Happy Reading🏹
Malam itu, setelah percakapan yang mengguncang pikirannya, Savior kembali ke kamarnya. Ruangan itu terasa dingin dan sepi, jauh dari kehangatan api unggun tadi. Savior menyandarkan punggungnya pada dinding yang terasa dingin, mencoba meresapi kembali semua yang baru saja terjadi. Ia memang tidak berbicara, tetapi dalam pikirannya sangat ramai, seolah otaknya berputar dan berkelahi dengan dirinya sendiri. Ia tidak ingin memikirkan sesuatu, tetapi obrolannya dengan Halfoy barusan memakasanya untuk menyimpulkan apa yang tengah dihadapi kembarannya itu.
“Halfoy, ada apa sebenarnya?” Savior bergumam pada dirinya sendiri, merasa bingung dan cemas. Ia tahu ada yang tidak beres, bahwa ada sesuatu yang tengah Halfoy hadapi sekarang. Halfoy memang pandai menyembunyikan apa yang sebenarnya ia rasakan. Tapi meski Halfoy berusaha keras, kebohongannya tampak jelas di mata Savior.
Merasa lelah dan pikirannya semakin berat, Savior memutuskan untuk tidur. Meskipun tubuhnya berbaring di kasur yang nyaman, pikirannya masih bergemuruh. Namun, lambat laun, kesadarannya mulai memudar, membawa Savior ke dalam dunia mimpi yang tak terduga.
Dalam mimpinya, Savior berdiri di sebuah tempat yang asing, dipenuhi oleh kabut tebal yang membuatnya sulit melihat sekeliling. Suara samar-samar terdengar di kejauhan, suara langkah kaki yang mendekat. Di hadapannya, seorang laki-laki muncul dari dalam kabut. Wajahnya samar, seolah-olah terhalang oleh sesuatu yang tak terlihat, tetapi ada perasaan familiar yang merayap dalam hati Savior, seakan-akan ia mengenal laki-laki itu.
Laki-laki itu berdiri diam, memandang Savior dengan tatapan penuh makna, tetapi Savior tidak bisa memahami apa yang ignin disampaikan. Hati Savior berdetak lebih cepat, merasa ada sesuatu yang sangat penting tentang laki-laki itu, sesuatu yang harus ia ingat, tetapi tidak ada petunjuk yang jelas. Laki-laki itu membuka mulutnya, tetapi tidak ada suara yang keluar, hanya gerakan bibir yang tidak bisa dipahami.
Savior berjalan mendekat, mencoba meraih laki-laki itu, tetapi tubuhnya seolah tertahan oleh sesuatu yang tidak terlihat. Kabut semakin tebal, dan wajah laki-laki itu semakin sulit dilihat, hanya matanya yang sekilas bisa Savior tangkap. “Siapa kau?” teriak Savior dalam mimpi, mencoba memecahkan kebisuan yang mengikat mereka. Namun, laki-laki itu hanya tersenyum samar, senyum yang penuh kesedihan dan harapan, sebelum akhirnya menghilang dalam kabut.
Savior terbangun dengan napas yang terengah-engah, jantungnya berdebar kencang. Ia duduk tegak di tempat tidur, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Mimpi itu terasa begitu nyata, begitu mengganggu, tetapi ketika ia mencoba mengingat wajah laki-laki itu, bayangan tersebut mulai memudar, seperti air yang mengalir di antara jari-jarinya. Siapa laki-laki itu? Dan mengapa ia merasa begitu terguncang setelah melihatnya?
Savior duduk di tepi ranjang, mencoba meresapi mimpi yang baru saja dialaminya. Ia tidak mengenal laki-laki itu, namun perasaan aneh dan tidak terjelaskan merayap di hatinya, seolah-olah ada sesuatu yang telah lama hilang yang kini mencoba kembali. Tetapi apa? Dan mengapa? Mimpi itu meninggalkan jejak samar di benaknya, dan Savior tahu bahwa ia tidak akan bisa melupakan mimpi tersebut dengan mudah.
"Mata abu-abu gelap,” katanya, hanya mengingat samar mata yang sempat ia tangkap.
Pikirannya masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Semua terasa begitu cepat. Kini, rasa kantuknya sudah sepenuhnya hilang, tergantikan oleh berbagai kemungkinan yang berputar-putar di kepalanya, namun tidak satu pun yang benar-benar bisa ia pahami.
Masih di posisi semula, Savior duduk di tepi ranjang, dengan tatapan kosong yang kemudian tertuju pada buku yang diambilnya dari Halfoy. Buku itu tergeletak di meja kecil di samping tempat tidurnya, seolah-olah menantang untuk dibuka. Rasa penasaran yang sebelumnya hanya berbisik di hatinya kini mulai merayap, semakin kuat dan sulit diabaikan. Sejenak, ia melupakan mimpi itu—bayangan samar seorang laki-laki yang tidak ia kenal, namun entah mengapa terasa begitu akrab—dan fokus pada buku yang tampak biasa di pandangan pertama. Namun, Savior tahu bahwa buku ini tidaklah biasa. Ada sesuatu yang tersembunyi di dalamnya, sesuatu yang mungkin bisa memberikan jawaban atas pertanyaannya, atau mungkin malah menambah kebingungannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐫𝐫𝐨𝐰 𝐨𝐟 𝐕𝐞𝐧𝐠𝐞𝐚𝐧𝐜𝐞 [END]
Fantasy[BAGIAN KEDUA] SELESAI Setelah kematian tragis Caspian, dunia tampak berjalan seolah-olah dia tak pernah ada. Para pangeran yang dulu bersama dan merasakan kehadirannya setiap hari kini melupakan setiap momen dan kenangan tentangnya. Hanya satu oran...