"Ana, hati-hati, jangan sampai ja-"
BRAKKKKK!!!
"ANAAAA!!"
"HIKSSS LUKA, KAKI ANA LUKA!!"
"Sabar, Ana, aku akan antar kamu pulang, agar luka kamu segera diobati. Okay?"
"Hiks, i-iyaa," anak itu membantu Ana untuk berdiri. Kemudian mereka berdua berjalan pulang menuju rumah Ana.
"Aku bilang juga apa, Ana, kamu harus lebih hati-hati, jangan lari-lari, agar kamu tidak jatuh dan terluka," nasihatnya.
"Ana minta maaf, ya?"
"Tidak apa-apa, Ana, tidak perlu minta maaf," mereka melanjutkan jalan menuju rumah Ana.
𖹭𖹭𖹭𖹭𖹭
"Na, kamu mau makan apa?" panggil seseorang. Suaranya samar.
"Nala?" suara itu terdengar, namun masih bersamaan dengan ingatan masa lalu.
"NAAAAA!!" jeritan itu mau tidak mau membuat Ana keluar dari cerita masa lalu dalam lamunannya.
"Eh, iya, ada apa?"
"Daritadi lho, Na, kamu dipanggil nggak denger-denger. Kamu kenapa sih?"
"Aku nggak apa-apa kok."
"Nggak usah bohong kamu, mikirin siapa lagi sekarang? Masih yang dulu itu?"
"Aku nggak lagi mikirin itu, Rani, lagi pengen ngelamun aja."
"Ngelamun itu bukan sebuah hobi yang bisa kamu lakuin, Na. Kalau kamu kesambet kan yang repot aku."
"Iya, iya, terima kasih ya, Ran, udah peduli sama aku."
"Na, kita sahabatan hampir 3 tahun, mana bisa sehari aku nggak peduli sama kamu? Emangnya kamu lagi mikirin apa sih? Si Ganesh lagi?"
"Nggak, bukan itu, aku kepikiran sama temen masa kecilku. Kira-kira sekarang dia di mana, ya? Apa masih inget sama aku?"
"Astaga, kamu mikirin itu ternyata? Begini, Na, kalau dia memang peduli dan sayang sama kamu, dia pasti selalu inget kamu di manapun dia berada. Trust me, Na."
"Tumben kamu waras, Ran?"
"Sembarangan aja! Emang biasanya aku gila, gitu?"
"Hehehe, bercanda kok, Ran. Tapi kalau yang kamu bilang itu bener, hatiku rasanya lega banget. Soalnya akhir-akhir ini, aku lagi kangen sama dia."
"Dia sebenernya siapa sih? Kok kalian sekarang nggak sama-sama?"
"Nama dia Alsaki Raka Sahasya. Pas kita masih SD, dia pindah ke kota lain karena ayahnya pindah tempat kerja. Sampai sekarang belum pernah ketemu sekalipun. Makannya aku kangen sama dia."
"Alsaki Raka Sahasya? Hmm, dia laki-laki?"
"EH, LOH, NA, GANESH MAU KAMU TARUH MANA? KATANYA KAMU SUKA SAMA DIA? UDAH NGGAK SUKA? SYUKURLAH YA TUHAN!"
"Ssssttt, Rani ngomongnya jangan keras-keras! Aku nggak suka sama Alsa, kok, kita kan temen dari kecil. Aku sukanya cuma sama Ganesh, selagi dia belum punya pacar, bakal terus aku kejar!"
"Ya Tuhan, kukira sahabatku ini sudah insaf, ternyata tambah sarap."
"Heh mulutnya! Apa salahnya sih, Rani, dia kan juga baik ke aku?"
"Aduh Nala, dia itu udah punya crush!"
"Info dari mana lagi, tuh? Kelas sebelah? Jangan langsung percaya gitu aja lah, Ran, nggak valdi itu."
"ANALA NALADHIPA, ITU VALID, NA, VALID! VALDI SIAPA?"
"Iya, Ran, santai loh, bercanda aja kok. Kan beritanya juga belum ada bukti? Dia juga belum post crush-nya, aku masih aman, dong?"
"Gini banget punya temen yang kalau udah bucin pikirannya gatau nyasar sampai ke mana!"
"Nyasar ke hatinya Ganesh sayangku, cintaku, negeriku, duniaku, semestaku."
"AAAAHHHHHH UDAHHHH!!! AKU MALES NGOMONG SAMA KAMU!!"
"Yaudah, aku ngomong sama Ganesh aja."
"TERSERAH!!!"
"HAHAHA! Kamu mau makan apa, Ran?" tawar Anala.
"Tumben nawarin makan dulu, biasanya juga langsung dibeliin?"
"Siapa tau orang yang marah-marah makanan kesukaannya bisa berubah?"
"Hehh! Aku marah-marah biar kamu sadar kalau Ganesh bukan orang yang tepat buat kamu perjuangin! By the way, ayam geprek Bu Idha aja satu, hehe."
"Dasar!"
𖹭𖹭𖹭𖹭𖹭
"Raniiii, ayam geprek datangggg! Oh, aku beli seblak tau!"
"Kebiasaan selalu makan pedes terus. Ini kamu yang traktir kan, Na? Hehehe," ucap Rani merayu Nala agar mentraktir ayam gepreknya.
"Nggak ya, jangan terlalu percaya diri. Suruh bayarin tuh sama pacarmu."
"Na, kan tau sendiri kalau aku nggak punya pacar."
"Bener nih nggak punya? Hilang, lho?"
"Ya jangan gitu dong, Na, aku sama Tama kan cuma temenan. We're just friend, Na."
"Besok kalau mau bohong, belajar lagi ya dik ya? Kemarin aja aku lihat kamu ngasih bekal ke dia, jangan kira aku nggak tau, ya?"
"Nala, jangan gitu," balas Rani dengan air muka cemberut bercampur sedih.
"Yaudah, ini dimakan dulu ayam gepreknya, keburu hidup lagi ayamnya, hahaha!" jawab Nala dengan sedikit candaan karena melihat raut muka sahabatnya menjadi sedih.
"Habis makan cerita ke aku, ya, soal Tama?" ucap Nala.
"Iya, Na," Rani mulai mengambil sesuap demi sesuap nasi dengan lauk kesukaannya, ayam geprek Bu Idha.
𖹭𖹭𖹭𖹭𖹭
Selesainya menghabiskan ayam geprek, Rani membuka topik pembicaraan.
"Na, kenapa cinta nggak mau berpihak di aku?"
"Lebih tepatnya belum berpihak, kan? Nggak semua hal yang kita lakuin itu akan selalu sama dengan ekspektasi kita, Ran. Kalau kisah cintamu belum jalan sesuai harapan, mungkin aja memang orangnya belum tepat."
"Tapi, kenapa harus orang lain yang menjadi penghuni hatinya?"
"Ran? Tama, Tama punya pacar?"
"Sebenernya aku,"
To be continued...
𓇢𓆸
Pemilik akun whoopschn mengucapkan banyak terima kasih untuk chensbae yang telah meluangkan waktu untuk membaca prolog ini.
Semoga pemilik akun ini bisa konsisten dalam menulis bab-bab selanjutnya. Selalu dukung whoopschn dengan vote dan comment, ya!
Warm regards,
Whoopschn🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
A Shoulder to Lean On [SEGERA TERBIT]
Teen FictionHidup ini memang berat, apalagi ketika memasuki fase jatuh cinta. Untungnya, Anala Naladhipa mempunyai seseorang yang siap menjadi sandaran baginya jika dia sedang tidak baik-baik saja. Namun, seperti yang orang lain katakan, tidak ada kata perteman...