That Night Market

3 0 0
                                    

Polisi tidur menarikku kembali dari alam mimpi sehingga aku sontak membuka mata. Ketika aku mengedarkan pandangan, aku yakin sedang berada di kursi belakang mobil yang familiar. Oh, iya. Liburanku tahun ini.

Kuputar tuas kaca jendela mobil dan dengan sekejap aku disambut oleh kesejukan alam yang menerpa wajahku serta membuat rambutku menari riang.

"Hey, nanti kamu bisa masuk angin," ujar perempuan berambut hitam panjang di sebelahku itu setelah melihatku masih menjulurkan kepalaku ke luar jendela. Ya, dia adalah Areum, salah satu kawanku yang paling akrab. Tubuhnya yang sempurna kadang sedikit membuatku iri padanya karena ia juga sering mendapatkan hak istimewa menjadi cantik.

Aku tidak bilang diriku jelek, aku bahkan menganggap diriku cukup cantik. Namun, jika disebelahnya aku merasa seperti Cinderella yang belum pergi ke kastil sedangkan Areum adalah malaikat penjagaku; yang seksi.

Aku menepis pikiran itu dan menuruti perkataan Areum. Pemandangan indah terlukis di sepanjang kiri dan kanan jalan. Aku rindu keharmonisan dan kesederhanaan kota kecil seperti ini.

Saatnya tiba di penginapan, aku membawa beberapa barangku yang tidak terlalu banyak dari bagasi mobil. Mungkin pikirku sebelum pergi aku bisa mencuci bajuku tiap hari setelah mandi. Kugendong tas ransel dan menggenggam tas gym di tanganku. Aku menghela napas dan memasukki penginapan itu bersama Areum.

Setiba di kamar penginapan, aku langsung membersihkan kamar itu serta mengeluarkan baju-baju ke dalam lemari pakaian. Sedangkan skincare dan perlengkapan mandi aku letakkan di atas wastafel kamar mandi. Ruangan ini cukup besar untuk kami berdua jadi kami memutuskan untuk berbagi kamar.

"Areum-ah, aku ingin sekali berkenalan dengan orang lokal di sini namun sepertinya aneh jika aku langsung mendatangi mereka?"

"Apanya yang aneh, sih?" Areum kemudian melemparkan sebuah bantal kecil ke arahku dan sukses mendarat di wajahku.

"Memangnya tidak aneh jika ditanya-tanya oleh orang asing? Seperti wawancara saja." Aku mendengus.

"Kau ini semua terlalu dipikirkan." Areum menarik garis lurus pada bibirnya. "Baiklah kalau begitu, kita pakai dating apps saja," usul Areum.

"Hah, kau serius? Bukannya itu hanya untuk orang yang ingin berkencan?"

"Temenan juga gak masalah kok. Lihat di iklannya pun teman dan belahan jiwa. Kalau tidak dapat belahan jiwa, ya bisa dijadikan teman."

Aku mengangguk mengikuti logika Areum. Tak lama ia pun menyeletukkan kalimat, "kita pakai profile-mu aja, ya, Sooha-ya?"

Aku menyetujuinya asal dipilihkan foto terbaikku untuk CupidMatch ini. Tak lama, kita mendapatkan match terdekat.

Areum menatap layar ponsel dengan senyum penuh kemenangan. "Kita dapat match!" katanya, matanya berbinar-binar. Aku yang awalnya hanya setengah tertarik sekarang merasa sedikit bersemangat.

"Siapa?" tanyaku penasaran, mengintip ke layar ponselnya. Saat aku melihat foto profilnya, napasku terhenti sejenak. Itu dia, orang yang dulu pernah aku kagumi, seseorang dari masa lalu yang tak pernah aku bayangkan akan bertemu lagi, apalagi di tempat ini.

"Areum-ah, ini...," aku terdiam sejenak, mencoba mengendalikan perasaanku. "Ini pelangganku dulu. Aku pernah berjumpa dengannya di toko bunga."

Areum tersenyum licik. "Ini bisa jadi kesempatan kedua, kan? Yuk, kita ajak ketemuan di pasar malam nanti!"

Aku mengangguk, masih setengah tak percaya. Rasanya seperti mimpi yang menjadi nyata, tetapi sekaligus membingungkan. Bagaimana bisa seseorang yang sudah lama hilang dari hidupku tiba-tiba muncul kembali?

Saat senja mulai turun, aku dan Areum berangkat ke pasar malam. Suasana di sana penuh dengan lampu berwarna-warni yang berkelap-kelip, mengiringi suara riuh rendah orang-orang yang tertawa dan bercengkrama. Aroma makanan yang menggugah selera menguar dari setiap sudut, bercampur dengan bau manis permen kapas dan tteokbokki.

Di tengah keramaian, ia sudah menunggu kami di depan salah satu stand makanan. Dia tampak sedikit berbeda dari yang kuingat, lebih dewasa, namun senyumnya masih sama hangatnya.

"Sooha-ya?" melambaikan tangan, wajahnya berseri-seri saat melihat kami mendekat. "Ini aku, Sunghoon."

Aku merasakan kegugupan menyelinap, tapi Areum dengan cepat mengambil alih percakapan dengan memperkenalkan dirinya, membuat suasana jadi lebih santai. Kami pun mulai berkeliling pasar malam, menikmati setiap momen yang terasa begitu akrab dan menyenangkan.

Ketika sampai di mesin capit boneka, Areum dengan antusias mengajak kami mencoba. "Ayo, siapa yang bisa dapet boneka paling banyak?"

Sunghoon tertawa dan mengangkat alis, "Tantangan diterima!" Dia melangkah maju dan mulai bermain, tangannya lihai mengendalikan joystick.

Aku hanya bisa tersenyum melihat kegigihan mereka berdua, dan tanpa sadar ikut terbawa suasana. Setiap kali Sunghoon gagal mendapatkan boneka, ia mengepalkan tangannya dengan erat.

Setelah lelah bermain, kami duduk di salah satu meja makan yang ada di pasar malam, menikmati odeng yang dimasak sempurna dan dipadukan dengan segelas ocha yang menyegarkan. Aku merasa waktu seolah berhenti sejenak, semua kekhawatiran hilang, digantikan dengan kebahagiaan sederhana berada di antara teman-teman yang membuatku nyaman.

Ketika malam semakin larut, Areum dengan bijak memberiku ruang untuk berbicara lebih banyak dengan Sunghoon. Kami berbincang tentang masa lalu. Rasanya menyenangkan, akhirnya aku bisa merasakan lebih dekat bersamanya daripada hanya menjumpainya di lamunanku. Ada rasa hangat yang membekas, perasaan yang cukup untuk membuatku tersenyum malam itu.

Sebelum kami berpisah, Sunghoon menyerahkan boneka yang paling besar dan paling sulit didapat dari mesin capit. "Ini untukmu," katanya, senyumannya tulus. "Sebagai kenang-kenangan dari malam ini."

Aku menerimanya, merasa terharu. "Terima kasih, Sunghoon-ah. Malam ini sangat menyenangkan."

Dia mengangguk dan menatapku dengan pandangan yang penuh pengertian. "Kita harus melakukan ini lagi suatu hari nanti, Sooha-ya."

Saat berjalan pulang bersama Areum, aku merasa lega. Bukan karena harapan lama yang muncul kembali, tapi karena aku menyadari bahwa terkadang, pertemuan tak terduga bisa memberikan penutupan yang manis pada cerita yang tak pernah selesai.

.
.
.

Tiba-tiba mataku terbuka dengan sendirinya, melemparku kembali ke kamarku di Seoul. Aku mengerjapkan mataku dengan lambat, pandanganku buram dan kepalaku terasa berputar. Jadi ... tadi malam hanya bunga tidur?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Through Her Window; SUNGHOON ENHYPEN X SOOHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang