Pertemuan

91 5 0
                                    

Malam itu, Nara merasa terjebak dalam perasaan bersalah yang mendalam. Setelah percakapan yang menegangkan dengan Phuwin, ia duduk sendirian di kamar, merenung tentang semuanya. Bagaimana ia bisa menyembunyikan perasaan Prim darinya? Apakah perasaan itu hanyalah bayang-bayang masa lalu yang harus ia lupakan, ataukah ada hal yang lebih dalam yang perlu ia selesaikan untuk bisa benar-benar maju?

Keheningan malam terasa berat, dan meskipun Nara tahu bahwa hubungan mereka dengan Phuwin tidak terganggu oleh Prim, rasa cemas itu tetap ada. Ia mencintai Phuwin, itu pasti. Tapi kenapa masa lalu itu datang begitu saja, mengusik hati yang sudah ia yakini?

Sementara itu, Phuwin duduk di ruang tamu, matanya menatap kosong ke luar jendela. Perasaan yang menggelayuti hatinya membuatnya sulit tidur. Ia tahu, perasaan yang tumbuh di antara mereka berdua selama ini adalah sesuatu yang sangat berharga. Tapi ada ketidakpastian yang muncul setelah mendengar tentang Prim—seseorang yang pernah penting bagi Nara.

Phuwin tidak bisa menahan rasa sakit dan kekecewaannya, meskipun ia tahu bahwa Nara tidak bermaksud menyakitinya. Namun, rasa tidak aman itu muncul begitu saja. Ia merasa seakan ada celah yang bisa dimasuki oleh masa lalu, dan ia tak ingin hubungan mereka hancur hanya karena hal-hal yang belum selesai.

Keesokan harinya, Nara merasa berat hati. Ia memutuskan untuk berbicara lagi dengan Phuwin, berharap mereka bisa menyelesaikan kebingungannya. Namun, Phuwin yang sudah mulai merasakan beban emosionalnya memilih untuk lebih diam, tidak ingin menambah ketegangan.

"Nara," akhirnya Phuwin berkata dengan suara yang lebih lemah dari biasanya, "Aku hanya ingin kamu tahu, aku percaya padamu. Tapi aku juga butuh kejelasan. Aku tidak bisa terus merasa seperti ini."

Nara menatapnya dengan penuh penyesalan. "Aku paham, Phu. Aku terlalu lama menyembunyikan semuanya darimu. Aku tidak bermaksud melukai perasaanmu. Aku hanya bingung dengan perasaanku sendiri."

Phuwin menarik napas dalam-dalam, dan ada keheningan sejenak sebelum ia berbicara lagi. "Aku ingin kita bisa terus maju tanpa ada keraguan. Aku butuh tahu, apakah masa lalu itu benar-benar sudah berakhir buatmu. Karena aku hanya bisa bertahan denganmu jika kita benar-benar saling percaya, tanpa bayangan masa lalu."

Nara merasa kata-kata Phuwin sangat menohok, namun ia tahu itu adalah kenyataan yang harus dihadapi. Ia merasa kesal pada dirinya sendiri, tetapi juga bertekad untuk menuntaskan kebingungannya. "Aku janji, Phu. Masa lalu itu sudah selesai. Aku hanya perlu waktu untuk menghadapinya dan membiarkan semuanya berlalu."

Phuwin mengangguk pelan. "Aku ingin kamu tahu, aku akan selalu ada untukmu. Tapi kita harus jujur satu sama lain."

Nara memegang tangan Phuwin dengan erat. "Aku tahu, dan aku berjanji untuk tidak menyembunyikan apapun darimu lagi. Kita akan melewati ini bersama, seperti yang selalu kita lakukan."

Perasaan Nara mulai sedikit tenang setelah berbicara dengan Phuwin. Namun, masih ada kekhawatiran di dalam dirinya, khawatir tentang bagaimana perasaan Phuwin akan berubah, dan apakah ia benar-benar bisa membiarkan masa lalu itu pergi sepenuhnya.

Mereka masih memiliki perjalanan panjang untuk memastikan hubungan ini tidak terganggu oleh hal-hal yang sudah lewat, tetapi Nara tahu, dengan saling mengerti dan terbuka, mereka bisa menghadapinya bersama.

[END] Repeat the Moment PondPhuwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang