Jaemin datang dan bergabung dengan keluarganya yang asik menonton televisi di ruang tengah. Setelah pulang bekerja, dia langsung mandi dan bergabung dengan keluarganya, sekedar bercengkerama.
Sesekali suara gelak tawa mereka terdengar kala acara televisi yang mereka tonton terasa menggelitik.
Yuta dengan tenang duduk di sofa sementara Renjun dan Winwin berbaring di atas karpet sedang Jaemin di sofa lain, bersebelahan dengan sang Ayah.
“Sudah larut, kenapa kalian tidak istirahat?” Tanya Yuta menatap kedua putranya yang masih bergabung dengannya.
“Renjun, besok belum akhir pekan. Jaemin? Kau selalu pulang malam, kenapa tidak istirahat?”
“Aku belum mengantuk Ayah, lagi pula beberapa hari ini aku tidak lembur.” Jawab Renjun tanpa mau mengalihkan pandangannya dari layar televisi.
“Aku juga belum mengantuk Ayah.” Jawab Jaemin.
“Bagaimana pekerjaanmu?” Tanya Yuta pada Jaemin.
“Baik-baik saja Ayah.” Ia menjawab.
Dia kemudian teringat akan ajakan Jeno untuk ke Amerika. Dia mungkin perlu ijin Ayahnya untuk pergi, karena memerlukan waktu beberapa hari. Tapi, apa alasan yang tepat dan dapat di terima sang Ayah.
Selama ini, Jaemin tidak pernah bepergian sendiri. Jika dia bepergian ke luar negeri, pasti dengan keluarganya.
Tapi Jaemin sudah sangat dewasa, dia bisa bepergian ke mana pun sendiri. Apalagi, ini adalah agenda kencan rahasia dengan Jeno. Sudah ia bayangkan berapa banyak waktu menyenangkan yang bisa ia lewati dengan pria itu.
“Ayah, aku berencana pergi berlibur ke Amerika dalam waktu dekat dengan teman kerjaku.”
Jaemin rasa, itu adalah alasan paling tepat dan masuk akal yang bisa di berikan. Toh dia juga selama ini sering beralasan menginap di rumah temannya. Jadi mungkin Ayahnya akan paham.
Tapi meski begitu, Yuta tampak kurang setuju, terlihat jelas dari perubahan raut wajahnya.
“Amerika? Dengan temanmu?” Tanya Yuta.
Dan Jaemin tampak meneguk salivanya kasar mendengar pertanyaan itu, bola matanya bergerak melirik ke arah sang Papa yang juga menatapnya, bergabung dalam pembicaraan ini, sementara Renjun enggan peduli.
“Bukankah terlalu berbahaya?”
“Ayah, aku sudah sangat dewasa, aku hampir tiga puluh tahun. Kumohon berhenti posesif hanya karena aku submissive, aku bisa menjaga diriku sendiri.”
Yuta hanya menghela nafas mendengar ucapan putranya, padahal sikap posesifnya semata-mata demi kebaikan Jaemin, dia hanya takut putranya terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
Tapi Jaemin juga benar, selama ini dia terlalu posesif dan mengekang putranya, padahal Jaemin sudah sangat dewasa. Tapi Yuta khawatir membiarkan Jaemin pergi ke Amerika.
“Baiklah, kau boleh pergi.” Ujar Yuta mengalah.
Jelas saja hal itu membuat Jaemin bahagia bukan main, dia memekik senang tanpa tahu Yuta hanya mengulum senyum terpaksa, dia berhambur memeluk sang Ayah dan setelah puas meluapkan kebahagiaannya, dia langsung berlalu masuk ke dalam kamar.
“Sebenarnya aku penasaran dengan teman kerjanya, sejak bekerja, dia berubah sekali.” Gumam Yuta.
“Aku khawatir temannya memberikan dampak buruk.” Tambahnya.
“Kuharap, Jaemin bisa membatasi dirinya. Aku juga berusaha selalu mengingatkan dia. Dia bukan anak kecil yang harus kita ajari ini dan itu.” Winwin menyahut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The War of The Married [NOMIN]
Fanfiction"aku tidak perduli jika Presdir tidak mencintaiku. Tapi, jadikan aku milikmu malam ini" Na Jaemin inspired by : - One of The Girls (song) - The World of The Married - Hyeri, Ryu Jun Yeol, Han Sohee cw / cheating, m-preg BOYS LOVE AREA!!!