Chapter 9 - Manipulasi

96 21 2
                                    

Happy Reading🏹


Savior berlari sekuat tenaga, membiarkan langkah-langkahnya membawa dirinya menuju kastil yang telah menyelamatkannya sebelumnya—tempat di mana ia pertama kali bertemu dengan Bibi Anne. Jika malam sebelumnya ia merasakan ketakutan yang mendalam, kali ini ia justru merasa kastil di hadapannya adalah satu-satunya tempat yang aman. Bentuk dari makhluk-makhluk aneh yang menghantui kastil itu semakin tampak jelas ketika siang hari, tapi Savior seolah tidak lagi peduli. Ia berlari menerobos pintu kastil yang besar tanpa ragu, mengabaikan dunia di sekitarnya.

Tanpa disadari, ia hampir menabrak Gren, kurcaci yang tengah mengasah kapaknya di depan kastil. Namun, Savior benar-benar tidak menyadarinya. Fokusnya sepenuhnya tertuju pada Bibi Anne. Ia memasuki kastil dengan panik, matanya liar mencari sosok wanita paruh baya itu. Ketika ia tidak menemukan Bibi Anne di singgasananya, kegelisahan semakin memuncak. Dengan suara yang dipenuhi kecemasan, ia berteriak memanggil nama wanita itu. "Bibi Anne!!"

Teriakan itu menggema di dalam ruangan besar kastil, namun sosok yang muncul bukanlah Bibi Anne. Sebaliknya, muncul makhluk setengah manusia setengah beruang dengan wajah yang penuh kegarangan. Makhluk itu menatapnya dengan tatapan tajam, matanya penuh amarah. "Siapa kau berani meneriaki nama Ratu?" tanyanya dengan suara serak dan penuh ancaman.

Savior menelan salivanya dengan susah payah, ketakutan mulai merayap masuk, mencengkramnya dengan kuat. Tanpa sadar, ia melangkah mundur hingga tubuhnya menabrak seseorang di belakangnya. Ia membalikkan tubuhnya, dan di sanalah berdiri Bibi Anne, memegang tongkat sihir yang hampir setinggi tubuhnya.

"Beraninya kau bicara seperti itu pada putraku!" hardik Bibi Anne dengan suara dingin. Ia mengarahkan tongkat sihirnya pada makhluk yang baru saja membuat Savior ketakutan. Dari ujung tongkat itu, muncul semburan sihir yang tidak terlihat namun sangat kuat, membuat makhluk itu terpental jauh hingga menghantam dinding kastil.

Mata Savior membesar melihat pemandangan itu, ketakutan dan keraguan bercampur aduk di dalam dirinya. Namun, Bibi Anne dengan cepat menenangkan dirinya dan berbalik menatap Savior. "Savior, kau baik-baik saja?" tanyanya dengan lembut, meskipun sorot matanya tetap tegas.

Meskipun sebenarnya tidak, Savior tetap mengangguk.

"Kau sendirian?" tanya Bibi Anne lagi, kali ini dengan nada lebih serius.

Savior menggeleng. "Aku bersama yang lain. Bentely, Theodore, dan Halfoy. Tapi mereka menuju pemukiman, dan aku melihat para kurcaci di sana. Jadi, aku memutuskan untuk berlari meninggalkan mereka untuk mencari pertolongan."

Wajah Bibi Anne seketika berubah, seolah-olah merasa benar-benar khawatir. "Syukurlah kau selamat," ucapnya. Namun, kekhawatiran Savior tidak mereda.

"Bagaimana dengan mereka? Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada mereka," tanya Savior dengan nada cemas. “Ahh, seharusnya aku tidak meninggalkan mereka begitu saja,” gerutunya, merasa kesal dengan langkah egois yang ia ambil.

Bibi Anne menghela napas panjang."Para kurcaci itu pasti sudah menangkap mereka,” katanya dengan nada lemah dan seolah tidak berdaya.

Savior terkejut mendengar kata-kata itu. Ia tidak sepenuhnya tahu apa yang akan terjadi selanjutnya dengan para kembarannya. Tapi yang pasti, Halfoy seperti mengenal salah satu dari mereka.

"Tapi, Halfoy seperti mengenal salah satu kurcaci itu," katanya, mencoba mengingat kembali nama yang Halfoy sebutkan. "Goufie! Halfoy memanggilnya Goufie!"

Bibi Anne mendengar nama itu dengan serius. Tanpa berkata apa-apa, ia berjalan ke arah singgasananya dan mengambil sebuah gulungan dari bahan kulit yang terlihat tua dan usang. Dengan gerakan cepat dan terlatih, ia mengeluarkan pena yang mulai menari di atas gulungan itu, menuliskan sesuatu dengan sihir yang membuat pena bergerak sendiri, mengikuti setiap perintah pikiran Bibi Anne.

𝐀𝐫𝐫𝐨𝐰 𝐨𝐟 𝐕𝐞𝐧𝐠𝐞𝐚𝐧𝐜𝐞 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang