Sinar matahari pagi yang masuk melalui ventilasi dan tepat menyinari wajah membuat Yasa membuka matanya. Laki-laki itu membenarkan posisi tubuhnya agar kembali menyandar di tembok. Ia bisa melihat Saga disebelahnya masih terlelap. Sedangkan Harsa dan Rayhan sedang sarapan dengan makanan instan yang tak perlu dimasak. Seperti biasa, satu bungkus bagi untuk dua orang.
"Bangun, udah pagi." Rayhan mengguncang sedikit tubuh Saga agar bangun. Sedangkan Yasa sudah bangun untuk memeriksa luka Jayhan.
"Gimana lukanya?" Harsa bertanya saat melihat Yasa memeriksa luka Jayhan. Mulutnya masih tidak berhenti mengunyah makanan.
"Nggak separah semalam. Semoga aja lukanya nggak infeksi." Dengan lembut Yasa mengganti perban yang melilit. Benar-benar lembut sampai Jayhan tidak bergerak sama sekali.
"Bangunin aja suruh sarapan." Saga menyuruh Yasa untuk membangunkan Jayhan sekalian.
Yasa menggeleng. "Nanti kalau bangun terus gue ganti perbannya, tuh bahasa keramat muncul semua. Berisik." Ada benarnya juga Yasa. Lebih baik saat Jayhan tidur, kalau waktu bangun, ah sudahlah.
"Jay, bangun Jay." Yasa menggoyangkan tubuh Jayhan untuk membangunkan laki-laki itu setelah selesai mengganti perban yang kemarin malam. Lumayan lama sih bangunnya, tapi akhirnya bangun juga.
"Kenapa?" Dengan suara yang serak, Jayhan bangun lalu duduk. Tak lupa mengucek mata.
"Sarapan. Makan." Harsa memberikan sebungkus makanan untuk dimakan Jayhan dan Yasa. Rayhan tadi sudah dikasih dan wajib makan setengahnya karena tidak ada pasangan.
Mereka kini berada di dalam pabrik tempat ditemukannya Jayhan. Pabriknya sepertinya sudah lama tidak dipakai. Tapi ada beberapa koran dan kardus disini. Sepertinya dipakai untuk orang-orang jalanan tidur disini.
"Gimana? Masih sakit?" Tanya Harsa ditengah-tengah sarapan.
"Nggak sih. Cuman----anjing!!"
Harsa tertawa setelah memukul luka di kaki Jayhan. Laki-laki itu terpingkal sampai tubuhnya terjungkal ke belakang. Tapi itu tidak membuat tawanya selesai.
"Ngapain lo?" Jayhan menatap sinis Rayhan yang sudah mengangkat tangannya akan memukul luka Jayhan. Karena keburu disadari oleh sang empu, Rayhan kembali menarik tangannya dan makan sarapannya yang belum habis.
"Gue kalau mandi disitu bisa nggak sih?" Tiba-tiba Saga berpikir seperti itu.
"Dimana?" Yasa tidak mengerti maksud Saga.
Saga menunjuk keluar menggunakan dagunya. "Itu loh. Sumur depan. Keknya enak, airnya juga bagus."
"Mandinya gimana gue tanya? Kagak ada bilik. Lo mau telanjangan disitu?" Harsa tak habis pikir. Tapi dipikir-pikir boleh juga.
"Ya lo halangin lah pakek kardus. Tungguin gue." Saga menaikturunkan alisnya sambil menatap Harsa. Berharap Harsa setuju dan mau melakukan itu.
"Males banget anying, pegel!"
"Keramas aja sana. Kayaknya kalau keramas bisa." Yasa memberikan ide yang tidak buruk. Toh, masih untung bisa keramas walau cuman pakai air.
"Iya juga. Pala gue gatal banget. Yuk lah ga kesana." Rayhan yang sudah selesai sarapan dan hanya diam menyimak tiba-tiba menyahut setuju pada ide yang diberikan Yasa.
"Tapi nggak buruk juga sih. Yuk lah!" Mereka berdua kemudian berjalan keluar untuk keramas. Harsa yang melihat itu geleng-geleng kepala. Padahal dirinya juga suka buat geleng-geleng kepala.
"Lo nggak ikut?" Jayhan bertanya pada Harsa. Tapi Harsa masih menatap kepergian Saga dan Rayhan. Dengan kesal, Jayhan meraih sepatu miliknya lalu dilemparkan ke Harsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEW WORLD | 00LINE K-POP
Ficção AdolescenteAwalnya, semua baik-baik saja. Awalnya, semua berjalan seperti biasanya. Awalnya, hari esok akan datang seperti hari biasanya. Ya, awalnya. Sampai pada akhirnya sebuah bencana datang yang membuat sebagian besar orang kehilangan nyawa. Ya, musibah y...