Bab - 27

64 4 0
                                    

"Kapan kamu datang?" Ibu Pakin menyapa putranya di sore hari, sedikit terkejut saat melihat Pakin masuk ke dalam rumah

“Tadi malam,” jawab Pakin singkat.

"Jadi, dari mana kamu sekarang?" Lanjut Ibu karena sepertinya Pakin baru pulang ke rumah.

“Pagi-pagi ajak Tante Salee ke pasar. Oh, aku juga belikan sagu isi daging babi untuk mama. Ini sama Tante Salee,” jawab Pakin . Ibu pemuda itu tersenyum tipis. Namun Pakin melihat ekspresi tegas di mata ibunya yang cukup membuatnya bisa menebak apa yang sedang terjadi.

"Bagaimana kalau kita duduk dan membicarakan putri Ji?" tanya ibu pemuda itu.

"Ya... aku rasa aku harus mengatakan sesuatu untuk memperjelasnya. Dan aku juga ada urusan dengan ayahku," tegas Pakin.

"Hari ini, ayahmu kedatangan tamu dari Bangkok untuk membicarakan pekerjaan. Mari kita bicara nanti malam, ya?" saran ibu Pakin. Pakin masih sedikit tapi mengangguk menerima

“Iya, kalau begitu aku permisi dulu, mandi dulu,” kata Pakin kepada ibunya dan segera naik ke kamar tidurnya. Pagi harinya Pakin sudah bangun pagi dan keluar rumah untuk mengantar pembantunya berbelanja di pasar pagi. Ia juga memanfaatkan kesempatan itu untuk membantu Phra Phai menjual makanan penutup.

Usai mandi, Pakin kemudian turun ke ruang makan untuk sarapan bersama keluarganya namun melihat ibunya sedang duduk sendirian.

"Ayah?" Pakin bertanya dengan tenang.

"Ayahmu dan kakakmu pergi keluar untuk menjalankan beberapa urusan di perusahaan," kata ibu Pakin. Pakin mengangguk menerima dan duduk untuk makan bersama ibunya. Setelah makan, dia bermaksud pergi menemui Phra Phai di rumahnya.

"Mau kemana, Kak?" tanya sang ibu saat melihat anaknya berjalan keluar rumah.

"Aku akan melakukan sesuatu. Ada apa? Apa kamu butuh sesuatu?" Pakin bertanya, kalau-kalau ibunya ingin dia membawanya ke suatu tempat maka dia akan mengurus ibunya terlebih dahulu.

"Tidak ada. Hanya bilang. Jangan lupa kembali dan bicara dengan ayahmu nanti malam," ulang Ibu. Pakin masih kecil namun menganggukkan kepalanya tanda menerima.

"Baiklah, aku pergi dulu," ucapnya lalu segera berjalan keluar rumah.

“Phi Phai, apakah P'Pakin akan datang menemuimu hari ini?” Pluen bertanya pada kakaknya sambil tersenyum. Keluarga Pluen senang mengetahui hubungan Phra Phai dengan Pakin, khususnya Pluen. Saat mengetahuinya, dia berteriak kegirangan di dalam rumahnya hingga dimarahi oleh para sesepuh karena terlalu berisik.

"Mungkin. Phi Kin memberitahuku pagi ini bahwa dia akan datang," jawab Phra Phai. Pluen menatap wajah kakaknya sambil tersenyum.

“Phi Phai, apakah kamu bahagia sekarang?” Pluen bertanya dengan suara yang jelas.

“Yah, aku senang,” jawab Phra Phai dengan suara rendah membuat gadis itu mengamati dengan tenang karena sepertinya kakaknya sangat mengkhawatirkan sesuatu.

"Kenapa kamu terdengar seperti ini?" dia bertanya dengan cemas.

"Aku tidak tahu, Pluen. Mungkin aku berpikir keinginanku terpenuhi terlalu mudah. ​​Bukan begitu?" Jawab Phra Phai.

"Gila, Phi Phai. Aku tidak tahu apakah menurutmu itu mudah. ​​Apakah kamu lupa sudah berapa tahun sejak kamu diam-diam menyukainya? Phi Phai, jangan terlalu banyak berpikir. Jika P' Pakin mendengarmu, dia akan Aku akan mengira Phi Phai tidak memercayainya,” Pluen sedikit menegur kakaknya. Phra Phai mendesah ringan di depan klakson mobil

terdengar.

“Ah, Phi Pakin ada di sini. Aku akan pergi dan membukakan gerbangnya untukmu,” kata Pluen sebelum buru-buru berlari membukakan gerbang agar Pakin bisa masuk dan parkir di dalam pagar. Phra Phai juga pergi menunggu kekasihnya. Pakin masuk dan parkir. Kemudian keluar dari mobil menemui Phra Phai sambil tersenyum.

LS : Pakin & Phra Phai ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang