BonChap I

82 6 0
                                    

Apa ini apa ini!!
Aku tarik kata-kataku soal ga ada bonus ... Maafkan yaa
Bonusnya cuman ii tapi ya 🙂‍↕️











"Perfect, You're so beautiful honey." Yushi tersenyum mengamati hasil kerja kerasnya untuk mendandani Daeyoung.

Daeyoung terdiam, menatap takjub pantulan dirinya yang sangat mempesona dicermin. Kali kedua dia mengalami hal yang sama, sedikit gugup mengingat pengalaman pertamanya gagal. 

"Pakaiannya juga sangat cocok di badannya." puji Sakuya.

"Benar sekali. Ah, tidak sia-sia kita bekerja keras~" Yushi mengajak sepupunya berpelukan dengan haru, mereka sangat bangga bisa ikut andil dalam acara penting keluarga Nakamoto.

"Yushi, Sakuya terimakasih." ucap Daeyoung dengan senyum tulusnya.

"Kenapa Daeng, ada yang mengganggu?" Yushi merasa terganggu dengan mata Daeyoung yang terlihat bergerak acak, seperti sedang takut.

"Tidak, hanya gugup. Walaupun ini yang kedua kalinya buat aku." Daeyoung menunduk, keputusannya benarkan untuk menerima Riku. Dia takut membuat seseorang kecewa lalu marah, meskipun orang itu telah tiada. Yushi dan Sakuya saling pandang, mereka mengerti keresahan yang Daeyoung rasakan.

"Kakak mau mundur lagi?"

"Daeng, yang ngerasa gugup bukan kamu aja. Riku juga pasti gugup. Dia pasti kecewa banget kalo tiba-tiba kamu mundur lagi."

Bayang-bayang raut kecewa Riku terlintas dipikirannya. Beberapa kali Daeyoung minta agar menunggu, dia siap membuka lembaran baru. Ada sedikit ketakutan dihatinya, jika mengingat dulu pernah ditinggalkan. Tapi dengan sabarnya Riku selalu meyakinkan Daeyoung, membatunya melawan rasa takut.

"Percaya sama Riku ya?" Yushi menggenggam kedua tangan Daeyoung yang terbalut sarungtangan putih. Senyumnya terbit saat sipemilik tangan mengangguk.

Ketukan pintu terdengar bersamaan dengan suara yang memanggil mereka, mengatakan kalau acara akan segera dimulai dan meminta pengantin agar segera bersiap. Daeyoung beranjak dari duduknya, dibantu Yushi yang sesekali membenarkan tatanan rambutnya. Perlukah Yushi memasangkan sebuah aksesoris kepala, wedding vail misalnya, pasti akan semakin menambah kesan anggun.

"Sakuya bisa minta mereka menunggu, ada sesuatu yang aku lupakan." ujar Yushi sambil membenahi rambut Daeyoung.

"Yushi perlukah itu?" Daeyoung merasa berbeda saat Yushi menambhakan aksesoris kain dikepalanya, kain tipis yang menutupi wajahnya hingga batas pinggang.

"Perlu, ini akan menambah keindahan mu berkali-kali lipat. Aku yakin Riku akan menahan nafas saat menyikap kain ini untuk melihat wajah cantikmu Daeng." ucap Yushi dengan sangat semangat dan senyum mengembang.

"Kak mereka menunggu--WOUW!" Daeyoung semakin gugup saat melihat reaksi terkejut Sakuya.

"Kak Yushi pokonya nanti saat aku menikah, harus kakak juga yang mendadani ku! Aku ingin seperti kak Daeng." takjub Sakuya saat melihat Daeyoung seperti pangeran mahkota dari kerajaan fantasi. Yushi membusungkan dadanya, tersenyum puas dengan hasil usahanya.

Winwin tak kuasa menahan airmatanya saat melihat Daeyoung, menantu bungsunya. Pilihan anak-anaknya memang tak pernah salah. Winwin mengucap terimakasih pada Yushi dan Sakuya yang telah membuat Daeyoung terlihat luar biasa saat ini. Tiga orang itu -Yushi, Sakuya, Winwin- menggiring Daeyoung menuju ruangan yang akan menjadi saksi sakral bersatunya pasangan Riku dan Daeyoung. Winwin menyerahkan Daeyoung pada Doyoung, pria paruh baya itu tak berkedip melihat betapa manis, anggun, dan cantik Putranya. Pintu pun dibuka oleh Yushi dan Sakuya, membuat semua mata tertuju pada mereka.

LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang