Lio menatap pantulan dirinya pada cermin, Tubuh tegap dengan setelan seragam sekolah, rambut yang disisir rapi. Tampan, menawan serta manis saat senyum terpampang diwajahnya. Tas yang tersimpan apik diatas kursi, dengan gantungan boneka Semanggi menggantung disana.
"Sekolah baru, teman baru!" Lio menyambar tas yang ada diatas kursi. Melangkah keluar kamar untuk menuju meja makan. Senyum lebar diwajah Lio meluntur saat melihat keadaan meja yang kosong.
"Pantesan Rivan kurus, kurang asupan keknya. Sekalinya makan ya pedes. Kak Yuan kok mau sama dia? Hah~ Rivan Rivan." ucap Lio saat melihat isi kulkas hanya ada air mineral, cola dan beberapa telur.
Lio mengobrak Abrik dapur Ravin, mencoba mencari apapun yang bisa dimakan selain telur. Akhirnya Lio menemukan setumpuk mie instan, Roti dan dua toples selai. "Akhirnya, ada yang bisa dimakan."
Tanpa berpikir panjang Lio mengambil sebungkus roti tawar dan selai, diletakkannya kedua bahan itu dia tas meja. Lio mulai mengambil satu helai roti membalutnya dengan selai coklat dan kacang. Terus mengulang kegiatan yang sama hingga terhitung Lio telah menghabiskan tiga helai Roti.
Selesai dengan kegiatan mengisi perut, Lio mengambil langkah untuk mengambil minum didalam kulkas. Lio menundukkan kepalanya, menulusuri setiap minuman yang ada, agaknya minuman mana yang lebih baik dia pilih, sekalian dia bawa untuk kesekolah.
"De?"
Duk
"Ihhh kak! Ngagetin aja. Kepentok nih kepala gue." ucap Lio dengan tangan yang mengelus kepalanya. Bibir Lio mencebik, menatap Rivan dengan alis yang menukik.
"Kakak juga kaget, lupa kalo ada penghuni baru. Sini kakak liat." dengan teliti Rivan melihat kepala lip, takut-takut timbul benjolan atau luka lain. Jika mood Rivan bagus dia akan berbicara menggunakan kata kakak, sebaliknya jika moodnya buruk panggilan gue-elo yang keluar.
"Ga ada yang benjol. Makasih sarapannya, dedek." ucap Rivan dengan gemas mengacak-acak rambut rapi Lio.
"Lio!" sambut Yuan saat melihat motor Rivan memasuki area parkir sekolah. Lio melambai pada Yuan, segera turun saat Rivan telah mematikan mesin motornya.
"Hati-hati! Lecet nanti gue yang kena omel bunda." misuh Rivan kerena tinggal brutal Lio yang terbilang sangat aktif.
"Ayo gue anter ke ruang kepsek." Yuan dengan semangat menggandeng tangan Lio menjauh dari parkiran, meninggalkan Rivan yang sedang memasang wajah kesal. Selalu seperti itu, jika ada Lio keberadaan Rivan seperti tak terlihat Dimata Yuan.
"Gue minta papa Tama beliin Lio motor aja kali ya ..." ucap Rivan entah pada siapa.
"Cariin dia pacar."
Rivan menoleh dengan wajah waspada, ternyata Sean. Sejak kapan Sean ada disampingnya, dan sejak kapan Sean mau ikut campur dalam obrolan orang lain apalagi soal pacar?
KAMU SEDANG MEMBACA
Rhythm of Love
Short Story[Nct Wish Lokal] Seperti Nada ... suara terpilih yang nyaman didengarkan, unsur pelengkap musik untuk menjadi sempurna. Kamu adalah orang terpilih yang membuat ku nyaman, pelengkap hidupku untuk menjadi sempurna- Sebastian Anggara