Chapter 21 - Ide Halfoy

103 14 6
                                    

Happy Reading🏹

Setelah perdebatan panjang, Savior akhirnya berhasil memenangkan argumennya. Caspian, yang awalnya bersikeras meminta Savior untuk menemaninya pergi ke makamnya sendiri saat itu juga, akhirnya menyerah pada desakan Savior. Caspian memang terus mendesaknya, meminta dengan suara melemah untuk membawanya ke makam, namun Savior dengan tegas menolak permintaan itu. Ia tahu dari Bentely bahwa tabib telah menyarankan Caspian untuk beristirahat total beberapa hari. Jika Savior mengiyakan permintaan Caspian, sama saja ia memperparah keadaannya.

Savior tidak peduli jika Caspian akan marah atau kecewa padanya. Baginya, yang terpenting adalah kesembuhan Caspian. Namun, ketika ia meminta Caspian untuk kembali ke kamarnya dan beristirahat, Caspian hanya menatapnya sebentar dengan ekspresi datar, sebelum berbalik tanpa sepatah kata pun, masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu, meninggalkan Savior begitu saja.

Savior berdiri di sana beberapa saat begitu Caspian menghilang di balik pintu. Ia tahu kembarannya mungkin marah, atau kecewa, tapi Savior tidak peduli dengan itu. Setelah beberapa saat, Savior menghela napas panjang dan memutuskan untuk tidak larut dalam perasaan bersalah. Ada hal lain yang harus diselesaikan.

Kini, Savior tengah berada di kamar ayahnya, duduk di hadapan Raja yang tampak lebih tua dari biasanya. Garis-garis wajahnya yang tegas kini terlihat sedikit melunak. Mereka sedang membahas kelanjutan nasib Bibi Anne, seorang wanita yang pernah mereka percaya namun kini menjadi sumber masalag. Raja juga yang meminta Savior untuk menemuinya karena ada hal lain yang harus dibahas.

Savior mencoba menahan rasa benci yang perlahan merayap di hatinya. Ia tidak ingin lagi memikirkan wanita itu, tapi pada akhirnya tetap harus dipikirkan.
Sekarang, Savior tahu bagaimana Bibi Anne setelah ini.

“Baska sendiri yang memohon pada Ayah agar Anne dipindahkan saja ke Demonia,” ujar Raja.

Savior mengerutkan kening, mencerna informasi tersebut. "Dipindahkan?" ulangnya, mencoba memastikan apa yang ia dengar.

Raja mengangguk pelan. "Tidak ada hukuman untuk Anne. Dia hanya akan dipindahkan ke Demonia untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Meski dia mengaku menyesal atas perbuatannya, tetap ada kemungkinan dia bisa melakukan hal lain yang lebih berbahaya. Jadi, untuk menghindari risiko itu, lebih baik dia dikeluarkan dari Neverland."

Savior merenungkan kata-kata itu. Sebuah pemindahan, bukan hukuman. Ia tidak bisa menolak logika di balik keputusan itu, meskipun hatinya masih dipenuhi dengan kekecewaan. Setelah semua kekacauan ini, wanita itu masih bisa hidup dengan bebas. Rasanya sungguh tidak adil, namun Savior juga tidak bisa menghakimi keputusan tersebut.

"Kapan Bibi Anne akan dipindahkan?" tanyanya dengan nada suara yang datar.

Raja menghela napas, menatap Savior dengan mata lelah. "Secepatnya. Mungkin besok atau lusa," jawabnya.

“Syukurlah,” pikir Savior. Semakin cepat Bibi Anne pergi, semakin baik bagi semua orang.

"Baska sendiri yang akan mengurus pemindahan ini," tambah Raja, seolah ingin menekankan bahwa keputusan ini telah dipikirkan dengan matang.

Savior mengangguk, memahami bahwa ayahnya tidak ingin menghakimi terlalu berat. "Semua orang pernah berbuat salah," pikirnya, meskipun kesalahan Bibi Anne tampaknya jauh lebih besar dari yang bisa ia terima begitu saja.

Setelah beberapa saat hening, sesuatu tiba-tiba terlintas di benak Savior. "Ayah," panggilnya, mengangkat kepalanya. "Lalu bagaimana dengan uang koin yang sudah beredar? Tidak ada wajah Caspian di sana."

Raja terlihat sedikit terkejut, seolah baru mengingat sesuatu yang penting. "Astaga, Ayah hampir saja lupa," katanya, menepuk dahinya pelan. "Karena itulah Ayah memanggilmu kemari. Semua penduduk Neverland sekarang sudah tahu jika Caspian kembali. Semalam, Ayah baru saja mengumumkannya."

𝐀𝐫𝐫𝐨𝐰 𝐨𝐟 𝐕𝐞𝐧𝐠𝐞𝐚𝐧𝐜𝐞 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang