𝟎𝟑. 𝐈𝐬𝐚𝐛𝐞𝐥𝐥𝐚??

233 123 352
                                    

𐙚 Sebelum masuk ke cerita penuh misteri ini, jangan lupa untuk memberikan vote. Dukungan kalian sangatlah berarti.

Luna menarik napas dalam-dalam, mencoba mengusir keraguan yang membelenggu pikirannya.

"Baiklah, kita harus mulai dari sana. Kalau kita bisa mengumpulkan bukti atau setidaknya menemukan petunjuk, kita bisa membalikkan keadaan ini."

Hari itu, mereka bertiga berpisah untuk menjalankan rencana masing-masing. Raka bergerak dengan ketenangan dan ketelitian, mengikuti Charlotte dan Sophia tanpa menarik perhatian.

Ia mencatat setiap interaksi mereka, berusaha menangkap isyarat-isyarat yang mungkin bisa memberikan petunjuk. Emma, dengan kecerdikannya, mulai berbicara dengan siswa-siswa lain, mencari tahu informasi sekecil apa pun yang mungkin berguna.

Sementara itu, Luna fokus mengamati dinamika di sekitarnya. Ia menyadari bahwa permainan ini lebih dari sekadar perebutan vote-ada sesuatu yang lebih gelap dan lebih dalam, sesuatu yang membuat permainan ini begitu berbahaya.

Setiap langkah yang diambil Charlotte dan Sophia seolah sudah diatur dengan rapi, seakan mereka tahu lebih banyak tentang permainan ini dibandingkan yang lainnya.

Malamnya, mereka berkumpul kembali di perpustakaan. Raka membawa beberapa informasi menarik. "Aku melihat Charlotte bertemu dengan seseorang di sudut gelap di belakang gedung sekolah. Orang itu mengenakan hoodie, jadi aku tidak bisa melihat wajahnya, tapi mereka tampak sangat serius."

"Dan aku mendengar bisikan tentang kelompok rahasia yang mendukung Charlotte dan Sophia," tambah Emma. "Sepertinya ada beberapa siswa yang bekerja di balik layar untuk memastikan mereka tetap di puncak."

Luna merasakan dorongan adrenalinnya meningkat. "Kita harus mencari tahu siapa mereka dan apa tujuan mereka. Kalau kita bisa membongkar ini, kita bisa mengubah permainan ini."

Mereka bertiga sepakat untuk memperluas penyelidikan mereka, tetapi mereka tahu bahwa waktu semakin mendesak. Stairs Game bukan hanya tentang kemenangan; ini tentang bertahan hidup. Luna menyadari bahwa jika mereka tidak bergerak cepat, dia akan segera berada di tingkat base, di mana bayang-bayang kegelapan menanti.

Hari berikutnya, Luna merasa seperti sedang berjalan di atas tali yang sangat tipis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari berikutnya, Luna merasa seperti sedang berjalan di atas tali yang sangat tipis. Setiap langkahnya di sekolah diiringi oleh tatapan penuh curiga dari siswa-siswa lain. Kabar tentang vote yang semakin menipis untuknya sudah menyebar, dan seolah-olah dunia di sekitarnya mulai menutup diri. Tetapi Luna menolak untuk menyerah. Ia bertekad untuk bertahan, apapun risikonya.

Sore itu, di sebuah ruang kelas yang sepi, Luna dan Raka bertemu kembali untuk merencanakan langkah berikutnya. "Kita harus mengguncang posisi Charlotte," kata Raka dengan tegas. "Kalau kita bisa menunjukkan kelemahannya di depan siswa lain, mungkin kita bisa membalikkan keadaan."

Luna mengangguk, menyadari betapa berisikonya rencana mereka. "Aku setuju. Tapi kita harus berhati-hati. Jika mereka menyadari apa yang kita lakukan, mereka tidak akan ragu untuk menjatuhkan kita."

Saat mereka merencanakan strategi, suara ketukan pintu yang pelan mengejutkan mereka. Pintu terbuka sedikit, dan Isabella muncul, wajahnya penuh teka-teki. "Kalian perlu bantuan?" tanyanya dengan nada datar, namun matanya memancarkan ketertarikan yang tak bisa disembunyikan.

Luna dan Raka saling berpandangan, keduanya merasakan keraguan yang sama. Isabella selama ini dikenal sebagai siswa yang pendiam, namun selalu berada di sekitar kelompok Charlotte. "Apa yang kamu inginkan?" tanya Raka, matanya menyempit.

Isabella melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya. "Aku tahu lebih banyak tentang permainan ini daripada yang kalian kira," ujarnya. "Dan kalau kalian ingin menang, kalian butuh aku di pihak kalian."

Luna merasakan hawa dingin menyelinap di punggungnya. Tawaran Isabella bisa menjadi penyelamat atau justru malapetaka. Namun, ia tahu bahwa mereka tidak punya banyak pilihan. "Buktikan kalau kamu bisa dipercaya," kata Luna, nada suaranya penuh dengan kewaspadaan.

Isabella tersenyum tipis, seolah sudah mengantisipasi jawaban itu. Ia mengeluarkan sebuah buku catatan kecil dari tasnya, meletakkannya di atas meja. "Ini, informasi tentang semua peserta yang akan sangat berguna bagi kalian. Dengan ini, kita bisa mulai menyusun rencana untuk menjatuhkan Charlotte."

Luna membuka buku catatan itu, matanya melacak baris demi baris informasi yang tertulis dengan rapi. Ia merasakan ketegangan yang semakin memuncak, namun juga dorongan baru untuk melawan. "Baiklah, Isabella. Kita akan bekerja sama. Tapi ingat, satu langkah yang salah, dan semuanya bisa hancur."

Dengan persetujuan baru ini, Luna, Raka, dan Isabella mulai menyusun rencana yang lebih besar, lebih berani, dan lebih berisiko. Di bawah langit yang semakin gelap, mereka bertiga memutuskan untuk tidak hanya bertahan dalam Stairs Game, tetapi juga untuk mengubah arah permainan ini, mengguncang fondasi kekuasaan yang selama ini tidak tersentuh.

Ladder of LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang