bab 1

93 6 4
                                    

Plak...

Plak....

Bugh..

Suara tamparan itu menggema diruangan besar nan mewah itu.
Tamparan itu berasal dari pak jevin pratama kepada putrinya keyna putri pratama.

Wajah pak jevin merah penuh amarah saat ini, panas ditangannya membuktikan bahwa tamparan itu bukan tamparan main-main, tamparan bolak balik dipipi kanan dan kiri, bahkan tubuh keyna terhempas dan kepalanya terkena sudut meja, mengakibatkan kepalanya berdarah.

Aku merasakan sakit dan perih diwajahku, ditambah sakit di kepalaku membuat sakit itu semakin sempurna, hal ini sudah biasa bagiku, bahkan tanganku tak terulur untuk menyeka darah di pelipis ku, bahkan di bibir ku.

"Dasar anak tidak tau diuntung kamu...!! Siapa yang mengajarkan kamu mencuri ha...?" Bentak pak jevin menggema, kakinya menghampiri ku yang masih duduk diam di lantai, tangannya terulur menarik paksa rambut ku. "Katakan siapa yang mengajari kamu ha?" Teriaknya. Ia menjambak rambut keyna keras.

Aku hanya memejamkan mata, merasakan pedih di ubun-ubunku, kepalaku Sangat sakit, dapat ia pastikan bahwa rambutku akan gugur. "Dasar anak tidak tau diuntung kamu.

Plak...

Tamparan itu terdengar lagi.

Ada satu sosok wanita paruh baya yang memeluk putrinya erat disana, sudut bibirnya terangkat menyunggingkan senyum licik, dia adalah ibu tiri dan adik tiriku.

" Kalo key jelasin sama Papa juga nggak bakal di dengarkan?" Ucaoku dingin.
Tapi jujur saja, hatiku sakit, bahkan sakit, tamparan dan jambakan rambutku tak sebanding dengan rasa sakit di hatiku saat ini.

"Dasar anak pembangkang, mau dihukum kamu, sini saya hukum kamu..." Teriak pak jevin mendengarkan bantahan keyna.
Ia menarik paksa keyna memasuki gudang, keyna hanya diam tak membantah malas untuk membantah ataupun menjawab.

Ctar...

Ctar...

Suara cambukan itu menggema, pedih, sakit, semuanya menjadi satu, punggungku rasanya remuk, aku mengigit Bibir bawah ku kuat, ingat rasanya aku melawan, tapi aku masih sangat ingat pesan Mamaku.

"Sejahat apapun papa kamu, jangan bantah ataupun Jawab perkataannya, semua yang ia lakukan itu untuk kebaikan kamu, ia tak akan melakukan hal yang jahat untuk kamu, dia Papa yang sangat menyayangi kamu, berjanjilah untuk selalu menyayangi dan tidak membantah ayahmu." Pesan ibunya.

Ketika aku ingin melawan, entah mengapa kalimat itu selalu melintas dipikiranku, aku tak mau mengingkari janji ku kepada Ibuku. Aku sangat mencintai ibuku.

"Ini hukumannya karena kamu sudah mencuri dan durhaka kepada papa." Bentak pak jevin lagi.

Aku hanya diam dan merasakan cambukan itu mengukir indah dipunggung ku, baju luar ku sudah compang camping, darah segar mulai keluar deras, bahkan sela-sela bajuku terasa lengket dengan daging punggung ku.
Tak ada teriakan, tak ada tangisan, yang ada hanya suara cambukan yang menggema.

Plass...

Papaku melempar cambuk itu ke lantai, seakan buta akan punggungku yang terluka, ia melangkah pergi meninggalkan ku yang lunglai dilantai, tulangku sudah gemetar, Bibir bawah ku bahkan sudah terluka karena ku gigit begitu erat untuk tidak berteriak, darah di hidung ku sudah keluar sedari tadi, dadaku sesak kepalaku sakit ditambah seluruh tubuhku terasa remuk karena hukuman dari papa ku.










Aku terkekeh geli dan miris, papaku berhenti ditempatnya ketika mendengar ku terkekeh.

"Hehe..." Air mataku jatuh tanpa izin.
"Key minta sama papa buat nggak nyesel ngelakuin semua ini kepada key, key udah capek banget didunia ini pa, andai aja mama nggak nyuruh key nggak jagain papa, pasti key udah lebih milih bunuh diri pa..." Ucap keyna getir.

Transmigrasi Cewek TomboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang