Bab 5: Wake Up From Reality

114 12 11
                                    

Di jalanan, Martadinata hanya menatap kosong ketika dia baru saja mendapatkan hukuman dari tindakan cerobohnya, justru disisi lain, Aquarius mendapatkan semua pujian berkat membantu lebih banyak dalam menghadapi armada Siren dan mendapatkan lebih banyak perhatian dari armada kansen azur lane.

Apa yang diharapkan Martadinata untuk menjadi kansen overpower, keren, tampan, kuat, dan memiliki banyak harem telah pupus, dia melihat dari kejahuan, bagaimana banyak kansen – kansen Azur Lane yang cantik dan menawan mengerumuni Aquarius, bagaimana mereka bercanda satu sama lain, saling menggoda Aquarius dimana Aquarius hanya tersipu malu, sedangkan Martadinata, hanya duduk dari kejahuan, meratapi realita dunia yang kini dia tinggal.

Dia sudah bukan di rumahnya lagi, bermain komputer, pergi kuliah sambil bekerja sambilan, bergaul dengan teman – teman satu frekuensi nya yang memiliki kesamaan hobi, dan bermain game. Dia merindukan hidup lamanya yang jauh lebih berarti ketimbang sekarang, hanya dianggap NPC oleh dunia ini.

"apa yang dikatakan Madara benar" bisik Martadinata, ketika dia melihat di berbagai sisi, tidak ada orang yang mau menyapa nya, kosong dan sendirian, berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan Aquarius, penuh keceriaan, pujian, perhatian, dan cinta kasih dari para kansen Azur Lane.

Bahkan, waifu nya sendiri yang didunia lamanya selalu dia harapkan bisa melihatnya sendiri, Enterprise, juga semakin mesrah dengan Aquarius.

Martadinata menghela nafas, dia pergi, berjalan dalam kekosongan dan kesepian serta rasa malunya yang masih ada di dalam dirinya.

Keesokan harinya

Masih sama, Martadinata bangun tidur dan membersihkan dirinya untuk sarapan.

Sesampainya di kantin, Martadinata duduk sendirian, di pojok kantin yang sepi, menatap bagaimana semua kansen bahkan destroyer mengerumuni Aquarius, seolah dialah satu-satunya shipboy yang keren dan kuat di tempat ini, sedangkan dirinya, dilupakan, bahkan hanya dianggap NPC.

Selesai sarapan, Kansen lainnya melakukan misi atau melakukan kegiatan sehari – hari mereka, Aquarius saat ini sedang dalam misi bersama kansen lainnya.

Martadinata kemudian bertemu dengan satu maid royal navy, yaitu Edinburg.

"oh, hai Edinburg!" ucap Martadinata mencoba untuk seramah mungkin, karena dia masih berharap mungkin saja kansen pemalu ini mau jatuh hati kepadanya.

"oh, Tuan Martadinata, selamat pagi" ucap nya, meski terlihat biasa saja, namun dia masih memiliki rasa sopan santun

"yaa, pagi juga, oh ya, ngomong – ngomong, apakah kau kosong hari ini? Mungkin kita bisa nongkrong di restoran atau sejenisnya?" ucap Martadinata dengan senyum yang ramah dan juga sifat yang sama dengan yang biasa Aquarius lakukan kepada para gadis kansen Azur Lane.

"uuhm, terima kasih tawarannya, tetapi aku juga ada janji malam ini" ucapnya.

"o-ooh, baiklah ... apakah itu Aquarius?" ucap Martadinata.

Dan bisa Martadinata lihat, Edinburg tersipu, itu berarti firasatnya benar

"baiklah, aku mengerti ... dia seperti nya sangat keren, kau menyukainya?" ucap Martadinata.

Edinburg hanya tersenyum malu dan mengangguk, Martadinata sekali lagi merasakan hatinya sakit seperti di rudal oleh Zircon.

"a-aah aku mengerti, semoga beruntung dengan kencan mu" ucap Martadinata.

Edinburg tersenyum malu dan mengucapkan selamat tinggal kepada Martadinata, tanpa tahu apa yang Martadinata rasakan sekarang.

Martadinata hanya berjalan sendirian, dia merasakan sesak di dadanya yang belum pernah dia rasakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Day I Became A Kansen in Azur Lane and It's not what I expectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang