21. Percakapan

181 26 5
                                    

Nafa berdecih saat dirasa dia sudah bosan. Padahal baru 30 menit lamanya Nafa berada di ruang keluarga dan selama 30 menit itu Nafa sibuk menekan-nekan tombol pada remot televisi untuk memindahkan channel televisi namun tidak ada acara yang menarik perhatiannya pada malam ini. Sudah pukul 9 malam memang, harusnya Nafasya beranjak untuk tidur tetapi ada sesuatu yang mengganjal hatinya yang sangat mengganggu dirinya beberapa minggu ini. Kedua obsidian Nafa sesekali melirik pada pintu kayu berwarna putih, dari kamarnya itu rupanya tidak ada tanda tanda pintu berwarna putih itu terbuka barang sedikit pun.

Tidak akan mungkin kan Nafa membuka pintunya? Dan tak mungkin juga kan Nafa menghubungi Revan kalau Nafa sudah menunggunya disini? Nafasya memilih untuk memainkan ponselnya saja. Dia cukup terkejut saat Cendana tiba tiba menghubunginya malam malam begini. Mumpung Revan tak ada disini, Nafa segera menjawab panggilan dari Cendana tanpa berfikir panjang.

"Hallo?" Sapa Nafa pada pria disebrang sana.

"Kirain lo udah tidur, lagi dimana Nafa?" tanya Cendana dari sebrang sana.

"Belum ngantuk gua, lagi dirumah. Kenapa? Lo sendiri kenapa belum tidur?"

Suara pintu mobil dibanting terdengar dari sana, "Baru sampe rumah abis ketemu si Haji," jawab Cendana.

"Ngapain?"

"Biasa, abis bisnis. Oh iya--lo baik baik aja kan?" Tanya Cendana lagi dengan suara yang terdengar khawatir.

Nafa tersenyum dan mengangguk meski Cendana tak melihat itu, "Disini gua baik baik aja kok, Cendana." jawabnya dengan suara lembut.

"Revan--gimana?"

"Gimana apanya? Dia baik kok sama gua--nggak perlu khawatir. Ini gua mau beresin masalahnya dulu."

"Kalau kenapa kenapa tolong kabarin gua ya?"

Pintu rumah terbuka dan Revan melangkah pasti masuk ke dalam bersama satu tote bag berisi minuman Boba kesukaan Nafa dengan senyuman lebar yang dia pancarkan dari bibirnya. Revan simpan minuman itu di meja depan Nafasya, dia sedikit penasaran dengan siapa Nafa menelpon malam malam begini?

Revan duduk di sebelah Nafa dengan memandangi Nafa dengan penasaran, Nafa sadar Revan sudah meminta jawaban padanya namun dia bersikap biasa saja seolah itu tak perlu dijawab oleh Nafa.

"Nanti dikabarin kalau ada apa apa, udah ya? Gua ada perlu dulu."

"Ya udah, selamat tidur ya Naf."

"Iya, lo istirahat aja."

Mendengar itu kadar penasaran Revan bertambah. Nafa segera memutus panggilan tersebut dan menyimpan ponselnya disebelah minumannya.

"Aku beliin kamu minuman Caramel Boba,"

Nafa segera mengambil minuman tersebut, "Makasih." balasnya.

Dengan di temani suara dari televisi itu, Revan menatap Nafa yang meminum boba yang diberikannya tadi. Memandangi Nafa dengan sorot mata yang sangat dalam dan di kedua mata Revan tersirat rasa rindu yang mendalam. Nafa sesekali melirik Revan dan Revan masih menatapnya dengan tatapan binar kerinduan itu. Nafa sebenarnya sedikit malas untuk menyelesaikan malam ini tetapi jika tidak, kapan lagi?

Nafa tidak mau seperti ini terus ada rasa ganjal di dadanya sehingga membuatnya sangat tak nyaman. Banyak yang mau Nafasya sampaikan pada Revan tetapi saat bertemu Revan sekarang mengapa kata kata itu menghilang dari kepalanya? Nafa menyimpan gelas boba tersebut dan berbalik menghadap Revan.

Revan tersenyum dan tangannya bergerak mengusap kepala Nafasya, "Tadi--teman kamu?" tanya Revan dengan suara lembut.

Nafa mengangguk dan dia menghembuskan nafas berat. Terdengar helaan lelah di telinga Revan dan seutas senyum tipis terukir di bibir Revan. "Kamu kemana aja, Nafa?" Tanya Revan.

Love In Trouble : Revan | RENJUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang