BAB 38 : Simulasi Keluarga kecil

24 7 1
                                    

"Semesta tau, betapa senangnya aku memiliki mu."

Ilesha Mutiadaksa

•••🦋•••

Mobil sedan hitam itu berhenti di halaman rumah seorang gadis yang tengah duduk bersama kedua orang tuanya di teras. Ilesha dan kedua orang tuanya saling berpandangan seakan melemparkan pertanyaan, "Mobil siapa?"

Namun, ketika seseorang keluar dari mobil tersebut, ketiganya sedikit terkejut. "Itu pacar kamu, 'kan?" tanya Yusuf, ayah Ilesha, sambil memicingkan mata ke arah Bentala.

Ilesha hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia tersenyum pada Bentala saat cowok itu sudah berada di depan mereka, lalu menyalami tangan kedua orang tuanya.

"Kalian mau jalan, ya?" tanya Gita, ibunya Ilesha.

Bentala mengangguk sopan. "Iya, Bu. Tala minta izin buat ajak Ilesha jalan, ya?" pintanya.

"Boleh, tapi jangan sampai pulang malam, ya?" pesan Gita, yang langsung diangguki oleh Bentala.

"Ya sudah, Ma, Pa. Ilesha sama Zayn jalan dulu, ya," ucap Ilesha sambil menyalami tangan kedua orang tuanya, lalu disusul oleh Bentala. Setelah itu, keduanya melangkah ke arah mobil yang terparkir di halaman rumah.

"Ilesha, Bentala! Ingat kata Tulus!" teriak Gita membuat Ilesha tersenyum. Ia sudah mengerti dengan ucapan mamanya. Sementara itu, Bentala melirik Ilesha meminta penjelasan karena ia tidak mengerti.

"Tulus, hati-hati di jalan," kata Ilesha, menjelaskan.

"Kayak judul lagu, ya?"

"Kan memang iya judul lagu. Mama emang gitu orangnya, maklumi, emak-emak pengen gaul lagi," ujar Ilesha sambil terkekeh.

Bentala ikut tertawa, sudah paham sekarang. Lalu, ia membuka pintu mobil untuk Ilesha dan ikut masuk ke dalam mobilnya.

Lima menit berlalu dalam perjalanan. Ilesha hanya memandang jalanan, sementara Bentala fokus menyetir.

"Zayn," panggil Ilesha, menoleh ke arahnya.

"Hmm, kenapa?" jawab Bentala tanpa mengalihkan tatapannya dari jalan.

"Semalam kamu beneran gak pulang?" tanya Ilesha, pertanyaan yang sudah ingin dilontarkannya sejak tadi.

Bentala menoleh sekilas. "Iya, semalam aku gak pulang."

"Kemana?"

"Ke club, pulang jam 2 pagi..."

"Hah?" sela Ilesha terkejut. Apa katanya? Klub? Klub yang sering dikaitkan dengan hal-hal negatif? Ilesha benar-benar syok, apalagi Bentala bicara seakan tak ada beban sama sekali.

"Heem," Bentala mengangguk pelan. Sebelum melanjutkan perkataannya, ia menoleh ke belakang, membuat Ilesha ikut menoleh juga.

Lagi, Ilesha dibuat syok. Ada sosok kecil yang duduk di belakang jok mobil sedang tertidur pulas. Ilesha tidak tahu siapa anak kecil itu.

"Kamu nyulik anak orang?!" seru Ilesha, tak habis pikir. Apakah ini sisi gelap pacarnya yang baru ia ketahui?

"Jangan suuzon dulu, dia Tisya, adik aku. Mama sama Papa keluar, jadi di rumah gak ada orang. Ya mau gak mau dia ikut aku," jelas Bentala, membuat Ilesha menghela napas lega.

"Syukur deh, aku kira kamu nyulik anak orang."

Bentala terkekeh. "Se-nganggur-nganggurnya aku, gak bakal nyulik anak orang buat cari uang. Kaya gak ada kerjaan lain aja."

The Ephemeral (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang