26. Analika

744 77 47
                                        

⚠️ CW/TW || Pelecehan, kata-kata kasar!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️ CW/TW || Pelecehan, kata-kata kasar!!

"Kamu Analika?"

Analika ragu-ragu menatap laki-laki paruh baya di depannya ini. Lalu, mengangguk. "Iya, Om. Saya Analika. Sebelumnya maaf, karena tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan." ucapnya sembari tersenyum sungkan.

Sanjaya tertawa pelan. "Nggak masalah. Ayo masuk dulu. Tadi, Sagara sudah menceritakan semuanya kepada Om, kok." Melihat gadis remaja itu mengikutinya, Sanjaya melanjutkan. "Jangan takut, Analika. Om pastikan kamu aman di sini."

"Terima kasih, Om." Setelah duduk di sofa yang tadi di tunjuk oleh laki-laki yang merupakan ayah kandung Sagara itu, Analika dengan ragu kembali membuka suara. "Sebenarnya, saya nggak ada hak untuk dapat perlindungan seperti ini, Om. Karena bagaimana pun, saya juga bersalah kepada Karen. Tapi, jika saat ini saya tidak bersembunyi, maka mereka ... pasti bakal membungkam saya untuk yang kesekian kalinya."

Getar suara dari gadis itu membuat Sanjaya merasa sakit juga. Sepertinya, gadis ini memang sudah banyak menyimpan begitu banyak luka. "Kamu berhak untuk mendapat perlindungan. Di mata hukum, kamu juga adalah korban, Analika." Berhenti sejenak, kemudian laki-laki itu melanjutkan, "Jadi, apa rencana kamu?"

Kini Analika beranikan diri untuk menatap kedua mata laki-laki dewasa di depannya. "Saya punya rencana, untuk membuat video klarifikasi tentang kejadian sebenarnya, dari sudut pandang korban."

Kedua tangan gadis itu gemetaran, Sanjaya juga bisa melihatnya. "Pelan-pelan saja, Analika. Om bakal simak semuanya dengan baik. Jangan takut."

"Terima kasih, Om." Setelah menghela napas, Analika melanjutkan, "Saya juga akan membuat rangkuman kejadian sebenarnya di sosial media milik saya. Ada banyak bukti foto dan chat antara Nadikta dan Abeng, yang bisa saya pakai sebagai bukti fisiknya. Tapi ... saya ragu."

"Ada apa? Karena kamu takut dengan orang tua Nadikta?"

"Iya, Om. Saya tau, rencana ini pasti nggak mudah. Apalagi ... Karen ada di tangan mereka. Karena itu, saya takut bertindak gegabah dan akhirnya membahayakan Karen lagi."

Ucapan Analika membuat Sanjaya merenung. Tadi saat Sagara bercerita padanya, sebenarnya dirinya juga berpikiran yang sama dengan Analika. Karen ada di tangan mereka. Jika serangan balik ini membuat pihak mereka merasa terancam, takutnya, mereka akan nekat melukai Karen.

"Nanti kita pikirkan jalan keluarnya," ucap Sanjaya setelah sekian lama terdiam. "Sekarang lebih baik kamu istirahat dulu. Nanti Om bakal nggak di rumah sampai malam, jadi kamu nggak perlu merasa sungkan. Anggap sebagai rumah sendiri."

Sekali lagi, Analika mengucapkan terima kasih dengan tulus kepada laki-laki di depannya ini. Setelah itu, Sanjaya benar-benar membawa langkahnya untuk pergi. Ruang tamu seketika menjadi hening. Karena tidak ada siapa pun di sini, Analika mulai mengamati setiap sudut rumah besar tersebut.

 |✔| Karen Laka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang