Diharapkan membaca Alfa Dan Luka terlebih dulu sebelum membaca cerita ini agar paham alurnya.
Untuk pembaca baru wellcome dan untuk pembaca lama siap lanjut baca cerita ini?
Follow ig: @diniisukmaa
Tandai typo dan selamat membaca!
Yang dulu pernah bersama kini hanya bisa dikenang tanpa bisa diulang kembali.
_Agatha Queenesya
.
.Asap mengepul dari secangkir cokelat panas yang dibuat oleh seorang gadis cantik. Duduk di balkon dengan sebuah novel di tangan, menatap senja yang nampak jelas di penglihatan.
Dia Agatha, gadis yang kini memilih menyendiri di saat para keluarganya tengah berkumpul. Menikmati cantiknya rona jingga di langit yang kian memudar seiring waktu. Mencoba menenangkan pikiran dan hati walau sebenarnya sulit.
Alunan musik menemani sunyinya keadaan, membuat gadis itu kian larut dalam alunan lagu dan indahnya senja, sejenak mengesampingkan tentang seseorang yang hingga detik ini masih singgah di hatinya.
"Ta."
Suara laki-laki yang gadis itu kenal menyapa pendengarannya, langkah kaki yang terdengar mendekat membuat gadis itu membuang napasnya seraya membuka novelnya, mengabaikan keberadaan laki-laki itu dan memilih membaca novel.
Raden duduk di samping sepupu perempuannya, melirik sekilas lalu kembali menatap ke depan. Senja yang nampak cantik ditambah burung-burung berterbangkan kembali ke sarangnya sebab hari semakin gelap.
Selama beberapa menit tidak ada obrolan apapun, keduanya sibuk dengan pemikirannya masing-masing. Hingga suara notifikasi pada ponsel Raden membuyarkan keduanya.
Agatha menoleh menatap Raden tanpa bicara apapun, sedangkan Raden sendiri tampak tidak ada niatan untuk memeriksa ponselnya sendiri.
"Kenapa enggak diangkat," ujar Agatha akhirnya bersuara.
Laki-laki itu sontak menoleh dengan ekspresi datarnya. "Nggak penting."
Agatha tidak lagi bertanya, gadis itu sangat tau bagaimana sepupunya itu.
"Kenapa di sini, semua nungguin lo," ucap Raden. Sebenarnya ia hanya ingin memastikan keadaan gadis ini dan menanyakan alasan tidak mau bergabung bersama yang lain di bawah padahal seluruh keluarga besar sedang berkumpul bersama.
Agatha tidak menjawab, Raden mengembuskan napasnya. Gadis itu berbeda sekarang, tidak lagi seperti dulu yang ceria dan banyak bicara.
"Kalo lo kaya gini terus lo kapan bangkitnya Agatha, lo nggak cape? Kasian orang tua lo yang setiap waktu khawatirin lo."
Bukan tanpa sebab laki-laki itu berbicara seperti itu, sebab selama 1 tahun setelah kepergian Alfa, gadis itu mulai berubah, jarang tersenyum, berbicara seperlunya dan sering menyendiri. Jika ditanya maka jawabannya selalu sama, hal itu membuat orang tua Agatha menjadi khawatir dan bingung. Banyak cara yang pernah dilakukan untuk mengembalikan putrinya yang dulu namun selalu gagal.
Pernah suatu ketika, dua bulan setelah kepergian Alfa, gadis itu berulang tahun dan para keluarga memberi kejutan namun respon tidak terduga terjadi. Agatha justru marah dan tidak mau ikut merayakan acara. Gadis itu berkata jika ia masih bersedih atas kepergian Alfa namun keluarganya justru bersenang-senang. Ia beranggapan jika keluarganya seperti tidak perduli atas kesedihannya. Padahal sebenarnya maksud dari seluruh keluarga adalah untuk menghibur dan berusaha membuat gadis itu tersenyum kembali dan tidak bersedih.
"Gue nggak bisa," jawab Agatha singkat.
Segampang itu sepupunya berkata? Tidak taukah rasa sakit dan susahnya ia selama ini. Tanpa semua orang tau ia sudah mencoba dan sifatnya ini hanyalah topeng untuk menutupi kesedihan agar tidak terlalu nampak bahkan dikasihani banyak orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Luka
Teen FictionBagian kedua Alfa Dan Luka Tentang bahagia, tentang sedih dan semua ceritanya biarlah menjadi kenangan tanpa harus dilupakan. "Kisahnya sudah selesai sejak lama, namun rasa dan lukanya masih basah." _Agatha Queenesya. ________ "Jangan berharap kepa...