20. Kembali ke Rumah.

199 23 7
                                    

Tiga minggu ditinggal oleh Nafa, hidup Revan banyak berubah. Bangun tidur yang biasanya Revan akan minum segelas kopi hitam maka kali ini dia harus segera mandi dan berangkat kerja bahkan Revan sampai melewatkan waktu sarapannya. Pada malam hari yang biasanya dia akan tidur memeluk Nafa, kini dadanya terasa sakit saat melihat sebelahnya Nafa tidak ada.

Malam panjang yang Revan lewati membuatnya tertampar dan tersiksa. Dia terkadang menangis saat melihat sebuah testpack di meja sebelah tempat tidurnya. Nafa sedang mengandung anaknya namun dia biarkan Nafa sendirian diluar sana, Revan seminggu sekali mentransfer uang pada Nafa untuk keperluannya namun Nafa sama sekali tidak menghubunginya sama sekali.

Revan merasa hidupnya benar benar hancur. Dia terus membayangi hari bahagianya dalam mengurus sang istri yang lagi hamil muda. Bagaimana Nafa saat ngidam? Bagaimana Nafa saat memintanya sesuatu untuk anak mereka? Bagaimana Nafa dan dia belanja baju bayi? Bagaimana saat dia mengantarkan Nafa kontrol kandungan?

Banyak bayangan Nafa di benaknya namun dia hanya bisa menyesali perbuatannya, karena kesalahannya itu Revan tak bisa merasakan itu semua. Malam ini Revan sangat merindukan Nafasya dan tubuhnya meremang saat dia melihat di roomchatnya chat yang dia kirim ceklis dua. Itu berarti Nafa sudah membuka blokirannya kan?

Revan segera menghubungi Nafa namun tidak diangkat oleh Nafa. Nomornya aktif hanya saja Nafa tak menjawab panggilannya. Waktu baru menunjukan pukul 9 malam apakah Nafa sudah tidur? Revan rasa belum.

Revan segera mengetikkan beberapa gelembung pesan pada istrinya, ceklis dua dan beberapa kemudian ceklis itu berubah warna menjadi warna biru itu berarti Nafa sedang membaca pesannya. Revan sudah menunggu 1 menit, 5 menit, 10 menit bahkan sampai 30 menit lamanya belum ada tanda tanda Nafa akan membalas pesannya.

Revan melempar ponselnya ke kasur dan dia mengusap wajahnya kasar. Harus berapa lama lagi Nafa menyiksanya seperti ini?

Tiba tiba ponselnya bergetar, Revan segera mengambil ponselnya dan jantungnya tiba tiba berdetak cepat saat nama mertuanya tertera dilayar ponselnya. Revan menelan ludahnya dengan susah payah itu dan menjawab panggilan dari Kuncoro.

"Hallo?"

"Nak Revan apa kabar?" Tanya Bapak dari sebrang sana.

Sesungguhnya kabar Revan jauh dari artian baik baik saja, hari ini Revan benar benar berantakan. "Baik, aku baru keluar rumah sakit 4 hari lalu. Kabar bapak gimana?"

"Terima kasih atas kiriman uangnya kemarin, Bapak tadi pagi habis kontrol."

"Bapak sakit?"

Revan tidak tahu sejak Kuncoro tahu anaknya dia sakiti, penyakit darah tinggi Kuncoro kambuh dan tadi pagi diantar Cendana untuk berobat ke rumah sakit sementara Nafa dilarang ikut oleh Kuncoro.

"Darah tinggi Bapak kambuh seminggu ini--"

"Terus sekarang keadaan Bapak gimana?" tanya Revan, dia memastikan agar mertuanya ini baik baik saja.

"Lumayan enakan, nak." Jawabnya.

Revan menghembuskan nafas lega, "Puji Tuhan. Pak? Nafa--apa kabar?" tanya Revan dengan hati hati.

Ada jeda panjang disana dan Revan tidak berani untuk membuka mulutnya lagi atau pun menutup panggilan itu. Sekitar 3 menit berselang, Revan mendengar hembusan nafas berat dari sebrang sana.

"Kamu apakan anak saya?" tanya Bapak dengan suara yang masih tenang.

Revan mengusap wajahnya kasar, ini yang dia takutkan jika dia bertemu dengan Kuncoro. Tidak bertemu saja rasanya tubuh Revan seperti dikuliti apalagi bertemu mertuanya? Mungkin Revan akan tiba tiba menggigil ditempat.

Love In Trouble : Revan | RENJUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang