21.

484 81 5
                                    

riuh berisik para siswa di sekolah tidak menghalangi fokus belajar Salma. beberapa tumpukan buku di depan nya beberapa kali dia bolak balik demi mendapatkan pengetahuan dan jawaban atas beberapa contoh soal yang sudah di berikan oleh guru nya.

sesekali Salma memijit pangkal hidung nya, rasa nyeri di kepala nya tidak dapat di bohongi. namun sebisa mungkin dia terlihat biasa saja di depan teman teman nya.

"Sal jajan yokk, gua habis menang slot nih" ucap Edo membuyarkan fokus Salma.

"enak aja lo mau ngasih Salma makan dari duit haram" timpal Rony dengan lirikan mata nya.

"gua cuma mau berbagi Ron, biar Salma semangat belajar nya"

"lo menang slot berapa juta do? tanya Diman.

"2juta"

"busett, tumben menang banyak" sahut Danil.

"ya lagi rejeki ini" ucap Edo dengan bangga.

"goblok" umpat Paul "yang namanya judi itu bukan rejeki"

"hahahha" tawa semua orang di kelas, termasuk Salma.

"Sal, nanti kau bantu bu Yanti jaga warung?" tanya Novia pada Salma.

"kaya nya engga dulu deh Nop, tiga hari lagi gua udah lomba soal nya" jawab Salma.

"kalau gitu gua aja yang bantuin bu Yanti Sal, entar gaji nya buat lo" Syarla memberi tawaran pada Salma, dan diangguki antusias oleh Novia.

"gua bantuin Syar"

"ngga usah Syar, Nop. kalian di sana jajan aja ya, uang aku masih ada kok, insyaAllah cukup buat satu minggu kedepan"

Rony hanya menatap Salma, ingin sekali rasanya dia membawa Salma pergi dari rumah itu dan menikahi nya. agar Salma tidak perlu lagi repot repot mencari uang demi menyambung hidupnya. tapi sayang nya, hari kelulusan masih lama.

"luka nya udah hampir ilang Sall" Rony mengusap lembut pipi Salma.

"soalnya aku olesin obat nya teratur Ron"

"masih ada?"

"apa nya?"

"cinta nya"

"dih apaan sih Ron"

"hahaha" gelak tawa Rony menggelgar seisi kelas "obat nya lah, kalau cinta nya aku sih percaya kalau itu bakal terus ada"

"gombal banget sih" Salma memukul lengan Rony pelan "ada masih tinggal dikit"

"nanti kita beli di apotek ya"

"ngga usah Ron, itu mahal"

"enggak sayang, ngga ada kata mahal buat kamu"

"cieee cieeee suiit  suiitttt" sorak Edo saat mendengar gombalan Rony.

semua orang kembali pada fokus nya masing masing. Edo yang bermain games, Paul Diman dan Danil yang bernyanyi, dan Syarla yang menariki uang kas pada bulan ini.

"Ron" panggilan Salma membuat Rony meletakkan ponsel nya di bangku dan fokus menatap Salma yang sedang mengajak nya bicara.

"iya Sal?"

"mmm, kak Bunga mau jalan jalan" ucap Salma tanpa ragu.

"terus?"

"a-aku minta tolong ya Ron, anterin kak Bunga ke tempat yang dia mau"

Rony bangkit dari sandaran nya di kursi, mengakkan tubuh nya, dan menatap serius mata Salma.

"kamu serius? nyuruh aku?" Salma hanya menganggukkan kepala nya.

"R-ron"

"Enggak, aku nggak mau. permintaan macam apa sih ini Sal" ucap Rony sangat lembut.

"kak Bunga pengen banget nongkrong sama temen, dia kan ga punya temen selain aku sama ibu. nah, kebetulan nanti pulang sekolah aku ada bimbel, ibu juga lagi banyak jahitan. jadi Ron, aku minta tolong ajakin kakak aku jalan ya"

"Salma" Rony memegang kedua sisi bahu kekasih nya "berkali kali aku bilang sama kamu kan? bahagia nya Bunga itu bukan tanggung jawab kamu, apagi aku?"

"yang menjadi keharusan aku itu adalah ngebuat kamu bahagia. kamu, bukan Bunga. aku ngga peduli Sal, mau Bunga ngga pernah tau rasa nya punya teman sekali pun, aku ngga peduli sama sekali. itu aku anggap impas dengan dia yang pernah tau rasanya di pukul sama ibu kamu setiap hari"

"tapi Ron" sangkal Salma.

"Sal, aku tau kok kamu lagi bohong. kamu ngga ada bimbel hari ini. dan kalaupun ada, aku temenin kamu di sini. biarin aja Bunga healing sama kehaluan yang ada di kepalanya itu"

sialan, Rony sama sekali tidak membuka hati nya meskipum dengan rasa kasihan. dia tidak mau menuruti permintaan Salma untuk mengantarkan Bunga jalan jalan.

"enak aja, jok motorku mau di naiki jamur kuping kek dia"

"Ron" Salma menajamkan matanya.

Rony hanya menyengir saja "jangan nyuruh nyuruh aku kaya gini lagi ya Sal, aku ngga mau" ucap Rony dengan gelengan kepala samar.

"kalau kamu yang mau jalan, ayo. kemanapun, mau bensin abis aku panggil mobil pertamina yang nyamper kita"

"tai mas Ronyyy" ucap Paul sembari meraup wajah Rony. Paul mendengar, karena dia baru saja lewat untuk pergi ke kamar mandi.

*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^^^*^*^*^*^*^^^^^^^

"Ron, gerimis" Salma menundukkan kepala nya, meletakkan di belakang bahu Rony.

"neduh bentar ya Sal, makin deres ini"

"iya Ron"

Rony menepikan motornya di sebuah warung yang sedang tutup. dia melepas jaket nya, dan di berikan nya pada Salma.

"pake ini Sal"

setelah jaket itu terpasang sempurna di tubuh Salma, Rony pun mendudukkan dirinya di bangku yang kosong di sebelah Salma.

"ternyata, jaket tebel kaya gini enak banget ya Ron" Salma mengusap usap pelan lengan nya sendiri.

"kamu? ngga punya jaket Sal?"

"punya, aku punya. tapi yaa tipis kaya cardigan gitu. itu pun bekas dari kak Bunga"

"nanti aku beliin buat kamu kalau menang lomba fisika nya"

"kalau aku ngga menang?"

"kata siapa ngga menang? seorang Salma Salsabil ngga juara? goblok berarti juri nya sayang"

"ish Rony ngga boleh gitu"

Salma mengangkat setangkai bunga matahari itu keatas, menatap nya di bawah langit abu abu yang menitikan air hujan.

"dia tetap terang ya Ron, meskipun di bawa awan gelap kaya gini"

~kaya kamu Sal, sempurna, lebih indah di bandingkan kakak mu yang bernamakan Bunga~ jawab Rony dalam hati nya.

Tanah DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang