Cahaya Hidup

195 21 3
                                    

Pagi ini pukul setengah tujuh, langit seperti nya sedang eanggan mengeluarkan cahayanya. Matahari seakan sedang bersembunyi dibalik gunung dan berjanji akan bersinar saat hujan telah menyelesaikan tugasnya.

Diwaktu yang sama, ada seorang pria, sebut saja Hwang Hyunjin yang masih dengan berat hati membuka matanya, tubuhnya masih berbaring diatas kasur yang empuk yang harum akan aroma lavender kesukaan sang kekasih.

"Bangun tuan muda!"

Suara pria kecil di hadapannya membuat hyunjin mengerjapkan matanya, kemudian tersenyum manis.

"Selamat pagi, sayang" jawabnya yang dibalas dengan hadiah kecupan pagi dari lawannya.

Yongbok, menggunakan setelan tidur berbahan satin favoritnya yang berwarna biru muda dengan motif abstrak berwarna putih itu menangkup wajah hyunjin.

"Sudah saatnya bangun, hyunjin. Jangan bermalasan. Jangan tidur-tiduran lagi. Ayo sarapan dan keluarlah"

"Disini lebih nyaman, untuk apa keluar"

"Jika kau tidur terus, maka wajahmu akan cepat tua. Ada sepatu running yang akan datang hari ini. Pakailah untuk berolah raga, agar tetap sehat dan hidup lebih lama!"

Hyunjin tersenyum mendengar ocehan pagi dari sang kekasih. Rasanya ia tidak mau kemana-mana, hanya ingin disini saja menghabiskan waktu bersama yongbok yang sangat ia cintai.

"Bangun, hwang! Mandi dan aku akan membuat sarapan untukmu! Omelet dengan ham cukup kan? Siang ini baru kita belanja makanan berat untuk makan malam!" Seru yongbok lagi sambil menggebrak selimut yang digunakan hyunjin agar sang kekasih bergerak dari kasur.

Benar saja, yang disuruhpun langsung bangun. Dengan cepat membawa dirinya menangkap yongbok yang hendak merapihkan selimut dan malah membopongnya kembali keatas kasur. Dipeluknya yongbok erat-erat sambil mulutnya sibuk mengecup kedua pipi yongbok.

"Apa kau sebegitunya menyukaiku?" Tanya pria yang lebih kecil

"Ya.."

"Apa sebegitunya juga menyayangiku?"

"Sangat!"

Yongbok tersenyum lebar dan menatap hyunjin dalam. Tangan kirinya menyibak sebagian rambut hyunjin yang jatuh kedepan, membuat kedua mata mereka saling bertatapan.

"Aku juga.. Aku juga sangaat menyayangimu, hwang hyunjin! Amat sangat sampai Tuhan pun tidak bisa mengukurnya!"

Demi Tuhan hyunjin sangat menyukai pemandangan di depannya ini. Hidung mancung, bibir tipis, mata yang selalu memancarkan semangat dan kebahagiaan untuk dirinya. Rasanya ia ingin waktu berhenti saja.

"Kalau begitu, ayo berjanji. Agar hidup kita bahagia dan lama. Mari hidup dengan sehat. Makan banyak. Bertemu teman-teman dan juga banyak-banyak berdoa! Kau harus janji!"

Hyunjin mengangguk dan hanya menatap mata yongbok semakin dalam. Tidak lama air matanya turun, padahal barusan ia sudah berjanji kalau ia akan hidup bahagia, tapi malah menangis. Iya, menangis. Lagi. Kemudian ia menarik kembali selimutnya, lalu mengencangkan pelukannya.

Tok tok tok

Suara ketukan terdengar di pintu kamar hyuunjin.

"Hyunjin, aku masuk!"

Hyunjin hanya diam, membiarkan changbin masuk ke kamarnya membawa sekotak bingkisan yang dibungkus dengan kertas kado berwarna putih dengan pita manis berwarna biru.
Tidak lama, changbin menyibak pelan selimut hyunjin, mengambil sebuah pigura foto yang sedari tadi dipeluk oleh lelaki jangkung yang masih meringkuk di kasurnya, dan meletakkannya di samping bingkisan tadi.

"Ini hari ulang tahunmu, kawan. Ayo bangun, buka bingkisan terakhir yang diberikan yongbok. Ingat kan, kalau kau sudah berjanji untuk terus hidup dan bahagia waktu di pemakaman? Jangan buat yongbok sedih disana, hyun" rayu sang sahabat.

"Bangun dan mandilah, aku membawakan omelet san ham untuk sarapan. Sepertinya hujan sudah berhenti. Lihat, matahari sudah mulai keluar dan bersinar. Nampaknya yongbok meminta pada Tuhan agar hari ulang tahunmu tidak kacau. Maka dari itu, sepertinya ini hari yang tepat setelah saru bulan kau mengurung diri dikamar. Kau harus menjalani hari lebih baik lagi seperti keinginan yongbok terakhir kali" lanjut changbin yang kemudian meninggalkan hyunjin sendiri lagi dikamar.

Hyunjin segera bangun dari kasurnya, berlari menuju jendela dan menyibak cepat gorden di kamarnnya. Seketika sinar matahari pagi menerpa wajahnya, menggantikan dinginnya hujan yang turun dari semalam. Matahari bersinar sangaaat terang dan hangat sampai ia memicingkan matanya sebelah. Seolah memberi tau bahwa perkataan changbin barusan ada benarnya.

Senyum tipis di bibir hyunjin perlahan kembali terlihat saat ia menoleh ke meja dimana pigura yongbok yang dengan bahagianya tertawa menggunakan piyama biru muda itu diletakkan.

"Selamat pagi, sayang. Aku sudah bangun dan akan menepati janjiku untukmu. Tunggu aku, yongbok. Tunggu aku sampai nanti waktuku tiba, dan kita kembali lagi bersama. Terima kasih sudah memilihku sampai akhir waktumu, sayang" Gumamnya

"Aku menyayangimu, yongbok. Amat sangat"

Hyunlix Oneshoot StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang