End of February, 2017
Hidup itu penuh dengan kejutan.
Begitu pikir Yerin beberapa waktu setelah dirinya resmi dipulangkan dari rumah sakit.
Sepulang dari tempat tersebut, Yerin tersedu di hadapan Bibi yang juga ikut terisak setelah menjelaskan segalanya, mengabarkan pada Yerin tentang apa-apa yang terjadi selama satu tahun terakhir.
Seminggu sebelumnya, Yerin menjalani pengobatan untuk memulihkan tubuh, bertahan di tempat berbau Karbol menyesakkan pasca mengalami kecelakaan lalu lintas dan terbaring koma selama dua minggu penuh.
Yerin kebingungan sendiri memikirkan apa yang sudah terjadi padanya. Bagaimana ceritanya dia bisa mengalami kecelakaan dan koma?
Kala terbangun dari tidurnya, Yerin tiba-tiba menemukan pemandangan remang-remang Yoon Jiha yang berujar panik memanggil para petugas medis, sementara Yerin merasakan pening luar biasa yang menyerang kepalanya. Dia bertanya-tanya, kenapa mendadak ada Bibi di hadapannya saat ini? Padahal sebelum ini Yerin tengah berbincang santai bersama Mama sambil menatap matahari terbit. Ke mana ibunya itu pergi sekarang? Yerin kesulitan mencerna apa pun yang terjadi. Pula tak ingat bagaimana Bibi yang telah lama tak dijumpai itu berada bersamanya di tempat ini.
Yerin hanya ingat, pagi itu adalah pagi terakhirnya di kota kelahiran. Acara kelulusan di SMP sudah dilaksanakan beberapa hari lalu, bahkan kemarin Yerin sudah berpamitan pada semua teman-temannya, meninggalkan mereka karena harus pindah bersama Mama. Sehabis menyiapkan segala keperluan untuk pindah dan mengemas semua barang bawaan, Mama mengajak Yerin menonton pemandangan matahari terbit sebelum berangkat ke kota dan rumah baru yang akan mereka tinggali ke depannya. Yerin dan Mama berjalan-jalan bersama di sisi pantai sambil mengobrol mencurahkan perasaan masing-masing, sama persis seperti yang selalu mereka lakukan di setiap akhir pekan.
Yerin mengira obrolannya bersama Mama pagi itu betulan terjadi, tapi mengetahui dirinya sedang terbaring di tempat ini, dan dokter serta perawat itu ribut-ribut memeriksa keadaannya, Yerin kemudian sadar kalau semua itu hanya mimpi.
Pantas saja terasa aneh. Mama tiba-tiba mengucapkan semacam salam perpisahan padanya, meminta Yerin untuk melanjutkan hidup sebaik mungkin meskipun harus sendiri. Padahal jelas-jelas mereka akan memulai kehidupan baru di tempat Mama dipindahkan kerja. Melanjutkan hidup bersama-sama. Kenapa Mama bilang Yerin harus bertahan hidup tanpanya?
Dirinya sudah kepalang sedih dan menangis begitu Mama mengucapkan selamat tinggal, tak ingin berpisah dengan satu-satunya orangtua yang tersisa. Mengetahui semua itu hanya mimpi, Yerin bersyukur setengah mati.
Namun, hari ini, setelah selama tujuh hari berturut-turut bertanya di mana Mama berada dan kenapa hanya Bibi saja yang mengurusnya di rumah sakit, Yerin akhirnya tahu kalau mimpi itu merupakan sebuah pertanda, tentang dirinya dan Mama yang mesti benar-benar berpisah.
Sepulang dari rumah sakit, Yerin dibawa ke suatu tempat yang tak dia kenali sama sekali—yang Bibi bilang kalau tempat itu adalah rumah mereka. Yerin tak berhenti menanyakan keberadaan Mama, membuat Bibi pada akhirnya menyerah dan tak bisa berbohong lagi. Tampak berat hati, Bibi menjelaskan, bahwa katanya Mama sudah meninggal karena penyakit yang diderita dua bulan lalu, tepat di akhir tahun kemarin.
Mendengar fakta tersebut Yerin langsung terguncang, merasa tidak percaya, lalu menangis sejadi-jadinya kala sadar kalau Bibi tidak mungkin berbohong tentang hal seserius ini.
Tidak dapat dipungkiri, semuanya memang terasa seperti kebohongan. Katanya, satu tahun telah berlalu sejak ingatan terakhir yang Yerin miliki. Banyak hal yang terjadi. Dirinya dan Mama yang sudah resmi pindah ke kota ini di awal tahun lalu, Yerin yang sudah menjalani tahun pertamanya di SMA, Mama yang meninggal, Yerin yang akhirnya tinggal bersama Bibi, dan yang terbaru adalah kabar tentang dirinya yang mengalami kecelakaan parah hingga membuatnya koma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless Shadow || TXT Soobin
Fanfiction[romance, angst, brothership] Park Yerin itu kesepian. Sebab itulah Choi Soobin akan selalu mengikutinya ke mana pun seperti sebuah bayangan. Namun Soobin juga agaknya tidak menyadari, bahwa selama ini dialah yang paling kesepian. ** "Apa kau tahu k...