Pagi itu, sinar matahari menembus tirai jendela kamar Minjeong, membangunkannya dari tidur. Dia membuka mata dengan perlahan, merasakan kehangatan sinar matahari yang menyentuh wajahnya. Dengan malas, Minjeong menggulingkan tubuhnya dari tempat tidur dan menyentuh tombol alarm di meja samping tempat tidur, menghentikan bunyi bising yang mengganggu tidurnya.
Dia memulai harinya dengan rutinitas sederhana: menyikat gigi, mandi cepat, dan sarapan dengan roti panggang dan secangkir teh. Minjeong selalu menyukai momen sarapan pagi, saat dia bisa duduk sendiri dan merencanakan hari ke depan. Namun, pagi ini terasa berbeda. Ada perasaan aneh yang menghampiri, seolah hari ini akan menjadi hari yang istimewa.
Minjeong mengenakan pakaian kerjanya, sebuah gaun sederhana namun elegan, dan keluar dari apartemennya. Di luar, kota Seoul sudah mulai sibuk. Dia menyusuri jalanan yang ramai menuju kantor tempat dia bekerja sebagai desainer grafis. Setiap hari, Minjeong menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer, menyusun desain yang kreatif dan inovatif. Dia menikmati pekerjaannya, tetapi terkadang merasa terjebak dalam rutinitas yang monoton.
Saat makan siang, Minjeong bertemu dengan teman-temannya di kafe dekat kantor. Mereka berbicara tentang berbagai hal, dari gosip terbaru hingga mimpi-mimpi mereka di masa depan. Minjeong merasa nyaman di tengah mereka, tetapi hatinya tak bisa sepenuhnya tenang.
Setelah kerja, Minjeong memutuskan untuk berjalan-jalan di taman kota. Dia duduk di bangku, menikmati suasana tenang dan menyegarkan pikiran sebelum pulang ke apartemen. Matahari mulai terbenam, mewarnai langit dengan nuansa oranye yang menenangkan. Minjeong menatap pemandangan itu dan merasakan campur aduk perasaan yang sulit dia ungkapkan.
Malam hari, Minjeong kembali ke apartemennya, menyantap makan malam sederhana dan menonton film favoritnya sebagai cara untuk bersantai. Ketika malam semakin larut, Minjeong duduk di balkon, merenung tentang hidupnya dan masa depannya. Tidur datang dengan perlahan, dan dia tahu bahwa besok adalah hari yang penuh dengan kemungkinan baru.
————
Setelah menikmati malam yang tenang di apartemennya, Minjeong memutuskan untuk mencari sedikit kesenangan. Dia sering merasa bahwa menjelajahi bagian kota yang belum pernah dia kunjungi bisa memberikan perspektif baru. Malam itu, dia memilih untuk pergi ke sebuah pasar malam yang terkenal dengan makanan street food dan suasana yang meriah.
Minjeong berjalan di antara stan-stan yang berwarna-warni, mencoba berbagai makanan kecil sambil menikmati suasana yang hidup. Musik dan tawa riuh memecah kesunyian malam. Saat dia berhenti di sebuah stan yang menjual makanan penutup, Minjeong tiba-tiba merasa ada sesuatu yang aneh.
Dia menoleh dan melihat seorang pria yang tampaknya sangat terburu-buru, hampir menabraknya. Pria itu tampak panik, dan dalam kekacauan itu, dia tidak sengaja merobek baju Minjeong saat melewati kerumunan. Minjeong melirik pria itu dengan bingung.
"Maaf, aku tidak sengaja," ucap pria itu sambil memperlihatkan ekspresi cemas di wajahnya.
Minjeong melihat pria itu lebih dekat dan tiba-tiba teringat bahwa dia adalah Jaemin, teman lama dari masa kecilnya. Mereka pernah bermain bersama di lingkungan yang sama sebelum keluarga Jaemin pindah ke kota lain. "Jaemin? Tidak mungkin, itu kamu!" seru Minjeong, tak percaya dengan pertemuan yang tidak terduga ini.
Jaemin menghentikan langkahnya dan menatap Minjeong dengan penuh kekaguman.
"Minjeong? Wow, tidak kusangka kita bertemu di sini. Aku benar-benar minta maaf karena mengganggu."
Minjeong tersenyum, merasa senang bisa bertemu teman lama di tempat yang tidak terduga.
"Tidak apa-apa. Aku sebenarnya sedang berusaha untuk menghibur diri sendiri. Aku rasa kita bisa berbicara sebentar kalau kamu punya waktu."
Jaemin terlihat lega dan menyadari bahwa pasar malam ini mungkin bisa jadi tempat yang menyenangkan untuk berbicara lebih lanjut. "Tentu, aku sedang mencari bahan untuk proyek kuliahku, tapi aku senang sekali bisa bertemu kamu. Ayo kita duduk sebentar."
Mereka duduk di sebuah meja kecil di dekat stan makanan penutup, dan Minjeong memesan dua hidangan. Percakapan mereka dimulai dengan mengenang kembali masa lalu dan bagaimana kehidupan mereka berubah sejak terakhir kali bertemu. Minjeong merasa bahwa malam ini, yang dimulai dengan rutinitas biasa, telah berubah menjadi sesuatu yang tak terduga dan menarik.
Saat mereka berbicara dan tertawa, Minjeong merasa seolah-olah dunia di sekitar mereka menghilang. Malam itu, di pasar malam yang ramai, dia menemukan koneksi yang tidak pernah dia duga akan terjadi, dan sedikit nostalgia yang menyenangkan bersama Jaemin.
Setelah mereka duduk, Minjeong dan Jaemin mulai mengobrol lebih santai. Mereka saling bertanya tentang kehidupan masing-masing dan bagaimana mereka menghabiskan waktu sejak terakhir kali bertemu. Jaemin mengungkapkan bahwa dia kini kuliah di jurusan desain grafis dan sering mencari inspirasi di berbagai tempat, termasuk pasar malam yang ramai ini.
Minjeong mendengarkan dengan antusias, merasa senang bisa berbagi cerita dan mendapatkan kabar terbaru tentang temannya. Mereka saling tertawa saat mengenang masa kecil, dan Minjeong merasa suasana malam itu semakin hangat dan akrab.
"Sebenarnya, aku tidak menyangka bakal bertemu kamu di sini," kata Jaemin sambil menikmati makanan penutup yang dipesan Minjeong. "Ini benar-benar kebetulan yang menyenangkan."
"Ya, aku juga tidak menyangka," jawab Minjeong sambil tersenyum. "Kadang, hal-hal tak terduga justru membawa kebahagiaan. Tapi, apa sebenarnya yang membuat kamu datang ke pasar malam ini?"
Jaemin menjelaskan bahwa dia sedang mencari ide untuk proyek kuliah yang berkaitan dengan desain urban dan budaya lokal. Pasar malam adalah tempat yang sempurna untuk mendapatkan inspirasi visual dan ide kreatif. Minjeong merasa terkesan dengan dedikasi Jaemin terhadap studinya.
Malam semakin larut, dan pasar malam mulai sepi. Minjeong dan Jaemin memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak, menikmati sisa suasana malam. Mereka berhenti di sebuah pemandangan kota yang indah, di mana lampu-lampu berkelip di kejauhan.
"Rasanya seperti kembali ke masa lalu, tapi dengan pandangan yang baru," kata Minjeong sambil melihat ke arah pemandangan kota.
Jaemin mengangguk setuju. "Aku juga merasa begitu. Terkadang, kita butuh momen seperti ini untuk menyadari seberapa banyak yang telah berubah dan seberapa banyak yang tetap sama."
Ketika mereka kembali ke tempat parkir untuk berpisah, Minjeong merasa sedikit enggan untuk mengucapkan selamat tinggal. "Aku senang sekali bisa bertemu kamu lagi, Jaemin. Mungkin kita bisa bertemu lagi di lain waktu?"
Jaemin tersenyum, "Aku juga senang. Tentu, kita bisa jadwalkan lagi. Dan siapa tahu, mungkin kita bisa membuat pertemuan ini sebagai rutinitas."
Mereka saling mengangguk dan tersenyum sebelum akhirnya berpisah. Saat Minjeong meninggalkan pasar malam, dia merasa bahwa hari itu membawa sesuatu yang baru dan menyenangkan ke dalam hidupnya, dan dia tidak sabar untuk melanjutkan cerita ini di masa depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Today.
De Todo"Maaf Minjeong,aku tidak bisa menjaga dirimu" Bahkan jika tubuh Jaemin dihujam bara api,tidak akan sesakit dia kehilangan Minjeong,Cinta sejatinya.