03. Bertaruh

88 39 2
                                    

Aku bertemu denganmu lagi dengan versi yang berbeda, tapi dia mataku entah kenapa selalu sama.
~Malvin Asael Vincent~

•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•

Banyak novel novel yang meluap setiap harinya, yang paling digemari khalayak umum adalah novel bergenre romance. Menceritakan tentang kekayaan sang tokoh utama, fisik yang sempurna, dan cowo yang hanya cukup untuk satu wanita.

Tapi diantara itu semua?! Bagaimana jika karakter karakter itu disatukan dalam satu tubuh. Kesempurnaan yang coba dijelaskan hanya lewat kata demi kata, kalimat demi kalimat.

Dia Malvin, Malvin Asael Vincent. Pemilik perusahaan terbesar dengan reputasi tinggi di Indonesia, Vincent Compeny. Tentu saja Malvin dilimpahi dengan kekuasaan dan harta yang berlimpah. Tak hanya itu Malvin juga lengkap dengan kecerdasan otak dan wajah rupawan miliknya.

Mengalahkan para pesaing hebat dalam waktu singkat. Dirinya sering dijuluki 'Sang Mata Elang' oleh banyak orang. Tak jarang wajah dan pencapaiannya selalu terukir di berita dan media lainnya. Kesempurnaan sepertinya sudah melekat pada dirinya.

Sang pemilik mata elang dengan tatapan dingin tapi menenangkan. Punggung kokoh serta tulang pipi yang menonjol seksi namun terkesan tegas, dan jangan lupakan hidung mancung dan tubuh tingginya itu.

"Menyebalkan, kenapa semua media menyebut namanya!!" Sungguh Asha muak melihat nama dan wajah Malvin terpampang dimana mana. Dan parahnya lagi, itu semua muncul setelah Asha menjadi sekretaris Malvin! Benar kata orang, dunia ini tidak adil.

Menaruh ponselnya di sembarang tempat, menunggu makanan yang dirinya pesan di cafe dekat perusahaan. Sembari menunggu Asha mulai berpikir tentang Malvin kembali. Selalu bayang bayang Malvin berkeliaran dikepalanya.

"Mungkin telah berlalu cukup lama, sekitar tiga tahun lebih, mungkin," menolok Asha, bebicara pada dirinya sendiri.

"Aku penasaran, apa dirinya masih sama atau sudah berubah."

"Apa wangi dari tubuh tegap miliknya itu masih sama? Apakah tatapan cinta yang ditujukan untuk ku telah berubah? dan apakah dia masih saja menjadi orang yang dingin pada sekitar nya?" Inilah pertanyaan pertanyaan yang selalu menghantui Asha lima tahun itu.

"Sekedar bertanya, apakah dirinya masih menjadi Malvin yang ku kenal."

Dan yah, mungkin Asha sudah tau jawabannya. Mungkin Asha harus mengeluarkan surat pengunduran diri, berhenti dari pekerjaan yang baru dia naungi ini. Menurut Asha, itu adalah hal yang benar.

Makanan Asha datang, dirinya pun mulai makan dengan tentang sembari bercengkrama ria tentang kenangan nya bersama Malvin.

•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•

Lagi lagi Asha harus dihadapkan dengan Malvin, sekarang dirinya tengah berdiri di depan ruangan. Mondar mandir didepan ruangan itu sembari membawa berkas di kedua tangannya. Mungkin orang yang lewat akan menganggap dia sebagai pencuri atau mata mata perusahaan lain.

"Eh Asha, ini tu lo langsung masuk aja goblog. Kasi ni berkas suruh tanda tangan, lalu kasih surat pengunduran diri. Udah itu doang kok, gampang," menolok Asha pada dirinya sendiri. Dari situasi Asha saat ini kita dapat mempelajari bahwa bicara itu gampang tapi melakukan nya yang susah.

"Baiklah Asha, lakukan atau tidak sama sekali." Mengetok pintu itu dari luar, dan segera masuk saat orang yang berada didalam menginstruksikan bahwa dirinya bisa masuk.

"Terlambat."

KAN.. BARU JUGA SELANGKAH MASUK! Suara Malvin sudah menyuarakan peperangan diantara mereka. Pengen sekali rasanya Asha mencakar wajah Malvin itu! Dan sepertinya rambut Asha akan gugur satu persatu jika terus menghadapi ocehan tidak bermutu Malvin.

Ya Tuhanku, terlambat berapa menit doang dipermasalahkan. teriak Asha dalam hatinya.

Karna tak mendapatkan jawaban. Malvin mendekat secara perlahan kearah Asha. Namun Asha tidak memundurkan langkanya dirinya tetap berdiri tegap seakan tidak mau kalah. Sekarang Malvin tepat berada dihadapan Asha, jarak yang menipis dikikis perlahan oleh Malvin.

Malvin tersenyum kecil, yeah Asha masih tidak berubah. Memundurkan langkanya mengambil berkas yang sedari tadi berada di lengan Asha menjatuhkan nya ke lantai dengan sengaja. "Ambil semua," titahnya kemudian.

Mata Asha membulat, yang benar saja! Ada apa dengan Malvin ini. Dan tunggu dulu dia menyuruh Asha untuk mengambil semuanya. Emosi Asha berada diujung kepala. Menatap Malvin yang juga menatapnya. Pria itu tersenyum kecil seakan mengejek kearah Asha. Sekarang Asha mengerti taktik permainan yang coba Malvin mainkan.

"Kirim surat pengunduran dirimu secepatnya, atau lihat saja nanti."

Pria itu dengan sengaja menerima dan menjadikannya sekretaris diperusahaan nya. Itu semua tidak lain karena ingin membuat Asha kalah. Maksudnya adalah Malvin memang sengaja ingin menjadikannya sekretaris agar Asha mengundurkan diri, dan yah Asha akan kalah dari Malvin.

Asha tersenyum kemudian mengutip satu persatu berkas yang kini berserakan dilantai. Menumpuk nya di lengan, dan setelah terkumpul semua Asha menaruhnya dimeja kerja Malvin.

"Maaf tuan Malvin. Sebenarnya sekretaris Asha ini juga ingin melakukan hal yang seperti kau katakan." Mengeluarkan surat pengunduran dirinya dari saku pakaiannya. "Tapi sepertinya surat ini sudah tidak diperlukan lagi. Karena Asha Alora Elodia tidak akan mengundurkan diri." Berjalan kearah tempat sampah merobek robek kertas itu yang kini tengah berada ditempat seharusnya.

Menatap mata Malvin dengan lantang menandakan bahwa dirinya tidak akan mengaku kalah. "Jadi tuan mari kita lihat siapa yang akan bertahan dan menyerah."

"Oh dan jangan lupa, berkas berkas itu untuk ditandatangani." Setelah mengatakan itu Asha beranjak pergi menuju keluar ruangan.

"Sama sekali tidak berubah."

•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•

Sampai sini duluu
Hargai author dengan vote dan coment kalian!!

See you next chapter

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hey, Sekretaris! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang