"Jadi—"
Nova sempat menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan keadaan sekitarnya sebelum kembali melanjutkan kalimatnya.
"Jadi gini. Lo harus cari cowok random yang bisa dibayar dan mau diajak kerja sama"
Salina sedikit membelalakkan matanya ketika mendengar ucapan Nova. Tapi ia kembali meminta Nova untuk melanjutkan ucapannya.
"Karena bokap lo lumayan strict banget sama calon pasangan lo jadi gue saranin lo harus cari cowok dengan bibit, bebet dan bobot di bawah standar yang dibikin sama bokap lo. Lo tau maksud gue kan?"
Salina mengangguk. "Terus... Terus..."
"Begitu bokap lo tau kalo pacar lo itu ternyata nggak memenuhi standarnya dia, udah pasti bokap lo akan nyuruh lo buat putus kan?"
Salina hanya manggut-manggut.
"Nah disaat kaya gitu, lo harus mempertahankan cowok ini. Lo bilang ke bokap lo kalo lo gak bakal nikah kalo ngga sama ni cowok dan kalo lo tetap dipaksa putus, tinggal bilang aja kalo sampai kapan pun lo nggak bakalan menikah dan—"
Salina mendorong pelan lengan Nova sambil menatapnya tajam. "Gila lu yaa! Kalo gue beneran disuruh nikah sama cowok random ini gimana?"
Nova memutar bola matanya malas. "Dengerin dulu kenapa sih, gue ngomong belum selesai juga", sungut Nova lalu meminta Salina untuk kembali mendekat padanya.
"Kalo misalkan lu disuruh nikah, yaa lu tinggal nikah. Buat perjanjian hitam diatas putih sebelum lo nikah sama ni cowok. Begitu lo udah nikah sekitar enam bulan atau paling nggak setahun lah, lo minta cerai aja sama ni cowok. Setelah itu lo bilang ke orang tua lo kalo pernikahan bikin lo trauma dengan begitu orang tua lo nggak akan nyuruh-nyuruh lo nikah lagi"
Keduanya terdiam dan saling tatap.
"Tapi Nov..."
Salina terlihat ragu dengan rencana Nova.
"Kenapa? Lo segitunya banget masih ngarepin Dhimas?"
Salina sedikit memundurkan tubuhnya, menjauh dari Nova. Ia lantas menyandar pada sandaran kursi tempatnya duduk. "Ck! Gimana yaa Nov. Meskipun gue cuma dua tahun pacaran sama dia tapi jauh sebelum itu gue udah kenal dan deket sama dia. Bayangan Dhimas tu bener-bener menghantui gue sampai sekarang, Nov"
"Eh, denger yaa! Dia tu ngga cinta sama lo, Sal! Buktinya? Yaa kalo dia beneran cinta sama lo pastinya dia memperjuangkan lo. Coba lu pikir waktu bokap lo nyuruh kalian putus, dia malah ngelepasin lo gitu aja kan?"
Salina hanya diam mendengar semua ocehan Nova.
"Masa begitu disuruh putus langsung diiyain. Terus begitu udah putus, tiga bulan kemudian langsung nikah sama anaknya juragan kerupuk. Kalo lu waras harusnya lu bisa mikir yaa, Sal", sewot Nova sambil mendelik menatap Salina.
"Udah lupain si Dhimas, Dhimas itu. Ngapain mikirin suami orang segitunya. Kalo lo kelamaan begitu yang ada bibit-bibit pelakor bisa tumbuh di diri lo, mau lo?"
Salina menggeleng seraya cemberut, raut wajahnya juga berubah menjadi sedih.
"Jadi gimana? Lo terima ide dari gue nggak? Selain itu gue nggak punya ide lain"
Salina menatap Nova serius sambil mengelus-elus dagunya. "Nikah terus cerai?"
Nova mengangguk.
"Sumpah resikonya ngeri banget, Nov. Masa gue harus mempertaruhkan nama keluarga gue. Yang bener aja lah"
"Yaa makanya itu gue bilang lumayan beresiko nih ide gue"
Salina masih menatap Nova dengan tatapan ragu. "Gue beneran takut Nov. Lagian mau cari dimana cowok yang beneran mau diajak kerja sama begituan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pentas Cinta (On Going)
FanfictionPentas cinta adalah sebuah pertunjukkan yang menampilkan sebuah sandiwara cinta yang terpaksa dilakukan oleh seorang wanita demi membatalkan keinginan ayahnya yang terus memintanya untuk segera menikah. Akan tetapi semua rencana yang telah disusun s...