Gata menyeruput kopi panasnya yang baru saja disajikan. Semilir angin mengingatkannya akan keindahan masa muda yang sangat ia rindukan. Rasanya tidak ingin beranjak, namun bukannya selama nafas masih berhembus, hidup tetap harus berjalan?
Kini ia sedang tidak ingin banyak berpikir. Menikmati hidup setelah banyak gejolak yang menimpanya akhir-akhir ini membuat tubuhnya menolak segala macam aktivitas berat.
"Kak!"
Sapaan dari suara yang tidak asing. Ia alihkan tatapan pada si sumber suara. Sumber dari banyaknya kejadian aneh yang dialaminya belakangan waktu ini. Namun tidak bisa dipungkiri juga, ada perasaan senang semenjak perempuan muda itu masuk ke dalam hidupnya.
Narata Putri.
Tidak lama datang pula Javan dengan senyum yang tak kalah lebar. Gata melihat sahabatnya itu dengan damai. Untungnya perjalanan Javan menuju pelaminan tetap dapat terlaksana meski ujian berat pada detik-detik terakhir. Gata sudah tidak mengharapkan apa-apa lagi dari sahabatnya yang satu itu, selain dapat hidup bahagia bersama keluarga barunya.
"Onta belum datang?" Javan mulai meminum kopi pesanannya juga.
"Belum ada kabar," Gata menerawang. "Memang kita janjian di sini mau ngapain, ya?"
Tiba-tiba orang yang ditanyakan barusan muncul dari kejauhan. Gata hampir tersedak asap rokok ketika melihat Turki datang bersama Zee dan Gresha. Mereka bertiga terlihat bahagia. Turki bahkan sesekali melakukan gerakan jalan miring layaknya seekor kepiting.
"Pada dari mana?" Gata penasaran.
Javan terlihat kaget dan langsung menyambar pertanyaan Gata. "Lah, lu gimana sih, kan kita ke sini emang mau bantuin mereka."
"?"
"Ini kan mereka mau nikah! Lu kan udah pengalaman jadi WO gua. Sekarang bantu mereka laaah," lanjut Javan menunjuk Turki, Zee dan Gresha.
"Langsung dua?!" Gata berbisik.
Turki menghampirinya kemudian berucap...
"Lu mau jadi yang ketiga, Ta?"
*
*
*
"Hah!"
Uhuk!
Haish...
Uhuk Uhuk!
Gata merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Bahkan batuk saja terasa menggetarkan jiwa dengan hebat. Dirinya seperti baru saja keluar dari dimensi lain. Yang dikenal secara umum sebagai mimpi. Lebih tepatnya, mimpi buruk yang aneh!
'Serem banget anjir!' Ia membatin.
Tak lama, Gata coba menguasai keadaan. Tampaknya ia sedang berada dalam sesuatu yang bergerak. Matanya masih belum terbuka sempurna. Tubuhnya terasa berat bahkan untuk sekedar menoleh.
'Mobil?'
Hidungnya mulai memainkan peran. Aroma yang tidak asing, seperti sedang pergi berobat.
'Mobil Ambulans?'
Silau. Dan benar saja, samar terdengar suara sirine bersahut-sahutan. Perlahan ia mulai paham posisinya. Kini ia sedang terbaring, yang ditebaknya dalam perjalanan menuju ke rumah sakit. Dikondisikannya kesadaran penuh pada raga yang nyaris mati rasa. Jarinya merasakan tangan seseorang. Tangan yang terasa dingin dan kaku pada genggamannya. Dipaksakannya untuk menggerakkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move It
Научная фантастикаGata adalah pria bujang tiga puluh tahun yang hanya ingin menikmati hidup usai redupnya karir dan percintaan. Namun pertemuan dengan Nara, si perempuan muda yang mengaku bisa sulap, membuatnya kembali harus menjalani gejolak kehidupan yang berbeda. ...