14 🔞

7.9K 506 60
                                    

Jaemin menggeliat dari tidur lelapnya, matanya mengerap beberapa kali guna menormalkan pandangannya yang mengabur. Dia lihat jam digital di atas nakas, di mana waktu menunjukkan pukul 6 pagi. Dia menoleh ke samping di mana kekasihnya masih terlelap dengan tubuh telanjang yang terbalut selimut.

Dia senang dapat menyambut pagi dengan menatap wajah tampan kekasihnya. Satu persatu, dia merasakan apa yang Zhang Hao rasakan. Jemarinya kemudian bergerak mengusap pipi Jeno sayang.

Cukup mengagumi kekasihnya, Jaemin pun menyibak selimut yang membalut tubuh telanjangnya, kedua kakinya menapaki lantai dan mencari sendal hotelnya.

Kedua kaki indah si cantik tampak gemetar hebat saat dia mencoba berdiri. Dia ingat lagi Jeno menggempurnya hingga pukul dua dini hari dengan sangat kasar.

Dia putuskan membersihkan diri, setelah selesai, dia mengenakan kemeja kaos putih dan celana jeans hitam, tak lupa memakai riasan. Setelah selesai dengan dirinya sendiri, dia pun beranjak untuk membangunkan Jeno.

Dia naik ke atas ranjang, menatap Jeno sekali lagi yang terlelap.

“Daddy...” Panggil Jaemin seraya mengusap lembut pipi Jeno, namun yang di panggil belum bereaksi, mungkin kelelahan juga karena menghabiskan banyak tenaga menggagahi kekasihnya.

“Daddy...” Sekali lagi ia membangun Jeno dengan nada bicara yang sedikit lebih tinggi dan berhasil membuat Jeno menggeliat.

“Aku masih lelah.”

Jaemin merinding saat mendengar suara berat Jeno di pagi hari terdengar sangat seksi. Dia pandangi sang kekasih yang masih memejamkan matanya, lalu bagaimana jemari Jeno bergerak menggenggam jemari Jaemin yang bertengger di pipinya lalu mengecup punggung tangan Jaemin.

“Kenapa kau sudah bangun?” Tanya Jeno.

“Daddy bilang harus berangkat bekerja hari ini. Sudah setengah 7.” Jawab Jaemin membuat Jeno menghela nafas.

Netra itu terbuka dan dapat dia lihat pemandangan paginya, Jaemin yang tampak cantik dan segar. Bibirnya langsung mengulum senyum membuat Jaemin juga tersenyum.

“Cantik.” Gumam Jeno. Dia yang semula tidur telungkup langsung mengubah posisinya menjadi telentang, membiarkan dadanya telanjangnya terekspos dari selimut yang tersingkap.

“Sudah pesan sarapan, Sayang?” Tanya Jeno.

“Akan kupesan. Daddy mandilah!”

Jeno menoleh ke arah Jaemin dengan seringai lalu menunjuk-nunjuk pria itu.

“Panggilan itu hanya untuk sesi bercinta. Jika kau memanggilku seperti itu lagi, aku akan menghajar lubangmu tanpa ampun.” Ucap Jeno membuat Jaemin tertawa.

Pria itu lantas beranjak dari ranjang untuk memesan sarapan, sementara Jeno juga harus mandi dan bersiap untuk bekerja.

Di tengah menonton televisi, menunggu pesanan mereka datang, Jaemin beranjak saat melihat Jeno memakai baju, dia langsung berdiri di depan Jeno, merapikan kerah kemeja pria itu lalu mengikat dasi membuat Jeno tersenyum memandangi Jaemin. Setelahnya dia mengancing lengan kemeja Jeno, memastikan penampilan Jeno pagi ini rapi.

“Kau belum menikah, dari mana kau tahu hal-hal seperti ini?”

“Aku melihat Papaku selalu melakukan ini kepada Ayahku. Aku penasaran, ternyata rasanya...” Jaemin tak mampu melanjutkan kalimatnya karena ada rasa seperti tersentuh saat dia melayani Jeno seperti suaminya.

“Papamu pasti suami yang berdedikasi. Kau akan menjadi submissive yang baik bagi dominanmu nanti.” Ucap Jeno seraya melangkahkan kakinya menuju sofa.

The War of The Married [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang