Hidup Tamara saat itu terasa damai, hanya dikelilingi oleh teman-teman terdekat dan tugas sekolah.
Tapi itu tidak bertahan lama..
Teman sekelas yang tidak pernah Tamara hiraukan tiba-tiba menatap Tamara dengan tatapan yang dalam.
Tamara bingung dan merasa waspada, ia bahkan bertanya kepada teman terdekatnya yaitu Nayla apakah ada yang aneh pada dirinya, hingga laki-laki itu tiba-tiba menatapnya begitu tajam.
Seiring berjalannya waktu laki-laki itu semakin aneh. Ia terus berusaha membuat interaksi dan mengajak Tamara berbicara. Meskipun Tamara mengacuhkannya.
Akhirnya Tamara mengerti maksud laki-laki itu bersikap demikian terhadapnya.
Merasakan kerja keras dari laki-laki itu untuk dekat dengan Tamara. Tamara merasa iba untuk membuka hatinya, lagipula tidak ada salahnya membuka hati untuk seseorang yang mencintai duluan, ia berpikir bahwa lelaki itu akan sangat bersyukur dan menghargainya. Sebab Tamara tau betul bagaimana rasanya mencintai sendiri.
Tamara mulai bersikap lebih baik kepada laki-laki itu, meskipun hatinya masih beku dan kurang percaya lagi terhadap cinta. Jadi sering kali ia terlihat kikuk dan tidak tau harus bersikap apa. Untuk beberapa saat mereka memiliki interaksi-interaksi lucu.
Hingga suatu hari..
Tamara merasakan ada yang berbeda dengan laki-laki teman sekelasnya itu. Tamara merasa laki-laki itu mulai menarik diri.
Bahkan ketika kelompoknya berdiskusi mengenai proyek tugas sekolah, laki-laki itu bicara omong kosong yang membuat hati Tamara tidak enak.
"Ini maaf ya aku nyela, kayanya aku mau pindah kelompok aja, soalnya disini ada perempuan yang kayanya gak suka sama aku terus jadi gak profesional kerjanya," ucap lelaki teman sekelas Tamara itu.
Laki-laki itu tidak menyebutkan nama siapa, tetapi Tamara selalu peka terhadap situasi, ia mulai merenungi diri, apakah benar perempuan itu adalah dirinya, lalu apakah salahnya hingga laki-laki itu berkata demikian, bukankah mereka sedang proses pendekatan diri.
Kini tidak ada interaksi lucu lagi, laki-laki itu semakin bersikap semena-mena terhadap Tamara, seolah-olah Tamara tidak pernah ada di hatinya.
Di kamar Tamara pada tengah malam..
"Aku kayanya udah buat dia salah paham deh karena sering diam. Aku sebenernya gamau kaya gitu, tapi karena sakit hati aku tidak terlalu nyaman berada di sekitar laki-laki. Aku harus klarifikasi gitu? Tapi dia tidak pernah menyebutkan nama dan hanya sindir-menyindir. Sebenernya Tamara seneng banget ada orang yang mau menyukai Tamara, hati Tamara hangat lagi karena dia. Tapi kenapa ya sekarang disakitin lagi, ini semua salah Tamara ya?" batin Tamara.
Sekarang ketika melihat laki-laki itu Tamara hanya merasakan takut dan sakit. Sehingga ia tidak pernah berani untuk mengajaknya bicara duluan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takut Jatuh Cinta oleh Roz
Romansa~ Jangan mencoba membuka hati seseorang yang sedang damai, kasihan dia ~