8. Sosok lain dari seorang kakak

505 84 10
                                    

Di jam sebelas malam, Angga mengetuk pintu kamar Juna.

Tok tok tok!

"De? Juna? Udah tidur belum?"

Jika bukan karena Jova yang memintanya untuk melihat keadaan Juna, mungkin Angga tidak akan berada di sini. Dan di dalam sana, Juna mendengar seseorang mengetuk pintu kamarnya dan tidak lama pintu itu terbuka dan Angga memasuki kamar Juna.

"Udah tidur belum?"

Juna kaget bukan main, mengapa ada Angga di rumahnya? Di kamarnya?

"Ngapain ke sini A?" tanya Juna.

Mahardika Hangga, sosok sahabat abangnya. Yang katanya sudah sangat lama sekali mereka berteman, bersahabat bahkan sekarang telah menjadi rekan kerja. Hangga adalah orang kepercayaan Jova dalam segala hal.

Termasuk Juna. Jika Jova tidak bisa memastikan Juna baik-baik saja maka Jova akan meminta bantuan Angga untuk melihat keberadaan Juna.

"A Angga ngapain ke sini?" tanya Juna sekali lagi. Ia sudah sangat capek dan mengantuk, dan mendapati sosok menyebalkan seperti Angga akan membuat energinya semakin terkuras.

"Widih anak ABG udah punya pacar aja, sini atuh kenalin ke Aa tuh ceweknya," ucap Angga saat melihat figura kecil yang ada di nakas Juna, foto yang menampilkan foto Juna dan Ezlyn.

"Eh bentar-bentar ini bukannya pacarnya si Wafda, ya?" tanya Angga.

Mengapa Angga bisa tahu? Ya, karena ia satu komplek dengan Wafda dan rumahnya lumayan dekat sudah sering juga bertemu dengan Wafda pada saat bersamaan dengan Ezlyn.

"Sekarang pacar gua," balas Juna dengan jutek.

"A jawab, ngapain ke sini? Ganggu istirahat tau ga," dumel Juna setelahnya.

Angga tidak sengaja melihat lengan Juna yang merah, untuk itu Angga menyernyitkan dahinya dan memegang lengan Juna yang memerah itu, dan perlu di ketahui bahwa kulit Juna itu sensitif oleh karena itu lah cekraman Sarfa bisa langsung memerah.

"Ini kenapa?" Dengan cepat Juna menarik lengannya dan menyembunyikan lengannya di balik selimut.

"De kenapa?" Juna menggelengkan kepalanya.

"Itu bisa merah gitu kenapa?"

"Di bilang gak kenapa-kenapa. Udah ah A, jangan recokin gua," gerutu Juna.

Tangan Angga terjulur memegang dahi Juna yang berkeringat, sebenarnya Angga heran mengapa Juna bisa berkeringat padahal udara malam ini sangatlah dingin. Angga sedikit meringis merasa bahwa dahi Juna terasa panas, adik sahabatnya ini pasti demam.

"Demam sejak kapan?" tanya Angga sibuk mencari termometer dilaci samping tempat tidur Juna.

Juna menggelengkan kepalanya.

Ia tidak tahu.

Sejak tadi Juna hanya fokus dengan sakit di area bahunya yang menjalar ke setiap titik tubuhnya, mungkin itulah kenapa tubuhnya menjadi demam sekarang.

"39,2°, tinggi loh ini. Minum obat ya?" Juna menggelengkan kepalanya, ia malas menelan apapun karena yang Juna inginkan hanyalah tidur.

"Jova minta Aa kesini buat lihat keadaan lo, kalau Aa bilang lo sakit gini Jova pasti khawatir. Gak mau kan Jova tahu kalau lo lagi demam gini? Bisa-bisa Jova langsung kabur dari rumah sakit," gerutu Angga menyelimuti Juna sebatas dada.

"Gak papa, A."

Di balik pintu yang masih terbuka sedikit ada Sarfa yang melihat dan mendengar obrolan kecil Juna dan Angga dengan Pandangan yang siapapun tidak bisa mengartikan arti pandangan tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stronger | Jun SvtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang