Diseberang jalan , sudah ada gadis muda dengan Toga dan atribut khusus yang dikenakan ketika hari dimana yang ia tunggu-tunggu sudah tiba. Hari itu suasana-nya cerah dan juga sedikit berawan, ditambah dengan suasana gembira dari teriakan para Mahasiswa dan juga Mahasiswi yang sedang merayakan kelulusan mereka.
Banyak-nya orang tua maupun kerabat yang mengerubungi setiap Mahasiswa/i di Universitas Negri Padang ini, melebihi banyak-nya Mahasiswa/i yang belajar di Universitas ini. Teriakan haru dan juga atmosfir yang gembira terdengar dari segala penjuru area lapangan terbuka. Tempat dimana mereka melepas satu sama lain.
Tak sama dengan yang lain-nya, Mita mayasari yang kini sedang celingak-celinguk seperti mencari sesuatu ditengah lapangan, tak juga kunjung menemukan apa yang sedang ia tunggu sedari tadi. Mita Mayasari kini bergumam lembut didalam hati, " ck, selalu saja begini, kita udah lama nunggu dari tadi gak juga mereka kelihatan". Sembari memandang kosong hamparan lapangan hijau yang luas diseberang jalan.
Ditengah sibuknya lamunan yang sedang Mita lakukan, ia terkejut ketika satu tangan yang entah punya siapa mendarat sedikit kasar menepuk pundaknya, "Mita, apo yang kau tunggu lai? dak datang do urang tu. pulang se lah kau lai Mita. ( mita, apa lagi yang kamu tunggu? Mereka tidak akan datang. Pulang ajalah Mita )". Ucap seorang wanita paruh baya menggunakan bahasa khas MinangKabau. Mita yang sadar dengan kehadiran wanita paruh baya tersebut yang tak lain dan tak bukan adalah Dosen Pembimbing Mita, "Iya bu, sebentar lagi pulang. Mita lagi nunggu ojol bu". Jawab Mita pada Dosen Pembimbingnya.
Wanita paruh baya itu tersenyum ringkas seakan-akan tau apa yang sedang Mita sembunyikan dari dirinya. Ia mengelus punggung Mita ringan seraya berkata dengan khas MinangKabau, "Den tau kau dak jujur ka den Mita, ijan juo kau tutup-tutupi masalah kau tu dari den. Tau den-nyo apo yang kau tunggu. Urang Tuo kau kan? ( Saya tahu kamu berbohong kepada saya Mita, jangan kamu tutup-tutupi masalah kamu dari saya. Saya tahu kok apa yang kamu tunggu. Orang tua kamu kan?)
Mita yang semulanya diam membisu, kini badan-nya bergetar ringan dengan suara isak tangis yang kian mengecil. Seakan tau, wanita paruh baya itu semakin mengelus lembut punggung Mita dan tak mengeluarkan sepatah kata-pun. Keadaan hening untuk sementara, yang kini tertinggal ialah perasaaan sedih Mita karena ketidak-hadiran Orang tuanya dihari sakral untuknya. Sejak dulu, setiap kali Mita merasakan ke-lulusan Sekolah yang ia tempuh selalu saja ia harus berakhir dengan tangisan dan isakan. Hingga beranjak SMA, Mita fikir dengan tidak datangan-nya Orang tua Mita tidak menjadi bencana besar untuknya. Namun kali ini, sedih diiringi tangis kembali Mita rasakan. Sama seperti apa yang ia rasakan saat empat (4) Tahun yang lalu, semasa ia duduk dibangku SMP.
Hal-hal seperti ini sering kali Mita rasakan, bukan Orang tua yang menguatkan dirinya. Melainkan orang lain yang Mita tidak tau tulus atau tidak-nya orang itu dalam menguatkan kehidupan yang Mita rasakan. Sejak kejadian di-seberang jalan tadi, Mita tak kunjung merasakan adanya atmosfir bahagia disekitarnya. Dan jam dinding miliknya kini menunjukkan pukul 22.30 WIB. Ia yang sedari tadi merenung sama sekali belum menyentuh ponsel pintarnya.
Begitu banyak pesan yang masuk, entah itu dari teman-nya atau-pun dari persepupuan-nya. Mereka sama-sama mengucapkan Selamat atas terlaksana-nya ke-lulusan Mita untuk Tahun ini. Sama seperti sebelum-sebelumnya, mereka hanya akan mengucapkan dari ponsel pintar dan tidak akan pernah datang untuk menemui Mita secara langsung.
Mita kini sedang menatap ponsel pintar itu, sembari memperhatikan pesan yang naik turun di aplikasi instagramnya. "selalu aja setiap tahun kaya gini, sesekali datang kek kemari lihat sosok yang mereka hina ini sejak dulu sekarang udah jadi apa."
Mendengar ocehan dirinya tersebut, Mita yang awalnya diam kini mulai tersenyum kikuk dan sedikit mengeluarkan cekikikan pelan dari mulutnya. "emang kamu udah jadi apa? jadi manusia yang ditelantarin kali ya" ujar-nya pelan sembari membaringkan badan-nya di kasur empuk miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXPANSE OF BLOOD HANG'S NADIM
ActionDr. Mita Mayasari, wanita kelahiran berdarah Minangkabau yang kini tengah mengejar cita-citanya yang selama ini ia impikan. Di tanah melayu, diperbatasan antara pulau Indonesia, Singapore, dan Malaysia. Setiap bulan-nya Dr. Mita selalu menangani kas...