Part 4

194 55 3
                                    

Memories From The Past ready di google play book ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memories From The Past ready di google play book ya. Yang biasa beli di sana bisa segera cuz
___**___

Marcello menatap dua orang anak laki-laki dan perempuan yang sangat mirip dan duduk satu bangku. Sejenak Ello tertegun. Kenapa dua wajah itu seperti tidak asing. Apa Ello pernah melihatnya, tapi dimana?

"Pak Marcello." Kepala sekolah menegur Marcello yang sedari tadi  seperti tidak fokus saat masuk ke dalam kelas ini. Entah karena apa.

"Eh iya. Maaf saya kurang konsentrasi."

"Tidak apa-apa Pak. Apa bapak masih ingin di sini atau kita ke kelas selanjutnya."

"Kita ke kelas selanjutnya saja. Oh ya, duh anaknya di pojok itu, kenapa sangat mirip sekali ya."

"Oh itu, dua anak itu kembar Pak. Baru masuk hari ini karena keduanya pindahan dari Semarang."

"Jauh sekali."

"Iya. Setelah memalui tes, mereka diterima di sini. Yang laki-laki sangat cerdas sepertinya."

Marcello menggangguk kemudian menatap dua anak kembar yang duduk di pojokan. Dua anak itu sepertinya ketakutan menyadari secara tadi ia terus menatap mereka. Merasa dirinya konyol, Marcello keluar dari kelas itu dan menuju kelas lainnya sesuai instruksi kepala sekolah.

Sebenarnya ini bukan tugasnya. Neneknyalah pendiri sekolah ini. Wanita tua itu tidak mau istirahat dan terus ingin melakukan kegiatan di usia tuanya. Mendirikan yayasan ini dan langsung berkembang pesat selama tiga tahun karena dana yang digelontorkan neneknya juga sangat besar. Neneknya sangat menyukai anak kecil. Karena itulah neneknya berinisiatif mendirikan yayasan ini. Padahal perusahaan mereka bergerak di bidang properti, pertambangan dan perhotelan.

Hari ini waktunya wanita tua cerewet meninjau ke sekolah. Namun karena asam uratnya kambuh, akhirnya tidak bisa hadir dan memaksanya pergi ke sekolah ini. Bahkan Marcello harus menunda satu rapat penting karena desakan neneknya yang tidak bisa diganggu gugat.

Hah. Ada-ada saja wanita tua itu. Sudah waktunya istirahat malah cari-cari kerjaan. Kalau sakit begini, anak cucunya juga yang harus kerepotan. Papanya sibuk di luar kota, sementara kakaknya masih di Amerika. Alhasil, Marcello yang harus mengurus acara tidak penting ini.

"Bagaimana tanggapan anda Pak Marcello? Sekolah ini berkembang sangat pesat menurut kami. Jika masih ada yang anda keluhkan, nanti kami akan memperbaikinya." Ucap kepala sekolah yang kini tengah berbincang dengannya.

Pria berusia 60-an yang ditunjuk neneknya itu memang sangat mengerti tentang dunia pendidikan. Pak Dino adalah seorang pensiunan dosen yang kini mengabdi di sekolah neneknya ini. Tentu saja dengan bayaran yang tidak sedikit.

"Menurut saya perkembangannya sangat bagus Pak Dino. Saya jarang kemari dan tidak menyangka sekolahnya akan berkembang sepesat ini. Saat ini masih TK dan sekolah dasar. Saya yakin nenek saya akan terus memperkembangkannya."

"Melihat bagaimana ambisiusnya Nyonya Liona dalam bidang ini, mungkin ucapan Anda memang betul. Nyonya Liona sudah merencanakan akan mendirikan sekolah menengah pertama dua tahun lagi."

Dalam hati Marcello mengumpat. Kenapa neneknya kelewat rewel dengan mencari kesibukan sebanyak ini. Nanti jika asam urat dan darah tingginya kambuh, ia dan kakaknya yang akan kerepotan mengurus semua yayasan ini.

Neneknya bukan cuma memiliki sekolah ini. Sebelumnya neneknya juga sudah mendirikan panti asuhan yang kini dihuni lebih dari 300 anak. Entah nanti setelah ini wanita tua itu akan menyibukkan diri dengan apalagi. Terserah saja. Neneknya bebas melakukan apapun karena harta warisan kakeknya memang sangat banyak.

"Baiklah kalau begitu Pak. Karena kunjungan saya kemari sudah selesai dan tidak ada kekurangan apapun di sekolah ini, Saya permisi kalau begitu. Mungkin nenek saya akan meninjau kemari jika sudah sembuh nanti. Saya tidak bisa berlama-lama karena saya masih ada rapat setelah ini."

"Terimakasih atas kehadirannya Pak Marcello. Semoga ke depannya, yayasan ini semakin maju dan  berkembang dengan baik."

"Semoga saja begitu. Kalau begitu saya permisi Pak Dino."

Dino Dan guru-guru lain mengangguk kemudian mengiringi kepulangan Marcello dan sopirnya. Marcello berjalan agak cepat menuju parkiran Karena setelah ini ia ada rapat penting. Setelah makan siang, ia ada janji dengan Windi. Sebenarnya tidak terlalu penting dan Marcello juga sedikit malas.

Namun karena tidak ingin ribut dengan neneknya, sebaiknya Marcello datang dan segera pergi dengan alasan rapat atau apapun itu. Windi sangat pintar merayu hati neneknya. Karena itulah meskipun Marcello menolak pertunangan mereka 3 tahun yang lalu, ia terpaksa kalah dengan intervensi neneknya yang sangat menyukai Windi.

Alhasil, pertunangan mereka terlunta-lunta selama 3 tahun ini. Marcello masih belum mantap untuk menikah, namun Ia juga segan pada keluarga Windi karena tidak kunjung memberikan kepastian pada hubungan mereka. Mengingat, Windilah yang menemaninya selama bertahun-tahun saat terpuruk karena dikhianati oleh Sandra. Maka dari itu sampai sekarang Marcello masih menghargai teman masa kecilnya itu.

Jika suatu saat Windi tidak tahan dan memutuskan pertunangan mereka, Marcello tidak akan mencegahnya. Sejujurnya ia tidak suka memaksakan hatinya. Jadi, ia akan menikahi Windi jika memang hatinya sudah benar-benar mantap dan tidak ada orang yang bisa merubah keputusannya itu meski neneknya sekalipun.

**

"Bagaimana sekolahnya hari ini? Kalian sudah mendapatkan teman di sana?" Tanya Sandra saat melakukan video call dengan kedua anaknya. Mereka baru saja pulang sekolah dijemput oleh mamanya dan langsung menghubunginya.

"Sudah mommy. Kami sudah mendapatkan banyak teman. Sekolahnya sangat besar dan bagus. Sangat berbeda dengan sekolah kita yang di Semarang."

"Iya. Sekolahnya memang sangat bagus. Kalian baik-baik di sana dan jangan nakal. Nanti sore mommy pulang minta dibawakan apa?"

"Martabak asin mommy." Justin menjawab penuh semangat. Sementara Jessie tampak berpikir, kemudian berucap penuh semangat.

"Aku mau brownies." Ucapnya kemudian.

"Oke. Nanti mommy bawakan dua-duanya. Sekarang mami tutup panggilannya. Mommy harus kerja dulu. By kesayangan mommy."

"By Mommy!!"

Sandra menutup panggilannya kemudian tersenyum. Ia sangat bersemangat setiap kali pulang ke rumah dan memberikan oleh-oleh untuk kedua anaknya. Dalam segi makanan, Justin saat mirip dengan Marcello. Tidak rewel dan penyuka semua. Sementara Jessie lebih mirip dirinya yang pilih-pilih soal makanan.

Menyadari jam istirahat sudah habis, Sandra segera melakukan pekerjaannya lagi. Meskipun di awal-awal sangat capek, semakin lama Sandra semakin terbiasa dengan pekerjaannya sekarang. Bahkan ia sangat menikmatinya kala mengingat gaji yang diberikan bisa ia gunakan untuk membelikan keperluan anak-anaknya.

Sandra segera pulang jam empat sore karena dirinya tidak ada shift malam hari ini. Setelah mengganti pakaian seragam dan menyapa teman-temannya, Sandra meninggalkan lobi hotel menuju tempat parkiran motornya.

Ia memakai helm kemudian mengendarai motor maticnya menuju penjual martabak dan brownies kesukaan anak-anaknya. Menunggu beberapa saat sambil bermain ponsel, tak terasa kedua makanan yang penjualnya bersebelahan itu sudah jadi. Sandra segera membayarnya kemudian menaruh martabak dan brownies itu di motor.

Saat Sandra hendak menyalakan motornya, tiba-tiba seseorang yang sangat ia kenali keluar dari sebuah mobil mewah yang kini terparkir di hadapannya. Wanita yang berdandan glamour itu keluar dari mobil dan terkejut kala melihat dirinya. Sandra pun tak kalah terkejut. Ia urung memakai helmnya dan menatap wanita itu dengan tatapan tak terbaca.

"Sandra, kau, benarkah itu dirimu?" Windi menatap Sandra tak percaya. Pasalnya, wanita itu hilang entah ke mana setelah lulus SMA. Namun tiba-tiba wanita itu kini ada di hadapannya, menatapnya dan keduanya saling bertatapan intens seolah dunia berhenti saat ini juga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memories From The Past Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang