Kisah Kasih di Sekolah

3 0 0
                                    

Setelah 15 tahun melajang, tidak pernah punya kekasih, tidak pernah merasakan namanya cinta monyet yang dirasakan ABG pada umumnya.

Kini Tamara memasuki masa SMA nya. Masa yang digadang-gadang akan menjadi masa paling indah dan kasmaran.

Tamara kira ia akhirnya akan mampu merasakan cinta dan kehidupannya pun berubah menjadi lebih indah.

~~~
Besok sekolah nih, katanya SMA bakal jadi pengalaman yang berkesan, aku bakal berusaha merubah sikapku jadi lebih baik lagi dan berusaha bersenang-senang. Semoga kali ini ada yang mau nembak aku. Masa udah remaja gini aku gak pernah ditembak sama sekali sih, payah banget.
~~~

Begitulah isi catatan Tamara pada malam sebelum ia masuk sekolah.

Keesokan harinya..

"Eh kelas IPA dimana ya?" tanya Tamara kepada siswi lain, sebab ia tidak tau dimana letak kelasnya.

"Aduh maap aku juga gatau, aku jurusan IPS lagi cari kelas juga."

"Oh yaudah kita bareng aja yuk cari ke depan," ajak Tamara.

Akhirnya mereka mendatangi seorang pria yang sedang sibuk mengatur kedatangan siswa dan siswi baru.

"Pak kelas IPA dimana ya?" tanya Tamara kepada pria itu.

"Oh disana Dek, kalau ini lorong IPS" jawab pria itu.

"Yah beda lorong kita, makasih ya udah nemenin," ucap Tamara.

"Iya makasih juga, dadah."

Kemudian, di kelas..

"Aduh aku lupa lagi nanya namanya, mana udah lupa mukanya," batin Tamara.

Tamara memang pelupa, ia sulit menghapal nama dan muka seseorang, terutama apabila ia merasa orang itu tidak penting, maka ia akan melupakannya cepat atau lambat. Tamara bahkan sudah lupa sebagian nama teman SD nya.

Di tengah guru yang sedang membuka hari pertama sekolah dengan cerita ringan tentang hidupnya dan sekolah ini, Tamara gagal fokus oleh seseorang yang menurutnya sangat sesuai dengan tipe yang ia idamkan. Mata yang indah, hidung mancung, kulit putih dan tubuh yang tinggi kurus, bak pemain drakor.

Sepanjang kelas berjalan ia mencuri-curi pandang, memandangi laki-laki itu. Sesekali pikirannya melambung hingga membayangkan suatu saat kisah cintanya akan dimulai bersama dengan dia yang ia pandangi.

"Kayanya ibu mulai cape ya anak-anak dari tadi cerita, gimana kalau sekarang kalian yang memperkenalkan diri kalian satu-satu mulai dari nama, asal sekolah dan tempat tinggal."

Para siswa dan siswi pun mulai berkenalan secara bergiliran. Tamara tidak peduli untuk mengingat semua nama teman sekelasnya saat itu kecuali nama teman sebangkunya yaitu Nayla dan nama laki-laki itu.

"Halo teman-teman, perkenalkan nama saya Rama.."

1 semester pun berlalu..

Guru sering memberikan tugas kelompok, Tamara susah mengingat muka dan nama orang baru tapi ia pintar mengingat pelajaran. Rama sering berkelompok dengannya karena tau Tamara pintar.

Setiap kali mengerjakan tugas kelompok cinta Tamara semakin tumbuh. Meskipun ia masih awam soal cinta, tapi ia tidak buta. Ketika bersama Rama ia selalu salah tingkah dan merasa sulit mengendalikan dirinya untuk tetap tenang.

Rama juga menjadi penyemangat dirinya untuk bersekolah. Melihat wajah tampan Rama membangkitkan semangatnya untuk belajar.

Pada suatu hari kelas masih sepi, Tamara berangkat terlalu awal. Tamara sering berangkat terlalu pagi, yang ia lakukan adalah memandang matahari yang perlahan bersinar dari teras kelasnya yang memang berada di lantai dua.

Tanpa ia sadari seseorang telah memasuki kelas, tapi ia hanya melihat seseorang masuk, ia tidak tau pasti itu siapa. Tamara pun lanjut memandang langit.

"WOY!" ucap seseorang sambil menepuk pundak Tamara.

"Rama!!! Kaget tau.."

"Ya maaf Mar, abis kamu kaya ngelamun gitu sih"

"Gapapa, Rama kok tumben berangkat pagi?"

Tiba-tiba mereka tidak berdua lagi, ada seseorang yang telah masuk ke kelas juga.

"Yang tadi masuk kelas Dhania kan?" tanya Rama.

"Gatau, gak merhatiin."

"Dhania cantik ga sih?" tanya Rama lagi.

"Kenapa emangnya?"

"Menurut aku sih dia cantik," ucap Rama sambil tersenyum.

"Terus kalau udah tau cantik menurut Rama, ngapain nanya aku?"

"Ya gapapa suka aja ngomongin dia," ucap Rama.

"Rama suka sama cewe cantik?"

"Iya dong," ucap Rama yakin.

"Aku juga cantik."

"Masa?"

"Apalagi waktu pas kecil, aku putih banget, cantik pokoknya," jelas Tamara.

"Kan itu dulu, sekarang memangnya masih cantik?" ucap Rama dengan nada bercanda dan tertawa.

Tamara tersentak saat itu, ia tidak menyangka orang yang ia sukai bisa berkata demikian, seakan-akan menyiratkan bahwa Tamara jelek.

Satu semester berlalu lagi, kini Tamara naik ke kelas 11, tetapi tidak sekelas lagi dengan kekasih impiannya itu.

Ironisnya baru beberapa bulan menginjak kelas 11, kekasih impiannya itu telah menjadi kekasih orang lain. Kalian pun pasti tau siapa.

Kini Tamara mulai meragukan bahwa kisah kasih di masa SMA itu nyata. Hati Tamara beku oleh kenyataan. Yang ia bisa hadapi sekarang hanya fokus terhadap tugas dan pelajaran di sekolah, ia sama sekali tidak tertarik tentang percintaan.

Takut Jatuh Cinta oleh RozTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang