Ch.2

147 0 0
                                    


    Pintu yang selama ini dia tatap sudah hancur. Di atas papannya yang rusak tergeletak seorang manusia, dengan leher dan lengan patah yang menjuntai.

    Tampak seperti ikan mati yang mengambang di air laut.

    Apa yang terjadi?

    Wanita itu berjongkok dan mundur sejauh yang dia bisa. Meskipun dia tidak dapat melihatnya dengan jelas, bayangan gelap terus bergerak cepat melalui celah pintu yang rusak itu.

    Jeritan orang-orang, langkah kaki yang bergetar kencang, dan suara logam yang beradu semuanya saling terkait. Semuanya berdering begitu keras hingga kepalanya berdenyut.

    Sudah berapa lama?

    Ketika merasa suara itu sedikit mereda, wanita itu akhirnya membuka matanya yang tertutup rapat tanpa sepengetahuannya. Bau amis tercium entah darimana.

    Tidak, tidak. Ini tidak mungkin seperti itu.

    Dahulu kala, ketika dia masih kecil, dia ingat melewati sebuah kapal besar yang terbakar dan tidak sengaja mencium baunya. Bau asam dan amis darah manusia menyengat di ujung hidungnya.

    "Grand Duke, Yang Mulia! Saya berbeda dari ayah saya. Saya bahkan tidak pernah bermimpi tentang pemberontakan. Mohon dengan murah hati... . Tidak, andai saja Anda mau mengampuni saya!"

    Saat dia tersadar, seseorang masuk ke dalam ruangan. Seorang pria manusia berlumuran darah merah dan hitam berjalan dengan tertatih-tatih ke belakang menuju tangki kacanya. Pantatnya yang gemetar tampak familiar. Wanita yang terkejut itu menyembunyikan tubuhnya lebih jauh di sudut.

    "Apa itu."

    besar. Itulah hal pertama yang terlintas di benaknya.

    Ada orang yang sangat besar dan mengesankan di pintu. Meskipun siluetnya tidak dapat di lihat dengan jelas karena angin yang bertiup melalui air dan kaca, sosoknya tampak persis seperti batu yang berdiri tegak di tepi tebing di pulau asalnya.

    Terutama, suaranya.

    Suaranya terlalu pelan untuk menjadi suara manusia. Suaranya menghantam seluruh tubuhnya seperti ombak yang menerjang saat fajar.

    Aneh. Dia ingin mendengar lebih banyak. Saat dia tanpa sadar menggerakkan tubuhnya sedikit lebih ke depan.

    "100 juta!"

    Kepala pria yang berbalik dengan satu teriakan itu terpenggal.

    Cairan merah yang menyembur keluar dari daging yang terkoyak menjadi dua. Cairan itu berhamburan tanpa daya ke udara, seperti air yang keluar dari pori-pori ikan paus.

    Alih-alih bersembunyi di sudut tangki kaca lagi, wanita itu berjalan mendekati dinding kaca di dekatnya. Mata bulat itu mengandung rasa ingin tahu, bukan rasa takut.

    Darah manusia juga sama. Hanya saja semuanya tertutup warna merah.

    Jika sepotong daging terkoyak seperti itu, itu tidak akan bisa bernapas atau bergerak lagi.

    Sejujurnya, dia pikir mereka akan jauh lebih baik. Karena mereka adalah ras yang cukup kuat untuk menguasai daratan dan lautan. Itu bukan masalah besar, seperti ikan yang mati.

   'Ah... aku ingin makan ikan'.

    Desahan samar yang dia keluarkan menyebabkan tetesan air kecil terbentuk di air yang memenuhi tangki kaca.

    Orang di balik suara itu perlahan menampakkan wajahnya melalui tetesan yang mekar seperti bunga air.

    Wanita itu menarik napas dalam-dalam.

Aku hanya ingin punya anakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang