Chapter 21. Unexpected

5 2 0
                                    

Reaksi Jose saat di interogasi seperti orang yang kecanduan obat-obatan terlarang. Saat ini, Jose ditetapkan sebagai saksi utama dalam kasus kematian Saul Levesque.

Karena ia orang pertama yang berada di lokasi kejadian, sekaligus yang melaporkan kasus tersebut pada pihak kepolisian. Selain itu, ia juga tertangkap kamera oleh Charles, usai bertransaksi obat-obatan terlarang.

Akhir-akhir ini, banyak sekali siswa sekolah berperilaku aneh yang berkeliaran di sekitar stasiun Wilayah Timur. Tidak sedikit yang tertangkap basah oleh petugas patroli karena sedang asyik menghirup obat-obatan terlarang tersebut di sebuah toilet umum.

Hal ini membuat pihak kepolisian semakin dibuat pusing oleh kejadian ini. Sehingga akhirnya polisi mencoba untuk menyelidiki siapa pengedar obat-obatan terlarang tersebut.

Di lain sisi, Charles, Bennington dan Marcus masih berada di kafe.

"Charles, dimana kau mengambil gambar ini?" tanya Bennington.

"Luxian Bar" singkat Charles.

Luxian Bar adalah sebuah tempat hiburan malam terkenal yang berlokasi di tepi pantai membuat tempat itu menyuguhkan panorama yang memanjakan mata para pengunjung.

Tempat yang memiliki 15 lantai itu terletak di perbatasan Wilayah Timur dan Selatan, seringkali Luxian Bar mengadakan acara pesta mingguan yang dihadiri oleh sejumlah orang-orang kaya.

Tak hanya itu, tempat itu juga menyediakan fasilitas yang sangat mewah. Mulai dari tempat Billiard, Casino, bahkan restoran bintang 5 bisa ditemui di sana. Lebih mengejutkannya lagi, tempat itu di kelola oleh Capitol Family.

Bennington yang mengetahui tempat tersebut lantas bertanya pada Charles,

"Apa? Luxian Bar? Apa yang kau lakukan di sana?"

"Hanya menikmati senja" jawab Charles sambil tersenyum.

Melihat senyuman Charles yang sedikit menyimpan sesuatu, Bennington sedikit curiga . Namun, ia lebih mengutamakan kasus Saul Levesque.

Beberapa saat berselang, akhirnya mereka berpamitan. Tak lupa, Bennington berimakasih atas bantuan Charles. Begitu pula Marcus yang juga sangat berterimakasih padanya, mereka pun pulang ke rumah masing-masing.

Di tengah perjalanan, mereka merasa lapar sehingga berhenti di sebuah kedai makanan.
Beberapa jam mereka telah selesai makan dan segera mengantar Marcus pulang. Setelahnya Bennington melanjutkan perjalanan kembali ke rumahnya.

Setibanya di rumah, Bennington di kejutkan banyak sekali darah yang berceceran di lantai. Ia meraih pistolnya dan perlahan mengikuti darah tersebut yang mengarah ke dapur.

Sesampainya di dapur, ia mendapati darah tersebut berasal dari Detektif Clayton yang duduk terlentang di dekat lemari es.

"Letnan! Apa yang terjadi!" teriak Bennington.

Entah apa yang terjadi pada Detektif Clayton, sehingga ia berada di rumah Bennington dengan bagian perut yang terus mengeluarkan darah akibat luka tusukan.

"Letnan, bertahanlah! Apa yang terjadi padamu!",

"Arrghh.. The Demon" jawab Detektif Clayton sambil merintih kesakitan.

"Apa?! Bagaimana bisa?! Letnan, bertahanlah!" ucap Bennington.

Bennington segera menekan luka Detektif Clayton agar tidak kehabisan darah. Ia sangat panik dan segera menelpon bantuan medis kepolisian.

Dengan nafas yang terengah-engah, Detektif Clayton berkata,
"K-kalian.. uhhuk.. kalian harus segera menyelesaikan".

"Simpan tenagamu untuk nanti, Letnan! Kau harus bertahan, sebentar lagi ambulan segera datang" sahut Bennington.

Dengan sisa tenaga yang dimiliki nya, Detektif Clayton memberitahu Bennington suatu hal yang sangat tak diduga olehnya,

"Ambil ini" ia memberikan sehelai kain dari saku nya.

"B-berikan kain ini pada Johana",

"Ini lah saat nya k-kau harus membuat pilihan, Bennington" ucap Detektif Clayton.

"Apa maksudnya! Letnan, ku mohon bertahanlah!",

"Sial! Lama sekali mereka datang! ucap Bennington kesal.

Kondisi Detektif Clayton semakin melemah dan perlahan kehilangan kesadarannya. Itu membuat Bennington semakin panik karena bantuan tak kunjung datang.

"The Demon.. D-dia adalah chhargh" belum sempat menyelesaikan, perlahan Detektif Clayton memejamkan matanya.

Melihat itu Bennington semakin panik
"Letnan! Bangun! Letnan!"

Terdengar suara sirine ambulans dari luar, mereka melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan nya. Namun semuanya terlambat, Detektif Clayton sudah tak bernafas lagi.

Peristiwa tersebut menggemparkan seluruh isi kota itu. Semua orang sangat terpukul atas kematian Detektif Clayton, terutama Bennington dan Marcus. Mereka kehilangan salah satu Detektif terbaik di kota itu.

Detektif Clayton sendiri dikenal sebagai pribadi yang ramah, tegas dan pemberani semasa muda nya, ia juga disegani oleh para tahanan.

Keesokan paginya, keluarga, kerabat dan pihak kepolisian mengadakan upacara pemakaman untuk mendiang Detektif Clayton. Terlihat berbagai kalangan ikut menghadiri upacara tersebut, termasuk Alfred dan Pierre.

"Aku turut berduka atas tragedi yang menimpa atasanmu, Ben" ucap Alfred.

"Detektif Clayton adalah orang yang baik. Aku pasti sangat merindukan nya" sahut Pierre.

Bennington masih terpukul atas peristiwa semalam. Ia hanya bisa menangis di balik kacamata hitam yang menutupi mata nya.
Selain itu, istri dan kedua anak Detektif Clayton pun juga tak henti-hentinya menangisi kepergian nya.

"Kita harus segera menyelesaikan ini, Ben. Aku tidak ingin pengorbanan Letnan Clayton sia-sia. The Demon harus segera ditangkap" kata Marcus.

"Tidak! Aku akan membunuh nya dengan tangan ku sendiri!" jawab Bennington.

Marcus melihat rekan nya sangat terpukul atas kejadian tersebut mencoba menenangkan nya. Ia menyarankan untuk mengambil cuti beberapa waktu sampai keadaannya membaik.

Selama proses pemakaman, istri Detektif Clayton, Kimberly, tak henti-hentinya menangis dan meronta.

"Siapa yang melakukan ini terhadapmu! Bagaimana ini bisa terjadi! Huhuhuhu"

Perlahan peti di turunkan sampai tertutup rapat dengan tanah. Sesaat setelah proses pemakaman selesai, terlihat Bennington dan Marcus yang berdiri menatap batu nisan mendiang Detektif Clayton.

Mereka diam sejenak dan tak menyadari Abby juga masih berada di sana. Ia menghampiri mereka berdua, lalu berkata

"Aku tahu hal ini pasti akan terjadi, ia tak pernah mendengarkan ku",

"Sebelum aku pensiun dari kepolisian, aku mendapatkan tugas terakhirku bersama Clayton untuk menyelidiki kasus Bridge Of Heaven",

"The Demon, pertama kali mendengar nama itu aku merinding, tapi setelah tahu ia hanya seorang pemuda psikopat, aku tertawa. Mereka terlalu melebih-lebihkan" imbuhnya.

Mereka berdua terlihat kebingungan dengan perkataan Abby. Apa maksudnya The Demon hanya seorang pemuda psikopat?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Boss, The Man, The DemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang