Langkah selanjutnya

83 8 9
                                    

Riku berlari ke rumah sang kakak dengan senyum lebar yang sedari tadi tak luntur. Tak perlu mengetuk, Riku langsung masuk kedalam mencari keberadaan sang kakak.

"Kak Ren!!" panggil Riku. Bukannya sang pemilik nama yang datang menghampiri malah sang ibu yang dia temukan.

"Lohh mama, Kok disini?"

"Iya. Nih minta garem, punya kita abis. Dipake ayah buat main sama logan kemaren." ucap Winwin sambil menunjukan garam ditangannya. Riku teringat jika kemarin ponakan kecilnya itu merengek ingin ke pantai. Karena mereka tidak bisa menuruti keinginan si kecil akhirnya Yuta membuat air sin didalam bak lalu berkata 'kakek gabisa bawa logan ke pantai, tapi kakek bisa bawa air pantai. Nih buktinya air bak rumah kakek asin.' untungnya logan mudah untuk dibodohi.

"Kak Ren mana, ma?" tanya Riku pada Winwin.

"Ga ada. Dia ikut Jeno kerja."

"Dihh bucin."

"Makanya cari istri. Kerja Mulu kamu ini, liat tuh rambut udah panjang kek ayah kamu." ucap Winwin yang membuat Riku memanyunkan bibirnya.

"Kan Riku emang anak ayah, mah. Tapi mamah Riku tadi abis liat bidadari di sekolahnya logan. CANTIKK BANGETT !!! suaranya juga Adem. Duh Riku jadi lemes kalo inget dia senyum." ucap Riku dramatis. Bahkan tubuhnya merosot saat mengucapkan kalimat terakhir.

"Dihh mirip banget sama si Yuta." Riku tak peduli dengan ucapan ibunya. Dalam otaknya kini masih terekam dengan jelas senyuman manis seorang Daeyoung. Wiwin berlalu pergi meninggalkan anak bungsunya yang tengah duduk bersimpuh sambil tersenyum.

Tak jauh berbeda dengan keadaan keluarga Jung. Taeyong merasa pusing sekaligus aneh dengan tingkah sang anak yang tiba-tiba menanyakan jadwal senam di taman komplek. Yang paling membuat Taeyong pusing adalah Sion yang meminta ikut jika dirinya pergi bersenam. Tumben sekali, anak yang biasanya malas diajak atau dipamerkan saat acara arisan mendadak ingin ikut senam ibu-ibu komplek.

"Kamu ini kenapa sih?" tanya Taeyong pada Sion yang barusaja selesai mandi.

"Kenapa emangnya?" tanya Sion balik.

"Mendadak mau ikut bubu senam. Lagian bubu cuman senam setiap Minggu, ga tiap hari kek ibu-ibu yang lain."

"Yahh kok gitu?? Mending tiap hari, Bu. Nanti dijamin Jepri makin klepek-klepek sama bubu." ujar Sion yang langsung mendapat lemparan bantal sofa dari Taeyong.

"Panggil yang bener. Dia ayah kamu, Sion."

"Iyaa iyaa. Dah ya Sion mau ke rumah Riku. Mau curhat ehehe." ucap Sion berlalu pergi menuju rumah yang berhadapan langsung dengan rumahnya.

"RIKUU MAIN YOK, GUE MAU CURHAT." teriak Sion saat masih berjalan menuju rumah Riku. Tanpa disangka Riku keluar dari rumah Renjun langsung lari menghampiri Sion.

"HAYUKK GUE JUGA MAU CURHATT, ASAL LOO TAUU SION GUE AB-

"JANGAN TERIAK-TERIAK GUE LAGI SAKIT GIGI!" teriakan Yuta memotong teriakan Riku.

"Dih atuy. Dasar, ke warung si wonbin aja kalo gitu yon. Si atuy, lagi rewel." ajak Riku pada Sion.

Setibanya diwarung Wonbin, mereka melihat Ryo yang tengah duduk termenung. Wajahnya terlihat lesuh seperti orang yang kehilangan semangat hidup.

"Woy!" kejut Riku pada ponakannya itu.

"Eh ada om Riku sama Om Sion." sapa Ryo dengan wajah tengilnya.

"Gue keluarin dari gruf mau Lo? Biar aja dia main sama logan, ga usah ikut kita-kita." ancam Sion yang memuat Ryo kelimpungan.

"Jangan dong. Yakali main sama logan. Eh abang-abang mau Roti ga, nihh enak-enak kok." Ryo menyodorkan kantung plastik yang berisi banyak Roti.

"Banyak banget."

"Hah~~ gue tadi abis berburu sama Sakuya. Dapet lah nih roti sebanyak ini. Ehh tau-taunya pacar Sakuya juga ikutan. Sakuya ambil roti dari pacarnya lah." jelas Ryo. Riku dan Sion mengangguk paham. Kasian sekali nasib cinta Ryo. Udah bertepuk sebelah tangan kena frendzone juga lagi.

"Udah galaunya. Mending kalian denger cerita gue. Tadi gue abis ketemu bidadari lagi mimpin senam di taman komplek. Beuhh cantik, udah gitu bohai juga." jelas Sion dengan menggebu-gebu.

"Wahh bang gue juga abis liat bidadari. Tadi disekolah logan, Lo kok gapernah cerita sih temen logan punya kakak cantik, yo?" kesal Riku pada Ryo.

"Kak daeng ya, kakaknya Yuan?" timpal Ryo yang langsung mendapat geplakan di bahunya. Pelakunya tak lain adalah Riku.

"Bener banget. Buset yon, orangnya manis beut. Udah tuh montok lagi." ujar Riku lalu menyuapkan roti kedalam mulutnya.

"Yang mimpin senam tu namanya Yushi kan?" tanya Ryo. Dari ekspresi terkejut Sion saja Ryo tahu jika tebakannya benar. Dasar, kedua orang tua yang menjadi temannya ini memang sangat kudet. Mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan hingga tak sempat untuk mencari pendamping hidup.

"Asal bang Sion tau ya. Dia itu temennya kak Wonbin, sepupunya Sakuya. Kalo buat bang Riku, maaf maaf nih ya bang kalo ga salah kak daeng itu udah nikah deh." ucapan Ryo sukses membuat Riku menghentikan kunyahannya. Apa ini? Belum sempat Riku berjuang, dia telah kalah. Jadi bidadari nya itu telah menikah, Riku suka sama istri orang gitu?

"Masa gue belom apa-apa udah gagal sih bang." ucap Riku lesuh.

"Ehh tapi itu sepengetahuan Iyo, ya. Nikahnya udah lama, tapi Iyo belum pernah liat suaminya kak Daeng."

"Tuh Rik, siapa tau udah cerai. Tenang-tenang, masih ada harapan." hibur Ryo dan Sion. Mereka melanjutkan obrolan mengenai Yushi dan Sakuya. Sementara Riku hanya menyimak sambil memakan roti.

Riku pulang lebih dulu. Ryo dan Sion pun tak mencegahnya, mereka tahu Riku perlu waktu untuk sendiri. Sesampainya dirumah Riku melihat sang ibu yang tengah mengobrol dengan kakaknya di teras. Wajah muram Riku menarik perhatian keduanya, sebenarnya wajah itu sudah tak asing bagi mereka. Setiap hari pasti Riku akan memasang wajah seperti itu, entah karena ulah logan, Ryo atau karena pekerjaannya. Tapi kali ini berbeda, wajah Riku seperti tengah menahan tangis.

"Riku, kamu kenapa?" tanya Winwin. Tanpa disangka Riku berlari memeluk sang ibu. Winwin merasa aneh, baru tadi dia melihat Riku yang senyum-senyum sendiri sekarang malah terlihat sedih.

"Mamah masa belum sempet Riku perjuangin cinta Riku. Malah udah patah duluan sih. Bidadari Riku udah nikah mah." adu Riku pada Winwin. Lalu Riku pun menceritakan semuanya mulai dari dia bertemu dengan Daeyoung hingga kejadian tadi di warung Wonbin.

"Daeyoung ya. Dia emang udah nikah. Tapii, setau kakak suaminya itu udah meninggal." jelas Renjun.

"Daeyoung itu adiknya Yangyang bukan sih, kak?" tanya Winwin memastikan.

"Betul. Dia dulu nikah sama prajurit TNI rekan kerjanya om Doy. Banyak yang bilang kalo Minjae itu udah gugur waktu bertugas. Cuman om Doy nya keukeuh kalo Minjae itu masih hidup. Daeyoung kan anaknya penurut banget, jadi dia mau ga mau percaya sama perkiraan ayahnya." jelas Renjun.

"Ouh yang baru selesai nikah, suaminya langsung pergi perang itu ya? Ga jadi malperkan." ucap Winwin yang diangguki oleh Renjun.

"Jadi ... Daeyoung itu janda atau perjaka statusnya?" celetuk Yuta yang sedari tadi menguping. Yuta jadi bingung dengan percintaan Riku, anaknya ini tengah menyukai seorang janda atau perawan?

"Harusnya perjaka, kan belum di anu in." jawab Renjun.

"Terus Riku harus gimana? Bener kan suaminya udah gugur?" tanya Riku memastikan dengan mata yang berkaca-kaca. Mengundang tawa semua orang yang disana.

"Bener, kok. Yangyang sendiri yang bilang. Cuman emang om Doy nya aja yang tutup telinga soal itu. Ya gimana lagi Daeyoung masih muda, udah ditinggal suaminya aja. Sama Ryo aja cuman beda dua tahun." jelas Renjun yang membuat Riku melongo. Pantas saja, pikirnya. Kasian sekali Daeyoung yang terjebak dimasa lalu karena ayahnya sendiri.

"Kamu kalo suka sama dia, perjuangin aja. Coba yakinin om Doy. Ayah gapapa kok punya mantu mantan janda. Daeyoung lucu soalnya." ucap Yuta yang mendapat tatapan tajam dari Riku.

"Masih perjaka ayah!"

LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang