BAB 42: Ada Cemburu Yang tak Bisa diutarakan

26 6 3
                                    

Acara wisuda sudah terlaksana dengan sukses hingga akhir, dan sebagian besar orang sudah pulang. Namun, ada juga yang masih bertahan untuk berfoto atau sekadar menikmati momen yang tak akan pernah terulang kembali.

Saat ini, Ilesha beranjak dari tempat duduknya, hendak menghampiri teman-temannya yang sudah berkumpul di satu sudut. Namun, saat langkahnya baru beberapa meter, matanya tak sengaja menangkap sosok Devi yang sedang berbincang dengan seorang wanita. Devi menyalami wanita itu dengan sopan sebelum berpisah.

"Dev," panggil Ilesha saat Devi melintas di depannya.

"Apaan?" sahut Devi sambil menoleh, alisnya sedikit terangkat.

"Tadi itu mama lo?" tanya Ilesha langsung ke intinya, meskipun dia tahu sebenarnya itu bukanlah orang tua Devia Angrainy.

"Bukan, itu bundanya Harsa. Emang kenapa?" jawab Devi santai.

Ilesha menggeleng. "Oh, gue kira itu mama lo. Soalnya keliatan akrab banget," ucapnya berusaha bersikap santai.

Devi tertawa kecil, mengangkat bahunya. "Orang tua Harsa emang baik banget, makanya gue berani deketin mamanya. Siapa tau mamanya kecantol sama gue dan mau gue jadi mantunya," katanya dengan nada bercanda.

Ilesha tertawa, menggelengkan kepalanya. "Lo ada-ada aja, Dev."

"Eh, tapi beneran Harsa datang, kan?" tanya Ilesha tiba-tiba, mengernyitkan kening, agak ragu.

Devi balas mengernyit, bingung dengan pertanyaan itu. "Ya kali atuh, Sha. Ini wisuda dia, masa gak datang?"

Jawaban Devi membuat Ilesha menghela napas lega. Namun, rasa lega itu hanya sesaat. "Cuma aneh aja, tadi gue perhatiin, kok kakinya pincang, ya?"

Ilesha menelan ludah, panik. Apa? Kaki Harsa pincang? Apa itu karena kejadian semalam? Kenapa Harsa gak bilang? Gimana kalau kakinya gak bisa sembuh cepat?

Berbagai pertanyaan menyerbu pikirannya.

"Haloww... Ilesha!" panggil Devi sambil melambaikan tangannya di depan wajah Ilesha, berharap bisa mengembalikan temannya ke dunia nyata.

Ilesha tersentak. "Eh iya, maaf. Btw, lo liat Harsa di mana tadi?" tanyanya, mencoba mengalihkan pembicaraan. Namun tanpa sadar itu pertanyaan yang bisa saja menyudutkannya ke berbagai pertanyaan dari Devi.

Devi menatapnya dengan mata menyipit, penuh kecurigaan. "Kenapa lo nyariin Harsa?"

"Hah? Itu... Gue...," Ilesha gagap, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Salah besar menanyakan Harsa ke Devi, si pengagum rahasianya. ralat, pengagum ugal-ugalan. Jelas dia curiga. "Gue nyari Haraa mau nanyain keberadaan Zayn... Maksud gue, Bentala. Harsa kan deket sama Bentala, siapa tau mereka lagi bareng."

Devi mengangguk dengan wajah yang terlihat mulai paham. "Oh, tadi gue liat dia di parkiran," jawabnya sambil kembali mengangguk. Setelah itu, ia buru-buru pamit dan melangkah pergi.

Ting!

Tiba-tiba ponselnya berbunyi.

Bentala Zayn Shailendra: Sini.

Ilesha Mutiadaksa: Kamunya di mana?

Bentala Zayn Shailendra: Parkiran, lagi kumpul sama anak-anak kelas.

Ilesha terdiam sejenak, mempertimbangkan pesan yang baru saja diterimanya. Dia kemudian memutuskan untuk mengubah arah langkahnya. Niat awalnya untuk menghampiri Ayu dan teman-temannya akhirnya dia urungkan. Namun, baru saja ia melangkah beberapa meter, suara familiar memanggil namanya.

"Mau ke mana lo?" tanya Ayu sambil menghampiri Ilesha dengan tatapan penasaran.

"Mau ke parkiran, Zayn nyuruh gue ke sana," jawab Ilesha tanpa banyak berpikir.

The Ephemeral (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang