Di sekitar area sekolah, ada salah seorang murid tengah memarkirkan sepada miliknya. Tak lupa ia menguncinya dengan kunci khusus sepeda agar sepedanya tidak diusili oleh murid lain.
"Selamat pagi sa", sapa seseorang dengan wajah ceria.
"Pagi", sahutnya singkat.
"Berangkat pake sepeda butut itu lagi sa?", ucapan orang itu membuatnya menatap orang itu tajam.
"Santai aja sih sa, gua cuma becanda", gurau orang itu.
"Candaan lu ga lucu", celetuk seseorang yang baru saja datang.
"Diem lu monyet!", sewot orang itu.
"Nama gua Soni bukan monyet njing", ucap seseorang yang bernama Soni.
"Nama gua juga bukan anjing tapi Anjaya Devanoroto", ucap orang itu dengan bangga.
"Terserah", ucap Soni sambil memutarkan bola matanya malas.
"Sa, ayo ke kelas kita tinggalin aja si monyet ini!", ajak Anjaya sambil menarik tangan Hesa.
"Untung temen", gumam Soni lalu menyusul mengikuti langkah kedua temannya menuju ke kelas.
...
Bugh
Bugh
"Kalo mukul yang keras dong Rik", komennya.
"Bang kalo gua mukulnya kekencangan nanti mati gimana?", balas Riki.
"Gitu doang lemah lu, sini gua ajarin", ucapnya mengalihkan benda yang ada di Riki padanya.
Bugh
Bugh
Bugh
"Nah ga mati kan?", tanyanya.
"Wah hebat bang, Lo emang paling the best deh", sarkas Riki senang.
"Siapa dulu, Samuel gitu loh", sombongnya.
"Eh dua curut ngapain pada di situ?!", tanya seseorang yang tak sengaja lewat.
"Anu bang ini tadi hp Riki mati makanya gua benerin dan akhirnya bener deh", jelas Samuel.
"Masuk kelas, bentar lagi bel", pintanya.
"Siap bang Soni!", ucap Riki.
Setelah Soni pergi, Riki berbisik pada Samuel.
"Bang Soni galak yeh kalo lagi mode ketos", bisik Riki.
"Udah Lo masuk kelas sana, kelas 10 bukan disini tempatnya!", usir Samuel.
"Iya iya", pasrah Riki.
...
Bel istirahat berbunyi, para murid berhamburan keluar menuju ke kantin. Ketujuh pemuda tampan berjalan menuju ke kantin menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di kantin.
"Jidan ga usah tebar pesona bisa ga?", kesal Soni.
"Elah tebar pesona dikit boleh kali, gua ganteng", sombongnya.
"Bodoamat", sarkas Soni.
Saat sampai di warung budhe Siti, ke tujuh pemuda itu memesan makanan tapi tidak untuk Hesa. Hesa melirik uang yang ada di saku celananya.
5.000?
"Budhe", panggil Hesa.
"Iya nak Hesa", sahut budhe Siti.
"Seperti biasa"
"Siap nak Hesa", budhe Siti memberikan sebotol air mineral pada Hesa lalu Hesa membayarnya dengan uang kembalian dua ribu rupiah.
"Lu ga makan sa?", tanya Anjaya.
"Ga", jawabnya singkat lalu pergi mencari meja kosong.
"Beliin aja Jay, kasian gua liatnya", pinta Jidan.
"Beliin apaan nyet! Dia aja suka nolak walaupun tuh makanan udah di depan matanya", bingung Anjaya.
"Iya juga sih, tapi gua kasian dia tiap hari minum air mulu apa ga kembung tuh perut", ucap Jidan.
...
Di saat pulang sekolah, Hesa mulai mengayuh sepedanya untuk menuju ke rumah. Tapi apa itu bisa disebut rumah jika jiwa yang ada di rumah itu saja sudah hilang?
Sampainya dirumah, Hesa bergegas untuk membersihkan diri lalu belajar. Setelah belajar ia memasak mie instan untuk dirinya. Untuk siapa lagi? Dirinya hidup sendiri tanpa siapa-siapa.
"Bun, Hesa izin makan ya"
"Maaf makannya mie lagi mie lagi"
Kemudian Hesa mulai makan makanannya dengan tenang. Hesa hidup di sebuah rumah sederhana seorang diri. Kemana kedua orang tuanya?
Sang ibunda meninggal dunia karena kecelakaan yang menimpanya di saat ibunda ingin mengantarkan bekal hesa yang tertinggal. Tapi untuk sang ayah, Hesa pun tak tahu siapa ayah Hesa. Hesa berpikir bahwa dirinya tidak punya ayah.
Dirinya masih bisa bertahan hidup itu dari bantuan paman dan bibinya yang sangat baik hati padanya seperti menyayangi anaknya sendiri. Hesa sempat menolak namun pamannya mengatakan jika ia menolak maka bundanya akan marah padanya. Jadi mau tidak mau ia pun menerimanya.
"Sisa 2.000? Haruskah bilang ke paman?", pikirnya lalu menggelengkan kepalanya.
"Tidak-tidak, gua pasti bisa sendiri", ucapnya dengan semangat.
...
Segini dulu?
Ya
To be continued>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuh Tujuan Yang Berbeda
Teen FictionIni tentang tujuh pemuda dengan tujuannya masing-masing. Dunia tak adil untuk mereka bertujuh. Sehingga pada suatu saat mereka harus berpisah dalam waktu dan tempat yang sangat amat mengerikan. "Tidak ada hari spesial seperti ulang tahun" "Jangan aj...