Life after confession was completely changed, and so was mine.
Kehidupan yang terlihat tenang dan baik-baik saja sedang kuusahakan. Sialnya air mata tidak bisa untuk diajak kompromi.
"Benar dengan Kak Anala?" suara Mas Ojol membuyarkan lamunanku.
"Kok muka Mas Ojol yang di foto sama di kenyataan beda banget? Apa udah operasi plastik? Memang nggak boleh suudzon, tapi sungguhan beda. Yang di foto kelihatan udah punya istri, tapi yang di hadapanku sekarang ini tampang anak sekolah," batinku tapi aku berusaha acuh tak acuh.
"Iya, Mas," jawabku dengan menerima helm dan langsung memakainya untuk melindungi kepalaku dari benturan. Hatiku saja sudah terbentur realitas kehidupan, jangan sampai kepalaku juga terbentur oleh aspal di jalanan.
Sungguh perasaan hati ini mudah sekali berubah. Aku yang biasanya tertawa lepas, tiba-tiba menangis bahkan di tengah jalan dan berada diposisi sedang dibonceng Mas Ojol. Apalagi random-nya Mas Ojol, tiba-tiba bernyanyi lagu "Satu Bulan" milik Bernadya.
"Mas Ojol update banget, ya?" batinku dengan air mata yang mengalir layaknya air terjun.
"Kak, kalau lagi sedih, boleh banget cerita ke saya. Saya nggak keberatan dengerinnya. Biasanya ada penumpang yang kayak Kak Anala juga, dia habis putus sama pacarnya, terus cerita ke saya. Siapa tau Kakak mau melegakan hatinya, dijamin aman," kata Mas Ojol yang sesekali melihat ke arah spion motor.
"Suara tangisnya kenceng banget ya, Mas? Sampai Mas tau kalau saya lagi nangis."
"Nggak kok, Kak, saya lihat di spion matanya Kak Anala kelihatan sembap."
"Mas pernah patah hati?"
"Jangan salah, Kak, saya bahkan udah sahabatan sama yang namanya patah hati. Tapi Kak, 'life goes on' kata penumpang saya saat itu. Mungkin Kakak hari ini memang dikasih cobaan buat patah hati, biar Kakak tau kalau nggak selamanya percintaan yang manis itu berakhir dengan manis juga. Manisnya percintaan biasanya hanya pencitraan kalau pihak satunya cuma penasaran, Kak."
"Tapi dia baik-baik saja setau saya, Mas, kita juga selalu komunikasi setiap hari."
"Banyaknya persentase komunikasi dan kedekatan Kakak bukanlah sebuah acuan kalau hubungan tersebut akan berjalan sangat manis untuk kedepannya. Saya sebagai laki-laki, pun juga pernah merasakan hal yang sama, Kak."
"Mas, laki-laki kalau mempunyai perasaan kepada perempuan apa mereka selalu menyatakannya? Apa seluruh makhluk hidup di muka bumi ini harus tau kalau dia punya pasangan?"
"Hahaha, tidak berlebihan juga, Kak. Laki-laki bisa sangat pintar dalam merahasiakan perasaannya. Mungkin mereka terlihat sedang dekat dengan seseorang, tapi belum tentu mereka menyukai orang itu. Nggak usah jauh-jauh buat contoh kak, di depan Kakak ini sudah tersedia contohnya, hehehe," Mas Ojol tertawa kecil menjawabnya.
"Loh, Mas pernah memendam perasaan yang lama banget buat seseorang? Wah, sayang banget, kenapa nggak confess aja, Mas? Siapa tau gebetannya Mas juga suka balik?"
"Udah lama banget saya nggak ketemu sama dia, Kak, hampir 10 tahun sejak saya pindah daerah."
"Saya jadi inget sama temen kecil saya, Mas. Hampir 10 tahun juga pisah sama dia karena Ayah dia pindah kerja ke kota lain. Anyways, kalau ada kesempatan ketemu sama dia, saran saya mas buat pengakuan. Sayang banget Mas, udah lama memendam rasa, tidak adil kalau balasannya putus cinta."
"Dunia tidak selalu adil, Kak. Untuk cerita saya, saya rasa dunia sedang menasihati untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan. Untuk Kakak juga demikian, tidak ada salahnya menyatakan perasaan."
"Baru terjadi, Mas, ternyata dia udah punya pacar."
"Saya apresiasi keberanian Kakak untuk mengungkapkan perasaan. Karena tidak semua orang berani untuk melakukannya. Selamat Kak atas keberaniannya dalam hal kejujuran. Saya turut sedih kalau dia sudah punya pacar. Kakak boleh saja sedih, tapi jangan berlarut-larut. Tidak ada gunanya juga menangis untuk laki-laki yang belum tentu memikirkan Kakak saat ini. Hidup harus terus berjalan layaknya sungai mengalir, Kak. Meskipun selalu ada batu sebagai halangan, air akan tetap menerjang halangan itu untuk bisa sampai ke hilir. Juga dengan kehidupan, meskipun banyak tantangan dan rintangan, kita juga harus menerjang hal tersebut untuk bisa mencapai apa yang kita inginkan."
"Mas layak dinobatkan jadi pejuang cinta. Sampai nasihatnya pun bukan main-main luar biasanya. Maaf ya, Mas, air mata saya sulit buat berhenti."
"Nggak perlu minta maaf, Kak. Ada masanya juga kita menangis. Tapi seperti yang saya bilang tadi, jangan berlarut-larut. Kalau boleh kasih saran, Kakak lakuin aktivitas yang bisa buat Kakak ngelupain dia. Biasanya orang-orang yang patah hati akan buat hobi baru yang bikin mereka sibuk dengan hobi barunya. Dampak positifnya mereka bisa segera melupakan hal yang mengganggu kehidupan."
"Kalau Mas sendiri, hobi baru apa yang Mas jalani buat menghilangkan pikiran tentang dia?"
"Saya nggak ngelakuin apa-apa, Kak," balas Mas Ojol yang membuat aku tercengang bengang.
"Mas aneh, nasihatin saya ngelakuin hobi baru, tapi Masnya nggak ngelakuin apa pun. Sebel saya!"
"Konteks di sini kan buat orang-orang yang lagi patah hati, Kak. Saya kan nggak lagi patah hati, tapi nunggu seseorang."
"Iya juga, sih, saya harus ngapain ya, Mas? Nggak tau lagi, pikirannya kalau lagi patah hati maunya cuma tidur kalau nggak ya nonton Barbie."
"Ternyata sama," suara Mas Ojol berubah lirih, tapi aku mendengar Mas Ojol mengatakan sesuatu.
"Apa Mas? Suaranya kecil banget."
"Nggak apa-apa kok, Kak, aman."
"Ohhh," jawabku dengan kondisi masih bertanya-tanya.
"Bisa Kak kalau maunya tidur atau nonton Barbie. Tapi nggak selamanya Kakak bakal nonton Barbie terus, kan juga punya tugas sekolah, Kak?"
"Iya sih, Mas. Duh, saya jadi bingung harus ngapain."
"Gampang Kak, tiap pulang sekolah, saya ajak keliling kota, gimana?"
"Kita baru kenal, Mas. Saya pun nggak tau nama Mas siapa, tinggal di mana, dan lainnya. Apalagi nggak mungkin juga kalau saya order ojol dapetnya selalu Mas, kan?"
"Nah, itu yang Kakak nggak tau."
"Maksud Mas? Nggak tau apa?"
"Udah sampai tujuan nih, Kak. Semoga Kakak selalu bahagia, ya? Karena bahagia Kakak bahagianya saya juga," Mas Ojol tersenyum.
"Mas siapa? Mas kenal sama saya sebelumnya? Saya tau Mas?"
"Eh, Ana udah pulang, ya?" sapa Bunda yang tiba-tiba keluar dari rumah.
"Biasanya Bunda kalau Na pulang lagi masak. Ada apa, Bun, tumben?"
"Terima kasih, ya, udah nganterin Ana pulang dengan selamat. Semoga selanjutnya dia nggak patah hati lagi," Bunda terkekeh.
"Sama-sama, Bun, aku juga seneng bisa ngajak Ana muter-muter kota."
"Bun, sebenernya dia siapa?"
"Hehehe, kamu lupa ya, Na? Aku-"
To be continued...
𓇢𓆸
Pemilik akun whoopschn mengucapkan banyak terima kasih untuk chensbae yang telah meluangkan waktu untuk membaca bagian ketujuh ini.
Semoga pemilik akun ini bisa konsisten dalam menulis bab-bab selanjutnya. Selalu dukung whoopschn dengan vote dan comment, ya!
Warm regards,
Whoopschn🌷
![](https://img.wattpad.com/cover/375546169-288-k213241.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Shoulder to Lean On [TERBIT]
Teen FictionHidup ini memang berat, apalagi ketika memasuki fase jatuh cinta. Untungnya, Anala Naladhipa mempunyai seseorang yang siap menjadi sandaran baginya jika dia sedang tidak baik-baik saja. Namun, seperti yang orang lain katakan, tidak ada kata perteman...