhasil menjadi rumah nya. Rony berhasil menciptakan bahagia untuk nya.

kalau saja dia tidak bertemu dengan Rony, apa dia sempat merasa bahagia dan bisa menjadi diri sendiri.

salah satu hal yang Salma syukuri bukan hanya Rony, tapi teman sekelas yang teramat peduli pada nya. yang mau mendengar dan menerima cerita nyata yang dituturkan oleh Salma. membuat Salma merasa bahwa rumah nya berada di sekolah bukan rumah yang berisikan Bunga dan Diana.

~Ron, suatu saat nanti, aku mau kamu lebih bahagia dari ini. hidup damai, dan di mudahkan dalam segala hal~

Salma memejamkan mata nya, menarik nafas nya pelan lalu mencium botol yang ada di genggaman nya "aku cinta kamu Ron" ucap Salma lirih.

*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^^^^*^^*^**^*^^

"Salma" teriak Diana dari luar kamar Salma.

~brak brak brak~

"iya bu sebentar" Salma membuka pintu kamar nya. lalu bertemu pandang dengan Diana yang menyimpan segudang emosi.

"taraaaaa bunga matahari buat ibu" Salma mencoba mencairkan suasana, dengan memberika bunga matahari.

Diana menerimanya, lalu menekuk nya menjadi dua bagian, dan memeras nya seperti pakaian basah.

"i-ibu kenapa di rusak?" tanya Salma sembari menundukkan kepala nya.

"ibu ngga butuh ini Salma. ibu kan sudah bilang berkali kali, ibu ngga butuh bunga. ibu itu butuh nya uang buat biaya operasi kakak kamu. lagian, bunga matahari itu bunga yang jelek"

"t-tapi bu, bunga matahari itu indah"

"itu kan menurut kamu, kalau menurut ibu, bunga terindah itu adalah anak ibu, Bunga Reyza"

~Bunga Reyza~

~Bunga Reyza~

~Bunga Reyza~

ucapan Diana terngiang dalam kepala Salma, betapa bahagia nya menjadi Bunga, di sayang dan di banggakan oleh ibu nya. menjadi anak emas, seolah olah anak semata wayang yang begitu di perjuangkan hidup nya.

Diana tidak buta, tapi dia menutup mata dan menulikan telinga pada semua hal yang berhubungan dengan Salma.

kejam!!

yaa, Diana adalah ibu kandung yang kejam. menyakiti hati anak nya tanpa memikirkan kesehatan mental nya. bahkan jika tidak puas dengan cacian, Diana tidak segan segan menambahkan pukulan pukulan pada diri Salma sampai dia merasa puas.

"ada apa ibu manggil Salma?" tanya Salma.

"ada apa ada apa" sambar Diana dengan mata melotot

"kamu dari mana aja sih hari ini? hah? kamu ingatkan kalau sekarang kakak kamu itu waktu nya kontrol?"

"ya ampun" lirih Salma sembari menutup mulut nya sendiri "ibu, Salma lupa. karena tadi Salma belajar buat lom-"

"hallah" Diana mendorong kepala Salma kebelakang dengan kuat "kamu itu kebanyakan alasan Salma. bilang aja kalau kamu ngga mau kakak kamu sembug. maka nya kamu mengulur waktu pulang sekolah iyakan?"

"enggak bu, beneran Salma tadi belajar buat lomba fisika"

"sudah, ngga usah ngomong lagi. sana, bantuin kakak kamu minum obat" Diana meninggalkan kamar Salma, dengan kaki yang menyeret bunga matahari di bawah telapan kaki nya.

*^*^^*^****^**^*^^^^^^*^^^**^^^^^^^

"kamu kenapa nangis?" tanya Bunga saat Salma sudah duduk di sebelah nya.

"ngga apa apa, ini minum nya kak" Salma menaruh segelas air putih di depan Bunga, lalu mengeluarkan beberapa obat untuk diminum oleh Bunga.

"Sal" panggil Bunga dengan senyum yang memperlihatkan gigi nya.

"iya?"

"kenalin aku sama Rony dong"

Salma menatap Bunga, pergerakan nya yang mengambil obat terhenti sejenak " kakak kan sudah kenal" jawab Salma sembari kembali fokus pada apa yang dia lakukan.

"aku mau main keluar, mau jalan jalan kaya orang orang, pasti menyenangkan"

Bunga memutat tubuh nya menghadap Salma "Sal" Bunga mengambil salah satu tangan Salma.

"aku mau main kaya kamu"

"nanti ya kak" Salma mengusap tangan Bunga dengan jempol tangan nya. hati nya tidak tega melihat Bunga berbicara seperti ini. pasalnya, Diana sering kali melarang Bunga keluar dan melakukan aktivitas seperti orang yang sehat "kakak harus sembuh dulu"

"kalau jalan sama cowok pasti aman kan Sal?, aku mau...jalan sama Rony boleh?"

Salma di buat gelagapan dengan pertanyaan Bunga. Salma menunduk, dia bingung harus menjawab apa. Salma takut salah langkah, jika dis tidak mengizinkan, Diana pasti akan marah. tapi jika dia mengizinkan, apa dia sudah mulai harus menyiapkan hati untuk kehilangan Rony???

"Sal, bujuk sama Rony ya, pasti dia mau" Bunga mengangguk antusias, sembari menaruh wajah penuh harap.

Tanah DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang