Begitulah hidupku menjadi lonte Pak Ginanjar. Ia makin sering memakai tubuhku. Kadang jika Nisa tak bisa, aku melayaninya sendirian.
Pernah juga aku dibawa ke Semarang untuk mendampinginya tugas keluar kota. Tentu dinikmati di sela-sela pekerjaan dan jalan-jalan. Ia pun memberi uang saku dan oleh-oleh yang cukup banyak.
Pak Damar tak keberatan aku sering dipakai oleh Pak Ginanjar. Katanya justru bisa memuluskan bisnisnya.
Tidak hanya Pak Damar yang memanfaatkanku untuk kepentingan bisnis, Pak Heru kemudian juga menawariku untuk menjadi pelicin usahanya. Lelaki itu mendatangkan kayu-kayu dari Kalimantan yang tak memiliki izin. Untuk memuluskan aksinya, ia menyuap pejabat terkait.
Aku diminta melayani seorang pejabat kehutanan. Pak Damar pun mengijinkan. "Pakai aja!" katanya pada Pak Heru.
Cih, emang aku macam sepeda yang bisa dipakai seenaknya?! Sialan!
Akupun cuma bisa pasrah. Malam itu aku diantarkan ke sebuah hotel mewah oleh Pak Heru. Lonte kecil ini siap untuk melayani pelanggannya.
Tak dinyana ada dua orang pegawai di sana. "Loh, berdua?!" tanya Pak Heru kaget.
"Iya, dia staf saya Pak!" jawab pejabat yang kutaksir seumuran Pak Damar.
"Oh, baik," balas Pak Heru berpamit, "Saya tinggal dulu Pak,"
Akupun melayani kedua pejabat itu.
Mereka sangat garang di ranjang. Suka menggoda dan melecehkanku dengan kata-kata maupun fisik.Stamina mereka pun cukup kuat. Aku sampai lemas dibuatnya.
"Joss kan, kayu pasak bumi dari Kalimantan?!" tanya si pejabat pada stafnya.
"Iya Pak!" jawabnya menyodok-nyodok kemaluan mungilku, "Makin greng dan kuat! Uhh, uhh, uhh!"
"Lontenya juga enak banget!" lanjut si pejabat mengelus dan meremas dadaku dari samping, "Pinter Pak Heru cari barang!"
"Iya Pak! Mantap! Masih kenceng!"
"Udah lama kau jadi lonte?!" tanya si pejabat meremas dan memilin puting susuku, "Masih sekolah kau?!"
"Ahh, belum lama Pak!" jawabku hanyut dalam gairah dan kepasrahan, "Baru lulus SMK tahun ini, uhh!"
"Wah, seumuran anakku yang kecil!"
Sang pejabat lalu menyodokkan penisnya ke mulutku. "Tapi kamu lebih cantik!"
Kuhisap sebaik mungkin kontol besar dan agak gemuk itu. Bagian atas dan bawah tubuhku disogok semua.
Mereka lalu menyetubuhi vagina dan anusku bersamaan. Tubuh kecil ini mereka santap dan koyak-koyak. Ah!
Cukup lama mereka menikmati tubuhku hingga mencapai kepuasan. Untungnya mereka memakai kondom.
"Puas banget Pak dengan pelayanan Pak Heru!" ungkap sang staf merebah di samping kananku.
"Kita pakai semalaman aja nih cewek!" balas sang pejabat merebah di samping kiriku.
"Bisa Pak?!"
"Tinggal telepon Pak Heru aja. Kalau nggak bisa, kita tangkap dia! Masukin penjara! Ha ha!"
"Iya Pak!" jawab stafnya meremas-remas dadaku.
"Halo Pak Heru," sapa sang pejabat di telepon, "Iya, enak banget barangnya. Pakai sampai pagi bisa ya Pak?!"
"Oh, bisa-bisa!" jawab Pak Heru kudengar samar dari ponsel.
"Oke Pak, makasih!"
Mereka pun memakai tubuhku semalaman. Sesekali beristirahat menonton sepakbola di TV. Sepertinya mereka penggemar Manchester United.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sari Nurbaya
RomanceKetika aku dan adikku dipakai untuk membayar hutang keluarga.